Read More >>"> Lullaby Untuk Lisa (#Track 8 - New World) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Lullaby Untuk Lisa
MENU
About Us  

Zidan berkali-kali mengepal-ngepalkan tangan di celana seragam kotak-kotaknya. Ia sadar jika kelakuannya itu bakal membuat celana kusut, tapi peduli amat, telapak tangannya sudah banjir keringat. Pasti akan sangat memalukan jika ia menyalami guru dengan tangan basah.

Selama perjalanan menuju kelas barunya, ia menghitung tiap langkah dalam hati untuk mengurangi rasa grogi. Satu. Dua. Tiga. Empat. Terus begitu sampai dia sendiri lupa, sebenarnya dia sudah menghitung sampai mana? Sebab, yang tadi muncul di kepalanya cuma angka satu sampai empat. Stupid! Ia kemudian mengubah metodenya dengan menyanyi dalam hati. Kebetulan yang muncul di kepalanya lagu milik Kansas yang berjudul Wayward Son.

“Nah, kita sudah sampai. Ini dia kelas baru kamu.”

Zidan melirik staf administrasi yang telah memandunya dari ruangan Tata Usaha. Wanita itu kemudian menyilakannya masuk dan mengenalkannya pada guru lelaki yang tengah mengajar.

Kelas yang semula riuh dengan diskusi mendadak berubah senyap. Zidan berdiri tegang dengan dahi yang berkerut tidak santai. Semua tatapan kini hanya tertuju padanya, terutama pada wajah yang dihiasi luka lecet serta tangan kiri yang digendong arm-sling.

Staf wanita itu berbasa-basi sebentar dengan si guru. Tak selang berapa lama ia undur diri. Sebelum pergi wanita itu menyempatkan diri untuk menepuk pundak Zidan sambil tersenyum ramah.

“Anak-anak, mungkin kalian bertanya-tanya siapa murid pindahan yang Bapak ceritakan tadi. Ini dia orangnya. Kalian pasti udah tahu dong siapa dia?” Sang guru menunjuk Zidan dengan nada ringan, seolah ia tengah menerangkan pelajaran dan Zidan yang menjadi alat peraga.

Samar-samar bisik-bisik dari murid perempuan berdengung, terutama yang duduk di bagian belakang. Siapa yang tak mengenal Zia, si selebriti medsos yang tengah viral itu?

Guru lelaki itu kemudian memberi ruang Zidan untuk mengenalkan diri.

Zidan mengangguk, menarik napas panjang, lalu berdeham pelan. Sayangnya, kata pertama yang meluncur dari mulutnya terdengar serak dan pecah, seperti ada bola bulu yang menyumbat tenggorokannya. Sial!

Kakinya mendadak dilanda tremor, terlebih saat ia melihat salah seorang cowok yang duduk di deret paling depan mendengkus geli. Di mata Zidan, ia seperti tengah mengejeknya, tapi Zidan tidak tahu saja kalau cowok itu tengah menahan bersin.

Karena tak ingin mempermalukan diri lebih jauh, ia lantas mengambil spidol, kemudian menuliskan namanya dengan huruf kapital di papan tulis.

ZIDAN ARKANA

Bisik-bisik dari calon teman-temannya makin ganas di telinganya. Saat ini Zidan berharap ia tuli agar ia tak bisa mendengar gibahan mereka.

Si guru lelaki tertawa melihat telinga Zidan yang memerah. “Kamu bisa duduk di kursi yang kosong di sebelah sana,” katanya sambil menunjuk sebuah kursi kosong yang berada deretan paling kanan baris kedua dari depan.

Zidan mengangguk. Ia melangkah menuju kursi yang disebutkan guru itu dengan enggan. Jika saja tatapan anak-anak sekelas adalah senjata, mungkin saja saat ini di punggungnya sudah berlubang-lubang. Setelah sampai, cowok di sebelahnya memanggil sambil mengenalkan diri. Zidan menanggapinya hanya dengan anggukan dan gerungan singkat.

-oOo-

“Berapa kali gue harus bilang sama lo, kalau gue nggak mau!”

“Tapi, Lisa ... ini demi kelas kita.”

“Gue nggak peduli, ya!" Lisa membanting buku modul untuk pelajaran selanjutnya ke meja. Mood Lisa hari ini sangat buruk karena dari pagi Rika terus menyuruhnya untuk menjadi kandidat pengisi acara di pentas seni yang diadakan sekolahnya tiga bulan lagi.

