Loading...
Logo TinLit
Read Story - Kungfu boy
MENU
About Us  

HAPPY READING!

Kamalia mengikat rambutnya agar tidak menganggu pekerjaannya nanti. Mereka sudah sampai di desa yang dimaksud oleh Master Fu.

Mon dan Kamalia juga sudah masuk ke dalam gubuk yang bisa dibuat tidur oleh mereka berdua. Kamalia tersadar bahwa desa tersebut tidak baik-baik saja.

"Meskipun di sini musim dingin, apa wajar sesepi ini?" tanya Kamalia kepada Mon dan dijawab dengan gelengan kepala yang pasti.

"Seharusnya masih ada banyak orang yang berjualan, tidak mungkin mereka menutup diri walaupun ini musim dingin." Mon berkomentar kemudian Kamalia mengangguk paham.

Kamalia meletakkan tasnya ke dalam lemari, tidak berminat untuk mengeluarkan isinya dan menyusunnya di lemari. Kamalia terlalu malas dan merasa itu hal yang tidak berguna karena mereka di sini bukan untuk liburan melainkan untuk sebuah misi.

"Kita akan berjalan-jalan keluar, mungkin kita akan menemukan alasan mengapa tidak ada yang membuka toko sama sekali." Kamalia memberikan arahan sementara Mon mengangguk, dia sedang meletakkan tasnya sendiri di dalam lemari dan menutupnya rapat.

Desa Ikriman merupakan desa yang kaya akan sumber daya makanan, semua sayur dan buah-buahan mereka jual. Masyarakatnya juga sangat kreatif dengan sumber daya yang melimpah mereka selalu membuat kerajinan tangan yang cantik.

"Walaupun musim dingin, seharusnya mereka membuka toko mereka dengan berjualan ikan." Mon berkomentar, dirinya pernah mendengarkan cerita dan banyak berita yang muncul tentang desa ini, desa yang memiliki sumber daya yang berlimpah dan menjualnya dengan harga murah.

"Sebenarnya, tidak masalah kalau memang mereka ingin tutup, anehnya bahkan satu orangpun tidak ada di sini. Bahkan kita tidak diantarkan untuk masuk ke rumah kita yang untuk digunakan istirahat." Kamalia berkomentar sementara Mon menatap ke sekelilingnya berusaha mencari orang yang bisa mereka ajak bicara.

Kamalia dan Mon berjalan-jalan di atas salju putih bersih tersebut, bahkan jejak kaki hanya miliknya dan Mon saja. Artinya sama sekali tidak ada warga yang keluar dari rumahnya untuk sekedar jalan-jalan.

"Hei." Suara halus membuat Mon mengerutkan keningnya sementara Kamalia sendiri tidak mendengarnya dan terus melangkahkan kakinya sembari melihat ke sekitar.

"Hei kalian." Mon berhenti ketika mendengarkan suara tersebut. Kamalia yang merasa Mon berhenti langsung menatapnya bingung.

"Kenapa?" tanya Kamalia ketika melihat Mon terus menajamkan pendengarannya sembari mengerutkan keningnya.

"Apa kamu tidak mendengarkan suara ?" tanya Mon terus mengerutkan keningnya berharap suara tersebut muncul kembali.

Kamalia ikut menajamkan pendengarannya dan menggeleng dengan pelan. Dia sama sekali tidak mendengar suara apapun.

"Kamu kurang tidur?" tanya Kamalia menghela napas karena tidak mendengar suara yang dimaksud oleh mon.

"Hei, aku memanggil kalian daritadi." Seseorang muncul di sebelah Kamalia membuat Kamalia dan Mon langsung terkejut dan terjebab ke tanah.

"Aduh, kenapa kaget." Orang tersebut mengulurkan tangannya membantu Kamalia dan Mon untuk berdiri. Orang tersebut menggunakan jaket tebal dengan keranjang buah yang ada di tangannya.

Kamalia dan Mon berdiri dan membersihkan diri dari salju putih yang menempel di punggung dan kaki mereka.

"Apa kalian para legendaris itu?" tanya orang tersebut kemudian menatap Kamalia mendekat, membuat Kamalia reflek mundur beberapa langkah.

"Iya, benar. Kok tau, nek?" tanya Mon penasaran, karena seharusnya mereka tidak begitu di kenal karena baru pertama kali datang ke sini.

"Selain para legendaris siapa yang berani keluar di saat-saat seperti ini." Nenek itu tersenyum tipis kemudian Kamalia menangkap hal aneh dari perkataan nenek tersebut.

