Read More >>"> Janji-Janji Masa Depan (Mesin Sederhana (Bagian 2)) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Janji-Janji Masa Depan
MENU
About Us  

Ganti shift, Yayuk dan Jupri sudah pulang. Matahari juga sudah tidak sabar ingin sampai di peraduannya.

Printer segera kupasang, sudah banyak antrean file. Mungkin akan dilembur oleh karyawan yang dapat bagian kerja malam.

Rupanya Laras menungguku, ia masih bertengger di sepeda motornya saat aku hendak pulang berjalan kaki.

Jam segini pasti Nurdin sudah sampai rumah, atau mungkin lembur dan baru pulang selepas isya.

“Kamu belum pulang, Ras?” Sedikit basa-basi, ia terlihat mengamatiku sejak dari tangga.

“Belum, Bang.” Suasana agak sedikit canggung, antara aku yang harus bertanya atau dia yang akan menawarkan lebih dahulu. “Abang mau pulang juga, kan?”

Aku sedikit menghembuskan napas, tidak usah bertanya hanya tinggal menjawab. “Iya.”

“Sekalian pulang sama Laras saja kalau begitu.”

“Tidak apa? Aku sudah biasa jalan kaki, Ras.”

Laras menggeleng, tidak keberatan. “Rumah kita kan dekat, Bang.”

Tidak banyak yang aku pikirkan, aku anggap kejadian ini tentu hal yang biasa. Kami tetangga dekat, sekaligus teman. Pulang bersama jadilah wajar saja.

Sepanjang jalan Laras bertanya macam-macam, ia adalah gadis yang pendiam namun akan banyak bicara dengan orang yang sudah ia kenal.

Seperti saat ini contohnya, ia menanyakan tentang printer, perjalananku menuju tempat reparasi, ia juga bertanya tentang Pak Leo, ia juga menanyakan bakso yang aku makan sepulang dari tempat reparasi, kuberi sambal atau tidak.

Perjalanan dari toko ke rumah tidak lama, tapi mungkin karena sambil mengobrol jadilah waktu yang ditempuh jadi dua kali lipat dari biasanya.

“Bang, apa benar Bang Nurdin itu meminta bantuan Abang supaya dijodohkan dengan Mba Laila?”

Belum sempat aku menjawab pertanyaannya, begitu sampai di persimpangan jalan aku melihat gadis mengenakan syal abu-abu yang dilingkarkan di lehernya, ia tengah berdiri di sisi jembatan dan melihat kembali ke arahku, arah kami lebih tepatnya.

Tidak salah lagi, itu pasti Zahwa.

Tapi saat sepeda motor yang kunaiki bersama Laras mendekat, sejenak raut wajahnya berubah yang tadinya cerah kini tidak lagi.

Tanpa menungguku, dia langsung menyeberang ke sisi lain jembatan dan lari ke halaman belakang rumahnya memunculkan raut sedih dan marah.

Aku tak mengerti.

Laras segera meminta diri setelah aku turun dari motor, tepat di depan rumahku. Sempat aku basa-basi menawarkannya untuk mampir, tapi dia menolak.

Sudah sore. Aku sampai di rumah bersamaan dengan hari yang mulai gelap.

“Tadi Zahwa ke sini, Nang.” Aku mencium tangan Ibu.

“Kenapa dia kemari, Bu?”

“Entah, sepertinya mencarimu. Tapi kamu pulangnya telat sekali, jadi dia pulang duluan.”

Kupingku berdiri mendengarnya. “Zahwa di sininya lama, Bu?”

Ibu mengangguk. “Dari habis asar.”

Ya ampun! Tak biasanya Zahwa seperti itu. “Zahwa ngapain saja di sini selama itu?”

“Cuma cerita-cerita sama ibu.”

“Tentang?”

“Dia cerita, katanya dia ditolak masuk perguruan tinggi di ibu kota, tapi dia lolos beasiswa apa itu, ibu lupa namanya, susah diingat.”

Aku segera memegang gagang pintu, menghambur keluar berlari ke rumah Zahwa.

“Mau ke mana, Nang? Magriban dulu.” Belum tunai gagang pintu aku dorong, Ibu melanjutkan. “Oh iya, tadi Zahwa berpesan, dia tidak bisa mengirim pesan untuk beberapa hari karena ponselnya dipegang ayahnya, dia cuma meninggalkan surat di atas meja. Ia bilang itu untukmu, malu kalau ibu yang sampaikan.”

Bersama surat itu kuambil langkah seribu berlari menuju rumah Zahwa. Ibu berteriak, menyuruhku bertamu nanti saja. Tapi perasaanku tak mau menunggu.

Sesampainya di sana, mobil dengan nomor plat R 7742 JM milik Pak Akbar-ayah Zahwa-sudah penuh dengan penumpang, akan melakukan perjalanan.

Salah satu penumpang yang ada di dalam adalah Zahwa. Mobil itu berjalan melewatiku tapi Zahwa tidak melihatku.

Pertanyaanku saat ini, mau ke mana keluarga ini di waktu orang-orang seharusnya pulang?

Terduduk aku di pinggir jalan, perlahan membuka surat Zahwa yang ditulis di kertas dan pensil milikku. Di sana tertulis tegas dan jelas, berderet huruf berbunyi

“Bang, katamu mimpi punya jiwa. Tapi apakah jika ia mati, ia bisa hidup kembali?”