Pentas seni yang diadakan sekolahnya itu bukan sekadar pensi biasa, karena pensi itu merupakan puncak acara perayaan ulang tahun sekolahnya yang diadakan tiap tahun. Biasanya, tiap kelas akan diperintahkan untuk mengirim perwakilan sebagai pengisi acara dan bentuknya bisa apa saja; bisa pertunjukan tari, nyanyian, pembacaan puisi, dan sebagainya. Dari sisi ekstrakulikuler pun biasanya juga mengirimkan perwakilan untuk unjuk kebolehan.

“Lisa, coba pikir, kalau lo tampil, lo bakal di-notice sama guru-guru, sama kepala sekolah, ditambah sama ketua yayasan. Apalagi nanti juga banyak tamu undangan. Siapa tahu aja bakat lo bisa tersalurkan dan lo bisa terkenal,” bujuk Rika dengan sangat sabar.

Bakat, hah? Lisa tertawa mencemooh dalam hati. Ia jadi teringat kalau dulu ia pernah berpikiran bahwa bakat yang ia miliki ini bisa membuatnya bahagia, tapi kenyataannya tidak. Sekarang, ia bahkan menyesal memiliki bakat yang diturunkan langsung oleh orang itu.

“Yang lain bisa, kan? Di kelas ini banyak yang suka Korea-Korea begitu, kan? Kenapa nggak nyuruh mereka bikin grup tari sambil nyanyi-nyayi biar sama kayak girlband Kpop?”

“Lisa, lo tahu, kita semua itu belum lama jadi teman. Baru dua bulan, lho. Kalau bikin girlband begitu pasti harus lama latihannya.”

“Ya, kalaupun gue yang maju, emang gue nggak butuh latihan juga?”

Rika menyengir. “Lo kan udah jago.”

“Sekali nggak, tetep nggak! Lagian lo kok ngotot banget, sih? Lo lihat ketua kelas, dia aja santai begitu,” seru Lisa sambil menunjuk cewek berhijab yang menjadi ketua kelas mereka. Padahal, dialah yang diminta oleh kakak-kakak kelas anggota OSIS untuk mengajukan kandidat, tapi malah Rika yang repot?

Rika mendesah pelan. “Gue cuma nggak mau bakat lo terbuang sia-sia, Lisa. Soalnya, gue yakin banget lo itu bisa bersinar dan terkenal. Kalau lo jadi artis siapa tahu gue kecipratan ikut circle lo yang isinya artis-artis itu."

Lisa melengos. “Terima kasih atas perhatiannya, Ka. Tapi, gue yakin gue bisa bersinar meski gue mengambil jalur yang berbeda dari bakat yang gue punya.”

-oOo-

Zidan menatap ke seluruh sisi kantin. Nyaris sembilan puluh lima persen bangku sudah terisi. Hanya satu meja tersisa dan jaraknya lumayan jauh di sudut belakang dan terletak persis di depan penjual bubur. Untuk mencapai meja itu ia harus melewati deretan meja yang ditempati anak-anak satu sekolah.

Sebenarnya, Zidan tak peduli mau duduk di mana pun. Yang jadi masalah sekarang adalah bagaimana caranya ia menuju ke sana tanpa harus menjadi pusat perhatian?

Setelah beberapa detik menimbang, akhirnya Zidan memutuskan tidak jadi makan di kantin. Ia bisa membeli roti atau makanan instan lain yang bisa mengganjal perut. Saat ia hendak berbalik, sebuah tepukan di pundak menghentikannya.

"Wah, ternyata kamu pindah hari ini? Kenapa nggak bilang?" Tirta menyapa sambil tersenyum ramah.

Zidan menggerakkan pundaknya. Tirta yang menyadari gestur tak nyaman dari Zidan pun buru-buru menurunkan tangannya lau meminta maaf.

"Kamu sudah makan?" tanya Tirta sembari mengedarkan pandangan.

Zidan menjawab dengan gelengan dan tarikan napas enggan.

Tirta tertawa. “Emang sih istirahat pertama siswa-siswi di sini jadi barbar semua, jadinya kamu nggak kebagian tempat duduk. Kalau begitu sama aku aja. Kebetulan teman-temanku sudah booking satu meja sama ibu penjaga kantin." Ia kembali mengalungkan lengannya di leher Zidan dan menyeretnya menuju meja yang dimaksud.

Di meja itu, total ada empat cowok yang merupakan teman dekat Tirta. Mereka semua terlihat seperti siswa baik-baik. Tak ada satu pun dari mereka yang tak memakai dasi atau ikat pinggang. Kemeja yang mereka pakai pun dimasukkan ke dalam celana dengan rapi. Pokoknya, tipe-tipe siswa teladan dan berprestasi.

