HAPPY READING !
Lee kembali ke rumah master Fu, masuk ke dalam dan berteriak ketika dia bertemu dengan Mon yang sedang meminum air putih miliknya di dapur.
"Selamat pagi Mon !" sapa Lee dengan teriakan heboh dan dijawab dengan Mon yang menaikkan alisnya dengan arti menyapa Lee tanpa suara karena masih meneguk air putihnya.
"Latihan sendiri." Kamalia tiba-tiba muncul dan melemparkan gelas plastik yang langsung ditangkap oleh Lee dengan cekatan.
Kamalia memang tidak pernah memberikan kata-kata yang jelas, Lee jadi bingung sendiri dan apa artinya gelas yang dilempar Kamalia barusan?
"Ayo, Mon." Kamalia membuka kulkas dan mengambil beberapa kotak makanan yang dia butuhnya nanti saat perjalanan.
Lee yang melihat itu langsung bertanya dengan kebingungan. "Kalian mau pergi ke mana?" Kamalia tidak menjawab, Mon yang membalasnya.
"Ada pengganggu di desa Ikriman. Kami di minta untuk ke sana," ujar Mon kemudian membantu Kamalia untuk memasukkan barang-barang di sana.
Lee membulatkan matanya, "Bolehkah kalau aku ikut?" tanya Lee yang langsung mendapat gelengan dari Kamalia.
"Latihanlah, newbie. Apabila master mengijinkan maka kamu bisa menyusul bersama yang lain nanti." Kamalia memberikan kata-kata yang panjang dan langsung menggendong tasnya sendiri.
Kamalia menatap Lee sinis, sengaja dirinya bicara seperti itu karena dia yakin Lee tidak akan diizinkan untuk ikut bersama dengan mereka. Bocah itu masih terlalu baru untuk menangani kasus preman dan pengacau seperti itu.
Kamalia dan Mon langsung pergi setelah berpamitan dengan Lee, lebih tepatnya hanya Mon yang berpamitan karena Kamalia sama sekali tidak mengganggap Lee ada.
Laki-laki itu akhirnya mendengus pasrah, akhirnya dia memutuskan untuk masuk ke dalam ruang latihan dan mencoba kembali untuk menyelesaikan latihan ini.
"Pasti bisa." Lee memberikan semangat untuk dirinya sendiri kemudian langsung memulai latihannya.
Lee melakukan berkali-kali sampai rasanya tubuhnya hampir remuk. Punggungnya rasanya mau patah. Lee terus berada di ruang latihan dari pagi tadi hingga sore.
Master Fu melihat ruang latihan yang terbuka langsung masuk ke dalam dan melihat Lee yang sedang melakukan latihan. Master Fu tidak mengeluarkan suara, dia hanya menatap Lee terus menerus, saat ini Lee sedang latihan dengan sebuah boneka, menendangnya memukulnya dan menangkis nya.
Lee terus latihan sampai dirinya tidak terkena pukulan dari boneka tersebut. Keringat Lee sudah bercucuran akhirnya dirinya merebahkan tubuhnya sendiri di lantai dan mengusap keringatnya sendiri.
"Kerja bagus." Muncul suara yang membuat Lee langsung bangun dari duduknya dan menundukkan kepalanya dengan hormat.
Master Fu turun ke tempat latihan dan menatap boneka yang dibuat latihan oleh Lee. "Kemampuan mu meningkat pesat." Master Lee menepuk pundak Lee walaupun akhirnya merasa jijik sendiri karena keringat Lee jadi menempel di tangannya.
"Teruslah latihan, saat Kare kembali dari latihannya di gunung. Kamu akan dilatih olehnya, sekarang kamu latihan kembali." Master Fu kemudian pergi, semangat Lee jadi muncul kembali bahkan kali ini sangat membara. Dipuji oleh sang master membuatnya senang.
Lee berhasil untuk menyelesaikan latihan ini. Lee akan berusaha semaksimal mungkin untuk menjadi sama seperti para legendaris yang lainnya. Lee tidak mau saat ada sebuah kerusuhan dan membutuhkan legendaris dia malah jadi beban dan menyusahkan teman-temannya sendiri.
