Loading...
Logo TinLit
Read Story - After Feeling
MENU
About Us  

Aromanya manis dan menyegarkan. Kanaya bisa menghirupnya dari belakang sini. Vin mengendarai motornya pelan, tetes demi tetes air hujan yang kecil masih menerpa wajah Kanaya, membuatnya basah dan beku.

Rasanya betul-betul nyaman. Hingga Kanaya tak menyadari kalau mereka sudah berada di depan gerbang rumah kosnya.

“Terima kasih sudah mengantarku.”

Vin hanya mengangguk pelan, tapi wajahnya tetap saja datar. Dia sengaja menunggu, karena Kanaya bahkan belum juga bergeming dari hadapannya. “Ada apa? Kenapa kau tak masuk?”

Kanaya memanyunkan bibir. Wajahnya terlihat sedih, membuat Vin kebingungan. “Nasi gorengku ... aku meninggalkannya di halte tadi,” ujar Kanaya dengan tampang yang lesu.

“Nasi goreng?”

Kanaya menganggukkan kepala, dia masih memanyunkan bibirnya. “Iya, itu makan malamku.”

Vin menatapnya, gadis itu terlihat sangat sedih hanya karena makanannya ketinggalan. Vin melihat arlojinya, pukul 22.20, dan hujan masih turun walau rintiknya mengecil. Dia menghela napas. “Masuklah! Aku akan membelikanmu makanan.”

***

Mata Kanaya terpaku menatap jam dinding. Jarum detiknya terus bergerak, jarum panjangnya sudah berada di angka sebelas dan jarum menitnya sudah hampir menuju angka dua. Kanaya masih duduk di sofa, bahkan dengan rambut yang masih lembap di puncak kepalanya. Dia mendesah pelan, mungkin Vin hanya bercanda padanya. Tidak ada alasan bagi Kanaya untuk menunggu pemuda asing hanya karena dia berkata ingin membelikan makanan. Bagaimana pun, hubungan mereka hanya sebatas pertemuan tak di sengaja beberapa kali.

Kanaya terkekeh sejenak, berpikir betapa konyolnya saat dia malah duduk di sofa dan menunggu Vin. Bukankah harusnya dia berbenah dan bersiap untuk tidur. Apalagi setelah tadi dia habis terkena hujan. Sesuatu hal yang tak ia mengerti itu telah membuatnya berharap. Tidak, dia tidak berharap akan makanannya, dia mengharapkan sesuatu yang lain. Sekarang sudah pukul 23.15. Dia mengerti, tidak akan ada yang terjadi malam ini.

Kanaya beranjak, ia harus mengganti pakaian dan membersihkan dirinya. Bahkan, baju yang tadinya terkena hujan kini sudah mengering di tubuhnya. Bisa-bisa dia demam lagi jika di biarkan terlalu lama.

Kanaya mulai letih, dia melenggang pergi, mengusap-usap rambutnya dan menuju kamar mandi. Namun, di saat itu pula ia mendengar pintu rumahnya di ketuk berulang kali. Dia tak ingin mengira-ngira, tapi tak bisa dipungkiri bahwa jantungnya berdebar lagi. Dia pun berlari kecil, seakan ingin cepat-cepat membuka pintu.

Wajah Vin masih sama, rambut hitamnya tampak basah, begitu pula dengan seluruh permukaan wajahnya. Dia berdiri di depan pintu rumah Kanaya, jaket jins dan sepatunya ikut basah. Dia pasti kedinginan, tangannya sedikit bergetar saat memberikan kantong plastik pada Kanaya.

“Kedainya ramai, aku harus menunggu cukup lama. Lalu, aku tak tahu selera makanmu, jadi aku memesan yang pedas. Aku juga membelikan es jeruk untuk berjaga-jaga jika kau kepedasan.”

“Kau betul-betul membelikan aku makanan,” ucap Kanaya terkejut, walau begitu dia tetap menerima kantong plastik yang berisi makanan itu.

Vin mengerutkan kening. “Apa kau pikir aku laki-laki yang suka berbohong?”

“Bukan seperti itu, kupikir kau hanya bercanda tadi.”

Vin diam sejenak, ditatapnya gadis itu dari atas hingga ke bawah. “Kau belum mengganti bajumu?”