"Kenapa tidak ada yang berani keluar?" tanya Kamalia memastikan hal yang mengganggu pikirannya tersebut dan ditimpali dengan pertanyaan dari Mon yang penasaran.

"Nenek juga kenapa keluar?"

Sang nenek tertawa. "Kalau aku tidak. keluar bagaimana aku bisa makan? Lagipula nenek sudah tua, tidak masalah kalau dibunuh nanti." Nenek tersebut mengeluarkan apel dan memberikannya ke mereka berdua.

"Ambilah, ini manis." Mon dan Kamalia mengambilnya sebagai bentuk ketidak enakan jika menolak.

"Kenapa mereka tidak bisa keluar, nek?" tanya Kamalia memastikan kembali, bahkan pertanyaannya tidak dijawab.

"Untuk apa kalian para legendaris ke sini kalau tidak ada masalah. Mereka takut dibunuh oleh penjajah dari desa sebelah yang bentuk kesepakatan dengan para perompak yang ada di lautan. Sumber daya makanan sudah semakin menipis, kita ketakutan dan kelaparan." Nenek tersebut menjelaskan sementara Kamalia tidak bisa mendengarkannya sepenuhnya karena dia mendengar suara gesekan dan langkah kaki, kira-kira dua orang.

"Mon, antar nenek kembali ke rumah." Kamalia maju, melindungi Mon dan sang nenek. Mon yang memahami perkataan Kamalia langsung menuntun nenek kembali ke rumah.

Walaupun Mon tidak tahu ada apa yang terjadi, tapi dia akan melakukan hal yang Kamalia minta. Apapun itu.

"Ada apa? Apa ada pembunuh?" nenek bertanya dengan suara lirih sementara Mon hanya menggeleng pelan, tidak ingin menjawab pertanyaan dari nenek, enggan memberi tahu yang sebenarnya walaupun dia yakin kalau tidak segera pergi dari sana, mereka terancam.

"Belok kanan." Sang nenek memberikan arahan kemudian mereka berbelok bersama ke kanan, mereka masuk ke dalam gubuk tua yang tidak terlalu layak huni.

"Terima kasih sudah mengantarkan aku. Kembalilah ke temanmu, dia pasti membutuhkan bantuanmu." Sang nenek tersenyum dan Mon mengangguk paham.

"Saya pamit dulu," ujar Mon dengan menundukkan kepalanya, memberi hormat dan pergi dari sana. Berlari untuk mendatangi Kamalia yang sedang diserang oleh tiga orang dengan tombak sebagai senjata.

"Jadi, kalian yang menganggu desa ini?" Kamalia berteriak sembari terus menangkis dan menyerang musuhnya dengan tangan kosong.

"Apa pedulimu, ini peringatan segeralah kembali ke rumahmu dan jangan pernah datang ke desa ini lagi." Salah satu musuh berteriak dan hendak menusuk lengan Kamalia dengan tombak miliknya. Kamalia menghindar, tidak membiarkan tubuhnya terluka sedikitpun.

"Lawan yang benar, dong. Tiga lawan satu. Apa pantas?" Mon berteriak dan menendang salah satu musuh yang hendak melempar tombak ke arah Kamalia yang sedang disernag oleh dua musuh lainnya.

"Nenek sudah kembali ke rumah?" tanya Kamalia ketika punggung mereka sudah menempel satu sama lain, dengan Kamalia yang terengah-engah karena cuaca yang dingin.

"Sudah." Mon menjawab dengan singkat dan mereka mulai menyerang musuh yang ada. Hanya lawan kecil di area yang berbeda, Kamalia dan Mon harus bisa mengalahkan mereka.

"Mundur!" teriak seorang begitu tombaknya mengenai wajahnya sendiri, Kamalia berhasil menggoreskan tombak tersebut ke wajah salah seoranh penjahat.

Seketika saja, tiga orang tersebut langsung melompat dan pergi meninggalkan Kamalia dan Mon yang masih ingin menyerang.

"Apa kita harus mengejarnya?" tanya Mon merasakan tangannya perih, dirinya melihat bahwa tangannya sudah berdarah, sepertinya saat menangkis tombak tersebut berhasil mengenai telapak tangan Mon.

"Berdarah? Kita kembali ke rumah." Kamalia kemudian memegang tangan Mon yang tidak terluka dan mereka kembali ke gubuk mereka.

***

Lanjut? Yes or No?