Apalagi Kare akan mengajarinya lagi saat dirinya kembali, Lee tidak mau terlihat lemah di depan idolanya. Lee harus latihan lebih keras lagi.
***
Suasana rumah ini menjadi sepi, Kamalia dan Mon pergi dengan misi yang diberikan oleh Master Fu dan tiga orang lainnya pergi untuk latihan di tempat mereka masing-masing ada yang di gunung, hutan atau mungkin di danau sana. Bahkan Master Fu tidak ditemukan dimana sekarang dirinya berada. Memang laki-laki itu sering sekali menghilang.
Lee makan sendiri di ruang makan yang jadi tampak besar tersebut, dirinya mendengus sebal sembari memakan potongan daging yang ada di kulkas tadi, dia masak dengan bumbu rempah khas ayahnya biasanya masak.
"Setelah ini aku bisa tidur." Lee bermonolog kemudian memijat lengannya yang pegal.
Lee mencuci mangkuk dan sumpitnya setelah dirinya selesai makan. Mematikan lampu yang ada di dapur dan berjalan pelan masuk ke dalam kamarnya. Sekarang dia sudah punya kamar sendiri, tidak menumpang lagi dengan kamar Mon.
Lee menggelar kasurnya dan merebahkan tubuhnya sendiri kemudian menarik selimut tebal berwarna putih dengan corat biru di sana. Lee merasakan tubuhnya nyaman karena kasurnya yang empuk.
"Enaknya." Lee bermonolog kemudian memejamkan matanya. Sampai Lee bangun lagi di pagi hari nanti.
***
Lee bangun di pagi hari dan melakukan ritual mandi kilat, kemudian dirinya melakukan latihan kembali dengan boneka yang kemarin dia gunakan untuk latihan.
"Kamu tau, aku akan menghajarmu kali ini." Lee bermonolog berbicara dengan boneka yang hanya menatapnya diam, bonekanya tampak tersenyum membuat Lee jadi semakin dongkol sendiri.
"Wajahmu memang di desain menyebalkan untuk minta dipukul, ya," ujar Lee kemudian menampar boneka tersebut dengan kesal. Persetan dengan boneka yang akan membalasnya nanti karena boneka tersebut berbentuk oval, dia akan kembali ke tempat asalnya apabila di dorong seolah-olah memang boneka itu menyerang nya kembali.
Lee memulai dengan latihan menangkis dan memukul, kemudian menendangnya secara bertubi-tubi hingga dirinya jatuh sendiri terjebam keras di lantai kayu. Kakinya belum begitu kuat untuk melakukan penyerangan.
"Aww." Lee mengaduh ketika jari kaki dan tangannya ada yang terkena hantaman boneka tersebut, jarinya jadi menimbulkan aliran listrik yang menyengat seluruh tubuh.
Lee buru-buru keluar dari tempat latihan dan segera masuk ke dapur, dirinya menyiram jarinya dengan air keran entah gunanya untuk apa tetapi, jarinya menjadi lebih baik rasanya. Setidaknya rasa tersengat liatriknya perlahan menghilang.
Setelah merasa lebih baik, akhirnya Lee keluar dari dapur dan kembali ke tempat latihan. "Ayo, kita coba lagi sampai lancar." Lee bermonolog dan mulai memukul kembali boneka tersebut.
Di dunia yang lain, seseorang memperhatikan setiap gerak-gerik Lee kemudian tersenyum. "Memang legendaris ke-enam. Berita ramalan tidak pernah salah." Orang tersebut tersenyum senang ketika Lee tidak mudah menyerah walaupun dirinya kesakitan terus menerus.
Akhirnya dia mematikan pengelihatan yang tadi memunculkan Lee yang sedang melakukan latihan. Dirinya naik ke suatu kapal dan mendayungnya dengan perlahan, "Ajalku sudah semakin dekat aku berharap dia sudah benar-benar siap untuk menggantikanku nanti."
Pria itu sudah mulai berbicara hal-hal yang akan terjadi ke depannya.
"Ah, indahnya pulau ini." Dirinya berhenti mendayung dan merebahkan tubuhnya di atas kapal, menatap langit yang berwarna merah muda tersebut sembari tersenyum melihatnya.
***
Lanjut? Yes or No?