Loading...
Logo TinLit
Read Story - Janji-Janji Masa Depan
MENU
About Us  

Pagi sekali aku sudah memanasi motor Lail.

Nurdin yang dahulu pada jam sama selalu menghampiriku, kini tetap datang ke halamanku hanya saja menjemput orang yang berbeda.

Setiap hari melihat pemandangan seperti ini aku jadi mulai terbiasa mengabaikannya.

Ada sesuatu yang penting yang akan aku lakukan hari ini.

Seperti biasa, tujuanku adalah rumah Pak Bah. Ada banyak mesin-mesin yang sakit, ingin segera disembuhkan.

Mungkin aku akan berkutat dengan traktor sepuh itu lagi jika tidak ada kipas angin atau rice cooker yang harus dibetulkan.

Kemampuanku sementara hanya mahir untuk benda semacam itu.

Matahari cukup hangat menemani perjalananku menelusuri jalanan yang tidak rata.

Kadang turun, banyakan naik, kadang juga landai lalu kemudian rata sebelum akhirnya naik atau turun lagi.

Sesaat sebelum aku benar-benar sampai dan memarkirkan sepeda motor yang aku naiki di halaman rumah Pak Bah, aku melihat sedan merah baru saja melintas pergi melewatiku dan hilang di kelokan jalan.

Mobil itu seperti yang pernah aku lihat saat pertama kali ke sini bersama Pak Leo.

"Pak Bah, sebelumnya ada yang ingin aku bicarakan, mungkin tidak terlalu penting. Tapi aku merasa perlu untuk membicarakan hal ini denganmu."

Tak ada perubahan yang berarti pada raut wajah Pak Bah, seperti biasanya diam, tenang, terlihat seperti tidak peduli padahal sebenarnya sangat memperhatikan. "Bicaralah, Bujang. Tidak seperti biasanya kau meminta izin terlebih dulu."

"Ini menyangkut aku dan putrimu, Pak. Sena." Secara tiba-tiba tenggorokanku mengering, jantungku berdegup kencang, dan keberanianku bergetar bukan main.

Sempat kurutuki diriku sendiri mengapa aku langsung mengajak bicara ayahnya, ingin aku coba membanting stir membuka pembicaraan tapi aku tidak bisa menarik kata-kataku lagi, bila sekali layar terkembang, pantang biduk surut ke pantai, begitu kata orang melayu.

Sudah terlanjur.

Pak Bah kini menatapku serius.

"Tak terhitung sudah seberapa sering saya berbincang dan berhubungan baik dengan Sena, entah itu di sini, di rumah sendiri, di pasar atau di mana pun. Ini telah terjadi selama berbulan-bulan sejak pertama kali kami bertemu. Ia memberikan warna yang berbeda dengan caranya sendiri pada kehidupan keluarga saya. Ibu mulai terbiasa menanyakannya, kakak perempuanku juga sudah akrab dengan Sena. Ada yang berbeda jika ia tidak ada. Rumah kami menjelma taman yang lebih berbunga dari yang tadinya sunyi sebelum ia datang. Pada awalnya saya juga tidak mengira akan saling mengenal hingga sejauh ini, tapi Pak Bah sendiri yang mengatakan bahwa pertemuan yang tidak sengaja, kebanyakan memang mengubah rencana." Gaya bicaraku berubah menjadi lebih formal, tidak tahu mengapa. Aku masih gugup dan menimang-nimang perkataanku, apakah akan aku lanjutkan atau sebaiknya dihentikan saja.

"Entah apa yang membuat saya berpikir bahwa semesta mendukung jalan kami, perasaan ini tiba saat saya mulai mempunyai kesibukan meskipun serabutan yang membuat saya memiliki penghasilan dan tabungan, memang tidak banyak, tapi cukup untuk sekadar menghidupi saya dan Ibu. Sena juga hampir selesai dari sekolahnya. Ia terlihat lebih dewasa dari semenjak saya bertemu dengannya pertama kali. Maaf jika ini lancang, tapi saya takut tidak bisa mengatakan karena tidak punya kesempatan, karena saya yakin bukan hanya saya saja yang ingin menggunakan kesempatan itu. Mungkin ini terlalu cepat, atau bahkan mengejutkan. Tapi saya rasa tidak ada perasaan yang tidak mempunyai hak untuk disampaikan selama keadaan memang masih memberikan kemungkinan akan terciptanya sebuah jalan. Saya masih sendiri dan Sena juga. Apa kiranya boleh, jika saya memiliki itikad baik untuk bisa lebih serius dengan-"

Sebelum aku mengakhiri kata-kataku, Pak Bah menangis. ia melepaskan kacamatanya dan beranjak dari tempat duduk dibalik meja kerjanya. Ia meninggalkanku yang kebingungan di kursi seberangnya.

Entah apa yang terjadi padanya selama aku berbicara tadi. Sungguh aku akan memukul diriku sendiri jika ada dari perkataanku yang melukai hatinya.

Aku belum pernah melihatnya menangis sebelumnya, bahkan dalam keadaan tersedih sekalipun.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (3)
  • mesainin

    I wish I can meet Nadif & Pak Bah in real life :'

    Comment on chapter Epilog
  • cimol

    ayoo !!!

