Udara pagi memang menyegarkan. Semacam ada zat terapi yang dapat membuat nyaman. Tidak jarang, udara pagi malah membuat nyaman untuk memejamkan mata dan lari ke alam mimpi. Namun, tentu saja hal tersebut tidak berlaku bagi para siswa yang saat ini sedang berbaris rapi sambil memberikan gestur hormat pada Sang Merah Putih.
Momen setiap Senin pagi selalu menjadi hal berkesan bagi Hanum Nayaka Faizza. Ia sangat antusias mengikuti rangkaian agenda upacara bendera. Sebisa mungkin ia berdiri di barisan pertama supaya dapat lebih khidmat melaksanakan kegiatan itu. Baginya, upacara bendera adalah kegiatan yang penuh makna. Bagian yang paling ia favoritkan adalah saat barisan paduan suara melantunkan lagu kebangsaan dan lagu wajib nasional.
“Untuk amanat, istirahat di tempat grak!” sahut pemimpin upacara dengan lantang.
Amanat pembina upacara selalu menjadi bagian yang paling membuat Hanum penasaran. Bertanya-tanya tentang bahasan apa yang akan disampaikan oleh sosok yang berdiri di hadapan ratusan siswa. Sebisa mungkin ia simak dengan khusyuk. Menurutnya, setiap amanat yang disampaikan mengandung makna tersendiri. Tidak jarang membuatnya terharu.
Ada satu amanat pembina upacara yang selalu membekas di benaknya. Pada saat itu, pembina upacara membahas mengenai harapan. Topik yang selalu membuat cewek kelas sepuluh itu terharu. Dalam amanat tersebut disampaikan bahwa setiap manusia berhak memiliki harapan.
“Jangan sampai harapan di dalam dirimu padam. Jika suatu saat kamu berada di titik terendah dalam hidup, setidaknya kamu masih memiliki harapan sebagai penyambung napas agar tidak terlalu menyesakkan,” tutur pembina upacara saat pelaksanaan upacara bendera yang Hanum ikuti pertama kali di jenjang menengah atas ini.
Menurut Hanum, bukan tanpa alasan pembina upacara waktu itu menyampaikan amanat tersebut di hadapan ratusan siswa baru. Ia pikir, waktu itu pembina upacara sedang menyiramkan bensin untuk membakar semangat para remaja yang baru menginjak jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) ini. Ia meyakini hal tersebut karena sampai upacara bendera yang entah keberapa kali ini, ia masih merasakan percikan api yang kerap kali membakar dirinya menjadi penuh semangat dalam menjalankan episode-episode kehidupan SMA-nya.
Ternyata jenjang SMA tuh nggak seseram apa yang dibayangkan Hanum. Dia pasti bisa melalui masa-masa SMA ini. Apalagi, katanya, masa-masa SMA adalah masa yang indah. Jadi, Hanum pasti bisa melaluinya. Iya, kan?