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
When Magenta Write Their Destiny
6332      1720     0     
Romance
Magenta=Marina, Aini, Gabriella, Erika, dan Benita. 5 gadis cantik dengan kisah cintanya masing-masing. Mereka adalah lima sahabat yang memiliki kisah cinta tak biasa. Marina mencintai ayah angkatnya sendiri. Gabriella, anak sultan yang angkuh itu, nyatanya jatuh ke pelukan sopir bus yang juga kehilangan ketampanannya. Aini dengan sifat dingin dan tomboynya malah jatuh hati pada pria penyintas d...
Daniel : A Ruineed Soul
579      341     11     
Romance
Ini kisah tentang Alsha Maura si gadis tomboy dan Daniel Azkara Vernanda si Raja ceroboh yang manja. Tapi ini bukan kisah biasa. Ini kisah Daniel dengan rasa frustrasinya terhadap hidup, tentang rasa bersalahnya pada sang sahabat juga 'dia' yang pernah hadir di hidupnya, tentang perasaannya yang terpendam, tentang ketakutannya untuk mencintai. Hingga Alsha si gadis tomboy yang selalu dibuat...
Bus dan Bekal
3337      1527     6     
Romance
Posisi Satria sebagai seorang siswa sudah berkali-kali berada di ambang batas. Cowok itu sudah hampir dikeluarkan beberapa kali karena sering bolos kelas dan lain-lain. Mentari selalu mencegah hal itu terjadi. Berusaha untuk membuat Satria tetap berada di kelas, mendorongnya untuk tetap belajar, dan melakukan hal lain yang sudah sepatutnya seorang siswa lakukan. Namun, Mentari lebih sering ga...
Love Never Ends
11971      2528     20     
Romance
Lupakan dan lepaskan
To The Girl I Love Next
413      291     0     
Romance
Cinta pertamamu mungkin luar biasa dan tidak akan terlupakan, tetapi orang selanjutnya yang membuatmu jatuh cinta jauh lebih hebat dan perlu kamu beri tepuk tangan. Karena ia bisa membuatmu percaya lagi pada yang namanya cinta, dan menghapus semua luka yang kamu pikir tidak akan pulih selamanya.
Our Different Way
5540      2116     0     
Romance
Novel ini mengisahkan tokoh utama bernama Haira, seorang siswa SMA berusia tujuh belas tahun yang baru saja rujuk kembali dengan pacarnya, Gian. Mereka berdua tentu senang karena bisa kembali merajut kasih setelah tidak pernah bertemu lebih dari setahun akibat putus. Namun, di tengah hubungan yang sedang hangat-hangatnya, mereka diterpa oleh permasalahan pelik yang tidak pernah mereka bayangk...
ATMA
331      235     3     
Short Story
"Namaku Atma. Atma Bhrahmadinata, jiwa penolong terbaik untuk menjaga harapan menjadi kenyataan," ATMA a short story created by @nenii_983 ©2020
KUROTAKE [SEGERA TERBIT]
6291      2198     3     
Romance
Jadi pacar ketua ekskul tapi hanya purapura Hal itu dialami oleh Chihaya Hamada Ia terpaksa jadi pacar Mamoru Azai setelah foto mereka berdua muncul di akun gosip SMA Sakura dan menimbulkan kehebohan Mamoru adalah cowok populer yang menjadi ketua klub Kurotake klub khusus bagi para otaku di SMA Sakura Setelah pertemuan kembali dengan Chihaya menjadi kacau ia membuat kesepakatan dengan Chih...
DocDetec
580      360     1     
Mystery
Bagi Arin Tarim, hidup hanya memiliki satu tujuan: menjadi seorang dokter. Identitas dirinya sepenuhnya terpaku pada mimpi itu. Namun, sebuah tragedi menghancurkan harapannya, membuatnya harus menerima kenyataan pahit bahwa cita-citanya tak lagi mungkin terwujud. Dunia Arin terasa runtuh, dan sebagai akibatnya, ia mengundurkan diri dari klub biologi dua minggu sebelum pameran penting penelitian y...
Trasfigurasi Mayapada
216      166     1     
Romance
Sekata yang tersurat, bahagia pun pasti tersirat. Aku pada bilik rindu yang tersekat. Tetap sama, tetap pekat. Sekat itu membagi rinduku pada berbagai diagram drama empiris yang pernah mengisi ruang dalam memori otakku dulu. Siapa sangka, sepasang bahu yang awalnya tak pernah ada, kini datang untuk membuka tirai rinduku. Kedua telinganya mampu mendengar suara batinku yang penuh definisi pasrah pi...