Kutatap raut wajah Pak Bah sudah lumayan lebih cerah dari yang sebelumnya sangat kelabu, seolah telah muncul penerimaan atas segala timpaan dan kesalahan yang ia bilang itu adalah kesalahannya sendiri.
Tapi apa pun itu, aku sungguh baru tahu semuanya, aku tidak menyangka sama sekali hal serumit itu bisa terjadi pada kehidupan manusia.
Aku masih diam dan Pak Bah juga, aku bingung untuk membuka kata setelah tahu fakta yang ada.
Kemudian Pak Bah bangkit dan menyandarkan tongkat kayunya.
"Sepertinya hari ini aku akan beristirahat, aku ingin mengunjungi tempat-tempat yang dulu pernah aku kunjungi sebelumnya. Untuk beberapa hari, mungkin… kau boleh tidak datang ke mari dulu, Dip. Atau jika kau tidak mau menganggur, kau bisalah mengurus traktor bandel yang ada di sawah. Kunci gerbangku boleh kau bawa. Dan kau bebas gunakan perkakas apa saja yang ada di sini."
Aku mengangguk, kuterima beberapa kunci dan buku tentang mesin traktor dari Pak Bah, ia menyuruhku untuk mempelajarinya.
"Nak, pesanku untukmu yang mungkin bisa berguna bagimu. Milikilah masa depan yang tidak hanya cerah, tapi juga nyaman. Perlakukan mereka yang kini ada di hidupmu dengan sebaik-baiknya, dan beri mereka kesan yang baik tentang dirimu untuk dikenang. Dan satu lagi, tentang kesempatan. Jika kau merasa belum berhasil itu namanya bukan kesempatan, melainkan percobaan. Dan ketika kau belum juga berhasil setelah mencobanya, akan selalu datang percobaan kesempatan yang kedua, tiga, empat dan seterusnya kepada mereka yang tidak pernah berhenti mencoba." Pak Bah mengangguk tersenyum tulus padaku. Matanya masih menyisakan sisa kilau dari air matanya yang tadi.
Aku menyusuri jalan pulang dengan perasaan kecewa yang bukan terobati, tetapi cukup bisa aku terima. Setelah mendengar penjelasan, semua jadi terasa masuk akal bagiku.
Apa yang harus aku katakan pada Ibu jika ia menanyakan perihal Sena padaku, aku tidak mungkin menceritakan kisah Pak Bah dari A sampai Z seperti tadi.
Semoga Ibu tidak kecewa mendapati putranya tidak berhasil membawa pulang setangkai bunga yang tak jadi berkembang.
I wish I can meet Nadif & Pak Bah in real life :'
Comment on chapter Epilog