    Comment on chapter Prolog
  • wfaaa_

    next chapter!

    Comment on chapter Prolog
Similar Tags
RANIA
2454      885     1     
Romance
"Aku hanya membiarkan hati ini jatuh, tapi kenapa semua terasa salah?" Rania Laila jatuh cinta kepada William Herodes. Sebanarnya hal yang lumrah seorang wanita menjatuhkan hati kepada seorang pria. Namun perihal perasaan itu menjadi rumit karena kenyataan Liam adalah kekasih kakaknya, Kana. Saat Rania mati-matian membunuh perasaan cinta telarangnya, tiba-tiba Liam seakan membukak...
Dialog Tanpa Kata
16853      4403     19     
Romance
Rasi mencintai Sea dalam diam Hingga suatu hari Sea malah dinikahi oleh Nolan kakak dari Rasi Namun pernikahan Sea dan Nolan yang terlihat aneh Membuat Rasi bebas masuk ke kehidupan Sea Bahkan selalu menjadi orang pertama saat Sea membutuhkan bantuan Akankah Sea berpaling pada Rasi atau lagilagi perasaan Rasi hanya sebuah dialog dalam hati yang tak akan pernah terucap lewat kata Sea pada Rasi Ras...
Gadis Kopi Hitam
1118      786     7     
Short Story
Kisah ini, bukan sebuah kisah roman yang digemari dikalangan para pemuda. Kisah ini, hanya sebuah kisah sederhana bagaimana pahitnya hidup seseorang gadis yang terus tercebur dari cangkir kopi hitam yang satu ke cangkit kopi hitam lainnya. Kisah ini menyadarkan kita semua, bahwa seberapa tidak bahagianya kalian, ada yang lebih tidak berbahagia. Seberapa kalian harus menjalani hidup, walau pahit, ...
Liontin Semanggi
1609      972     3     
Inspirational
Binar dan Ersa sama-sama cowok most wanted di sekolah. Mereka terkenal selain karena good looking, juga karena persaingan prestasi merebutkan ranking 1 paralel. Binar itu ramah meski hidupnya tidak mudah. Ersa itu dingin, hatinya dipenuhi dengki pada Binar. Sampai Ersa tidak sengaja melihat kalung dengan liontin Semanggi yang dipakai oleh Binar, sama persis dengan miliknya. Sejak saat...
My Rival Was Crazy
139      122     0     
Romance
Setelah terlahir kedunia ini, Syakia sudah memiliki musuh yang sangat sulit untuk dikalahkan. Musuh itu entah kenapa selalu mendapatkan nilai yang sangat bagus baik di bidang akademi, seni maupun olahraga, sehingga membuat Syakia bertanya-tanya apakah musuhnya itu seorang monster atau protagonist yang selalu beregresi seperti di novel-novel yang pernah dia baca?. Namun, seiring dengan berjalannya...
Just For You
6235      2048     1     
Romance
Terima kasih karena kamu sudah membuat hidupku menjadi lebih berarti. (Revaldo) *** Mendapatkan hal yang kita inginkan memang tidak semudah membalik telapak tangan, mungkin itu yang dirasakan Valdo saat ingin mendapatkan hati seorang gadis cantik bernama Vero. Namun karena sesuatu membuatnya harus merelakan apa yang selama ini dia usahakan dan berhasil dia dapatkan dengan tidak mudah. karen...
HURT ANGEL
174      135     0     
True Story
Hanya kisah kecil tentang sebuah pengorbanan dan pengkhianatan, bagaimana sakitnya mempertahankan di tengah gonjang-ganjing perpisahan. Bukan sebuah kisah tentang devinisi cinta itu selalu indah. Melainkan tentang mempertahankan sebuah perjalanan rumah tangga yang dihiasi rahasia.
Coretan Rindu Dari Ayah
666      473     1     
Short Story
...sebab tidak ada cinta yang lebih besar dari cinta yang diberikan oleh keluarga.
Titip Salam
3946      1497     15     
Romance
Apa kamu pernah mendapat ucapan titip salam dari temanmu untuk teman lainnya? Kalau pernah, nasibmu hampir sama seperti Javitri. Mahasiswi Jurusan Teknik Elektro yang merasa salah jurusan karena sebenarnya jurusan itu adalah pilihan sang papa. Javitri yang mudah bergaul dengan orang di sekelilingnya, membuat dia sering kerepotan karena mendapat banyak titipan untuk teman kosnya. Masalahnya, m...
Lost Daddy
5300      1200     8     
Romance
Aku kira hidup bersama ayahku adalah keberuntungan tetapi tidak. Semua kebahagiaan telah sirna semenjak kepergian ibuku. Ayah menghilang tanpa alasan. Kakek berkata bahwa ayah sangat mencintai ibu. Oleh sebab itu, ia perlu waktu untuk menyendiri dan menenangkan pikirannya. Namun alasan itu tidak sesuai fakta. AYAH TIDAK LAGI MENCINTAIKU! (Aulia) Dari awal tidak ada niat bagiku untuk mendekati...