“Ah, belum,” jawab Kanaya terkesiap.

“Apa kau tidak kedinginan?”

“Ah, itu ... aku kedinginan, aku akan segera mengganti bajuku.”

“Ya, terserah kau. Aku akan pulang.” Vin segera berbalik, tapi Kanaya mencegahnya.

“Itu ... terima kasih atas makanannya, Vin.”

Vin tak menjawab, dia hanya memberikan sebuah anggukan kecil. Saat dia berbalik dan ingin melangkahkan kaki, kembali Kanaya mencegahnya. Kali ini dia menoleh dengan wajah yang tertekuk. “Ada apa lagi?”

“Sepertinya kita belum berkenalan dengan benar. Jadi, perkenalkan ...,” Kanaya mengulurkan tangan kanannya. “Aku Kanaya,” lanjutnya sambil tersenyum simpul.

Awalnya Vin hanya akan mengabaikannya. Namun, saat melihat mata Kanaya yang berbinar itu, seakan memohon agar Vin membalas jabatan tangannya, akhirnya dia melakukannya. Dia membalas uluran tangan Kanaya dan berkata, “Vin ... Vincent.”

“Oh, itu nama yang bagus.”

Vin segera melepas tangannya dan berkacak pinggang. “Sudahlah, apa aku boleh pulang sekarang?”

Wajahnya yang tampak kesal itu anehnya malah membuat Kanaya tertawa. “Iya, kau boleh pulang. Terima kasih banyak dan berhati-hatilah!”

Saat itu yang di rasakan Kanaya hanyalah perasaan menyenangkan. Dia tidak memberikan hal yang istimewa, hanya sebuah hal kecil. Namun, itu cukup untuk membuat Kanaya dipusingkan karenanya.

Saat satu suapan nasi goreng itu masuk ke dalam mulutnya, dia berdebar, begitu pula dengan suapan-suapan berikutnya. “Oh, ini benar-benar pedas.” Kanaya mengibaskan tangannya di depan wajah karena rasa pedas itu. Kemudian dia meneguk es jeruknya. Dia mendesah pelan, lalu tertawa kecil. “Astaga, dia benar-benar membuatku jatuh cinta.”

***

Vincent membuka jaket jinsnya yang basah, lalu meletakkannya di dalam mesin cuci. Kaus hitam yang ia kenakan terasa lembap, tapi ia tak melepaskannya. Dia duduk sambil menyalakan sebatang rokok di sofa ruang tamu.

Sambil mengembuskan asap, dia pun beringsut untuk berbaring, menatap langit-langit dengan pikiran yang menerawang. Kata-kata gadis itu, dia terus memikirkannya. Tidak ada yang istimewa dari perkataannya, hanya sebuah kalimat kecil yang cukup membuat kepalanya pusing hingga kini. Pertanyaan itu, dia sudah mendapatkan jawabannya. Mengapa sesuatu yang berbeda itu terlihat menarik?

Vincent memejamkan mata, suaranya terus bergema, wajahnya yang di penuhi rintik hujan dengan rambut cokelat sedikit basah, lalu dia berkata sambil tersenyum kecil.

“Sesuatu yang berbeda itu terlihat menarik. Itu karena kau memiliki apa yang tidak orang lain miliki. Kau menonjol, di antara mereka yang biasa saja. Jadi, kenapa kau berpikir bahwa itu adalah sesuatu yang aneh?”

“Ya, dia benar. Kenapa mereka menganggap ini aneh? Kenapa aku menganggap mata ini aneh?”

Vincent tertawa kecil sambil menutupi wajahnya. Dia gadis yang aneh.

"Ah, siapa tadi namanya? Kanaya? Itukah namanya?"

Dia memiliki satu hal yang membuatnya berbeda dengan orang lain, yaitu ketulusan. Kata-katanya bukan pujian, bukan pula buatan. Gadis itu mengatakannya berdasarkan apa yang ia lihat dan rasakan. Itulah ketulusan yang Vincent maksud. Ya, ini jadi sedikit menyenangkan.