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (3)
  • mesainin

    I wish I can meet Nadif & Pak Bah in real life :'

    Comment on chapter Epilog
  • cimol

    ayoo !!!

    Comment on chapter Prolog
  • wfaaa_

    next chapter!

    Comment on chapter Prolog
Similar Tags
Denganmu Berbeda
8313      2375     1     
Romance
Harapan Varen saat ini dan selamanya adalah mendapatkan Lana—gadis dingin berperingai unik nan amat spesial baginya. Hanya saja, mendapatkan Lana tak semudah mengatakan cinta; terlebih gadis itu memiliki ‘pendamping setia’ yang tak lain tak bukan merupakan Candra. Namun meski harus menciptakan tiga ratus ribu candi, ataupun membuat perahu dan sepuluh telaga dengan jaminan akan mendapat hati...
Warisan Kekasih
777      534     0     
Romance
Tiga hari sebelum pertunangannya berlangsung, kekasih Aurora memutuskan membatalkan karena tidak bisa mengikuti keyakinan Aurora. Naufal kekasih sahabat Aurora mewariskan kekasihnya kepadanya karena hubungan mereka tidak direstui sebab Naufal bukan seorang Abdinegara atau PNS. Apakah pertunangan Aurora dan Naufal berakhir pada pernikahan atau seperti banyak dicerita fiksi berakhir menjadi pertu...
Heliofili
1894      951     2     
Romance
Hidup yang sedang kami jalani ini hanyalah kumpulan berkas yang pernah kami tandatangani di kehidupan sebelumnya— dari Sastra Purnama
Babak-Babak Drama
441      303     0     
Inspirational
Diana Kuswantari nggak suka drama, karena seumur hidupnya cuma diisi itu. Ibu, Ayah, orang-orang yang cuma singgah sebentar di hidupnya, lantas pergi tanpa menoleh ke belakang. Sampai menginjak kelas 3 SMP, nggak ada satu pun orang yang mau repot-repot peduli padanya. Dian jadi belajar, kepedulian itu non-sense... Tidak penting! Kehidupan Dian jungkir balik saat Harumi Anggita, cewek sempurna...
Kepak Sayap yang Hilang
84      78     1     
Short Story
Noe, seorang mahasiswa Sastra Jepang mengagalkan impiannya untuk pergi ke Jepang. Dia tidak dapat meninggalkan adik kembarnya diasuh sendirian oleh neneknya yang sudah renta. Namun, keikhlasan Noe digantikan dengan hal lebih besar yang terjadi pada hidupnya.
Surat untuk Tahun 2001
3446      1828     2     
Romance
Seorang anak perempuan pertama bernama Salli, bermaksud ingin mengubah masa depan yang terjadi pada keluarganya. Untuk itu ia berupaya mengirimkan surat-surat menembus waktu menuju masa lalu melalui sebuah kotak pos merah. Sesuai rumor yang ia dengar surat-surat itu akan menuju tahun yang diinginkan pengirim surat. Isi surat berisi tentang perjalanan hidup dan harapannya. Salli tak meng...
Story Of Chayra
9843      2748     9     
Romance
Tentang Chayra si cewek cuek dan jutek. Sekaligus si wajah datar tanpa ekspresi. Yang hatinya berubah seperti permen nano-nano. Ketika ia bertemu dengan sosok cowok yang tidak pernah diduga. Tentang Tafila, si manusia hamble yang selalu berharap dipertemukan kembali oleh cinta masa kecilnya. Dan tentang Alditya, yang masih mengharapkan cinta Cerelia. Gadis pengidap Anstraphobia atau phobia...
Ethereal
1174      571     6     
Romance
Ada cowok ganteng, imut, tingginya 173 sentimeter. Setiap pagi, dia bakalan datang di depan rumahmu sambil bawa motor matic, yang akan goncenging kamu sampai ke sekolah. Dia enggak minta imbalan. Dia cuma pengen lihat kamu bahagia. Lalu, ada cowok nggak kalah ganteng dari sebelumnya, super tinggi, cool, nyebelin. Saat dideket kamu dia sangat lucu, asik diajak ngobrol, have fun bareng. Ta...
SERUMAH BERSAMA MERTUA
330      284     0     
Romance
Pernikahan impian Maya dengan Ardi baru memasuki usia tiga bulan saat sang mertua ikut tinggal bersamanya dengan alasan paling tak masuk akal Keindahan keluarganya hancur seketika drama konflik penuh duka sering ia rasakan sejak itu Mampukah Maya mempertahankan rumah tangganya atau malah melepaskannya?
My Sweety Girl
10398      2356     6     
Romance
Kenarya Alby Bimantara adalah sosok yang akan selalu ada untuk Maisha Biantari. Begitupun sebaliknya. Namun seiring berjalannya waktu salah satu dari keduanya perlahan terlepas. Cinta yang datang pada cowok berparas manis itu membuat Maisha ketakutan. Tentang sepi dan dingin yang sejak beberapa tahun pergi seolah kembali menghampiri. Jika ada jalan untuk mempertahankan Ken di sisinya, maka...