Sayangnya, asumsi Zidan tentang mereka langsung terjun bebas saat mereka sudah mengobrol sambil melemparkan candaan-candaan konyol. Mereka juga beberapa kali menggodanya. Bukan dalam artian negatif. Mereka menggoda karena ingin tahu bagaimana rasanya jadi viral seantero Indonesia. Bahkan, lagu cover remix rock dangdut koplo—yang kalau boleh jujur, ia buat karena iseng—dipakai di mana-mana; jadi musik background video Youtube, Instagram, bahkan sampai dibuat challenge Tiktok. Ia pun sekarang mendadak jadi selebriti medsos yang menerima banyak pekerjaan endorse karena lagu-lagu remix lain yang dibuatnya juga ikut populer.

“Kapan-kapan, boleh dong diajak selfie bareng terus upload ke Instagram lo. Jangan lupa tag akun gue. Siapa tahu aja gue bisa dapat pacar dari salah satu fans lo,” kelakar salah satu dari mereka.

Jujur, Zidan kesulitan masuk ke dalam obrolan mereka. Ia juga tak bisa menanggapi bercandaan-bercandaan itu dengan santai. Sekujur tubuhnya tegang karena tak terbiasa menghadapi interaksi seekstrem ini. Baginya, mereka semua seperti tengah melancarkan serangan bertubi-tubi terhadap benteng pertahanan yang sengaja ia buat untuk melindungi diri.

Selama ini ia selalu sendirian. Zidan tak suka beraktivitas yang melibatkan banyak orang. Ia lebih suka berinteraksi melalui perangkat seperti media sosial. Dirinya di dunia nyata dan dunia maya sangat berbeda seratus delapan puluh derajat. Ia bisa sangat ramah saat menjawab komentar-komentar penggemarnya, tapi ia tak mudah berinteraksi secara langsung. Ia terbiasa mendapat komentar jelek mengenai sifatnya ini. Orang-orang yang baru pertama kali mengenalnya pasti akan menganggapnya orang yang kaku dan tak menyenangkan. Well, ia mengakui jika kemampuan bersosialisasinya memang sangat payah.

“By the way, gue penasaran, lo kenapa pindah dari sekolah lama lo? Padahal, tahun ajaran baru dua bulan jalan.” Teman Tirta yang lain bertanya sambil menyenggol pundaknya.

Zidan tak berniat menjawab. Ia sudah ingin pergi, tapi Tirta seperti punya indra keenam karena ia selalu bisa melayangkan perkataan yang membuat mulut Zidan gatal untuk memberikan klarifikasi.

“Kamu nggak di-bully, kan?” Tirta menatap tangan kirinya.

Zidan, yang awalnya meletakkan tangan kirinya yang masih digantung arm sling di atas meja, cepat-cepat menurunkan lalu menyembunyikannya di bawah meja. “Bukan.”

“Terus itu tangan kenapa?” timpal temannya Tirta.

“Jatuh dari motor,” jawab Zidan, yang berusaha setengah mati menyembunyikan grogi.

“Wah, gila. Anggota geng motor, nih!” Celetukan salah satu teman Tirta sukses mengundang tawa geli yang lain.

Zidan mengerenyit bingung. Ia merasa perkataan teman Tirta tadi sama sekali tak ada korelasi dengan jawaban miliknya barusan. Lalu kenapa mereka bisa sampai terbahak-bahak seperti itu? Di mana letak lucunya? Dasar edan.

 