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
PEREMPUAN ITU
547      382     0     
Short Story
Beberapa orang dilahirkan untuk membahagiakan bukan dibahagiakan. Dan aku memilih untuk membahagiakan.
Konstelasi
930      485     1     
Fantasy
Aku takut hanya pada dua hal. Kehidupan dan Kematian.
Throwback Thursday - The Novel
16720      2526     11     
Romance
Kenangan masa muda adalah sesuatu yang seharusnya menggembirakan, membuat darah menjadi merah karena cinta. Namun, tidak halnya untuk Katarina, seorang gadis yang darahnya menghitam sebelum sempat memerah. Masa lalu yang telah lama dikuburnya bangkit kembali, seakan merobek kain kafan dan menggelar mayatnya diatas tanah. Menghantuinya dan memporakporandakan hidupnya yang telah tertata rapih.
After School
3415      1373     0     
Romance
Janelendra (Janel) bukanlah cowok populer di zaman SMA, dulu, di era 90an. Dia hanya cowok medioker yang bergabung dengan geng populer di sekolah. Soal urusan cinta pun dia bukan ahlinya. Dia sulit sekali mengungkapkan cinta pada cewek yang dia suka. Lalu momen jatuh cinta yang mengubah hidup itu tiba. Di hari pertama sekolah, di tahun ajaran baru 1996/1997, Janel berkenalan dengan Lovi, sang...
Putaran Roda
572      386     0     
Short Story
Dion tak bergeming saat kotak pintar itu mengajaknya terjun ke dunia maya. Sempurna tidak ada sedikit pun celah untuk kembali. Hal itu membuat orang-orang di sekitarnya sendu. Mereka semua menjauh, namun Dion tak menghiraukan. Ia tetap asik menikmati dunia game yang ditawarkan kotak pintarnya. Sampai akhirnya pun sang kekasih turut meninggalkannya. Baru ketika roda itu berputar mengantar Dion ke ...
TWINS STORY
1346      724     1     
Romance
Di sebuah mansion yang sangat mewah tinggallah 2 orang perempuan.Mereka kembar tapi kayak nggak kembar Kakaknya fenimim,girly,cewek kue banget sedangkan adiknya tomboynya pake banget.Sangat berbeda bukan? Mereka adalah si kembar dari keluarga terkaya nomor 2 di kota Jakarta yaitu Raina dan Raina. Ini adalah kisah mereka berdua.Kisah tentang perjalanan hidup yang penuh tantangan kisah tentang ci...
Zona Elegi
547      355     0     
Inspirational
Tertimpa rumor tak sedap soal pekerjaannya, Hans terpaksa berhenti mengabadikan momen-momen pernikahan dan banting setir jadi fotografer di rumah duka. Hans kemudian berjumpa dengan Ellie, gadis yang menurutnya menyebalkan dan super idealis. Janji pada sang nenek mengantar Ellie menekuni pekerjaan sebagai perias jenazah, profesi yang ditakuti banyak orang. Sama-sama bekerja di rumah duka, Hans...
SILENT
5597      1678     3     
Romance
Tidak semua kata di dunia perlu diucapkan. Pun tidak semua makna di dalamnya perlu tersampaikan. Maka, aku memilih diam dalam semua keramaian ini. Bagiku, diamku, menyelamatkan hatiku, menyelamatkan jiwaku, menyelamatkan persahabatanku dan menyelamatkan aku dari semua hal yang tidak mungkin bisa aku hadapi sendirian, tanpa mereka. Namun satu hal, aku tidak bisa menyelamatkan rasa ini... M...
To The Girl I Love Next
414      292     0     
Romance
Cinta pertamamu mungkin luar biasa dan tidak akan terlupakan, tetapi orang selanjutnya yang membuatmu jatuh cinta jauh lebih hebat dan perlu kamu beri tepuk tangan. Karena ia bisa membuatmu percaya lagi pada yang namanya cinta, dan menghapus semua luka yang kamu pikir tidak akan pulih selamanya.
Not Alone
544      291     3     
Short Story
Mereka bilang rumah baruku sangat menyeramkan, seperti ada yang memantau setiap pergerakan. Padahal yang ku tahu aku hanya tinggal seorang diri. Semua terlihat biasa di mataku, namun pandanganku berubah setelah melihat dia. "seseorang yang tinggal bersamaku."