Tags: twm23

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Seiko
359      258     1     
Romance
Jika tiba-tiba di dunia ini hanya tersisa Kak Tyas sebagai teman manusiaku yang menghuni bumi, aku akan lebih memilih untuk mati saat itu juga. Punya senior di kantor, harusnya bisa jadi teman sepekerjaan yang menyenangkan. Bisa berbagi keluh kesah, berbagi pengalaman, memberi wejangan, juga sekadar jadi teman yang asyik untuk bergosip ria—jika dia perempuan. Ya, harusnya memang begitu. ...
Jelita's Brownies
2902      1246     11     
Romance
Dulu, Ayahku bilang brownies ketan hitam adalah resep pertama Almarhum Nenek. Aku sangat hapal resep ini diluar kepala. Tetapi Ibuku sangat tidak suka jika aku membuat brownies. Aku pernah punya daun yang aku keringkan. Daun itu berisi tulisan resep kue-kue Nenek. Aku sadar menulis resep di atas daun kering terlihat aneh, tetapi itu menjadi sebuah pengingat antara Aku dan Nenek. Hanya saja Ib...
SORRY
14374      2686     11     
Romance
Masa SMA adalah masa yang harus dipergunakan Aluna agar waktunya tidak terbuang sia-sia. Dan mempunyai 3 (tiga) sahabat cowok yang super duper ganteng, baik, humoris nyatanya belum untuk terbilang cukup aman. Buktinya dia malah baper sama Kale, salah satu cowok di antara mereka. Hatinya tidak benar-benar aman. Sayangnya, Kale itu lagi bucin-bucinnya sama cewek yang bernama Venya, musuh bebuyutan...
Call Kinna
3892      1564     1     
Romance
Bagi Sakalla Hanggra Tanubradja (Kalla), sahabatnya yang bernama Kinnanthi Anggun Prameswari (Kinna) tidak lebih dari cewek jadi-jadian, si tomboy yang galak nan sangar. Punya badan macem triplek yang nggak ada seksinya sama sekali walau umur sudah 26. Hobi ngiler. Bakat memasak nol besar. Jauh sekali dari kriteria istri idaman. Ibarat langit dan bumi: Kalla si cowok handsome, rich, most wante...
Allura dan Dua Mantan
2954      944     1     
Romance
Kinari Allura, penulis serta pengusaha kafe. Di balik kesuksesan kariernya, dia selalu apes di dunia percintaan. Dua gagal. Namun, semua berubah sejak kehadiran Ayden Renaldy. Dia jatuh cinta lagi. Kali ini dia yakin akan menemukan kebahagiaan bersama Ayden. Sayangnya, Ayden ternyata banyak utang di pinjol. Hubungan Allura dan Ayden ditentang abis-abisan oleh Adrish Alamar serta Taqi Alfarezi -du...
Negeri Tanpa Ayah
8608      1925     0     
Inspirational
Negeri Tanpa Ayah merupakan novel inspirasi karya Hadis Mevlana. Konflik novel ini dimulai dari sebuah keluarga di Sengkang dengan sosok ayah yang memiliki watak keras dan kerap melakukan kekerasan secara fisik dan verbal terutama kepada anak lelakinya bernama Wellang. Sebuah momentum kelulusan sekolah membuat Wellang memutuskan untuk meninggalkan rumah. Dia memilih kuliah di luar kota untuk meng...
Palette
3918      1575     6     
Romance
Naga baru saja ditolak untuk kedua kalinya oleh Mbak Kasir minimarket dekat rumahnya, Dara. Di saat dia masih berusaha menata hati, sebelum mengejar Dara lagi, Naga justru mendapat kejutan. Pagi-pagi, saat baru bangun, dia malah bertemu Dara di rumahnya. Lebih mengejutkan lagi, gadis itu akan tinggal di sana bersamanya, mulai sekarang!
RUMIT
4124      1399     53     
Romance
Sebuah Novel yang menceritakan perjalanan seorang remaja bernama Azfar. Kisahnya dimulai saat bencana gempa bumi, tsunami, dan likuifaksi yang menimpa kota Palu, Sigi, dan Donggala pada 28 September 2018. Dari bencana itu, Azfar berkenalan dengan seorang relawan berparas cantik bernama Aya Sofia, yang kemudian akan menjadi sahabat baiknya. Namun, persahabatan mereka justru menimbulkan rasa baru d...
Aku Benci Hujan
4923      1391     1     
Romance
“Sebuah novel tentang scleroderma, salah satu penyakit autoimun yang menyerang lebih banyak perempuan ketimbang laki-laki.” Penyakit yang dialami Kanaya bukan hanya mengubah fisiknya, tetapi juga hati dan pikirannya, serta pandangan orang-orang di sekitarnya. Dia dijauhi teman-temannya karena merasa jijik dan takut tertular. Dia kehilangan cinta pertamanya karena tak cantik lagi. Dia harus...
Hujan Paling Jujur di Matamu
5403      1482     1     
Romance
Rumah tangga Yudis dan Ratri diguncang prahara. Ternyata Ratri sudah hamil tiga bulan lebih. Padahal usia pernikahan mereka baru satu bulan. Yudis tak mampu berbuat apa-apa, dia takut jika ibunya tahu, penyakit jantungnya kambuh dan akan menjadi masalah. Meski pernikahan itu sebuah perjodohan, Ratri berusaha menjalankan tugasnya sebagai istri dengan baik dan tulus mencintai Yudis. Namun, Yudis...