1. Anak Baru
Langit begitu cerah yang menandakan bahwa hari itu tidak akan turun hujan. Angin bertiup dengan lembut. Pohon disepanjang jalan menuju sekolah membuat hati siapapun menjadi tentram. Namun dari kejauhan , seorang anak gadis berambut panjang sepinggang berjalan dengan lesu. Sesekali dia menguap dan menggosok-gosokkan matanya yang terlihat masih mengantuk. Dia tidak terlihat menikmati suasana pagi itu. Kebiasaan lily lah yang membuaat dia sering mengantuk. Betapa tidak, hampir setiap hari lily tidak melewatkan acara nonton filmnya. Kalau tidak dirumah, dia menontonnya dibioskop itupun kalau dia tidak malas. Koleksi DVD dan CD nya pun memenuhi kamar tidurnya. Dia sebenarnya bukan pemalas. Dia termasuk anak yang pandai dalam setiap pelajaran. Tapi baginya belajar itu hanya rutinitas saja.
Dikejauhan nampak temannya yang berseragam sama dengannya sedang melambaikan tangan kearahnya. Diapun melambaikan tangan dengan agak sedikit malas. Temannya pun menghampirinya dengan berlari-lari kecil. Syifa-nama temannya itu- menepuk-nepuk punggung Lily lalu menggandeng tangan Lily dengan senyum riang sambil membawa Lily dengan jalan melompat-lompat kecil.
Syifa adalah teman sebangku Lily. Dia berkepribadian feminim, sangat berbeda dengan Lily yang agak berantakan. Syifa mempunyai kulit seputih salju , rambutnya panjang bergelombang dan selalu memakai pita diatas kepalanya. Dia seperti putri-putri dari kerajaan Inggris. Hobinya sangat kewanitaaan, seperti memasak, merajut, menyulam, merangkai bunga, mengurus tanaman, dan masih banyak lagi. Sering kali peralatan sulamnya dibawa kesekolah untuk mengisi waktu kosong bila tak ada pelajaran atau istirahat. Dia juga selalu minta Lily mencoba resep masakan yang dibuatnya. Berbeda dengan Lily. Kalau tidak ada jam pelajaran, dia akan menghabiskannya dengan tidur-tiduran. Sesekali dia juga pernah tidur pada saat jam pelajaran berlangsung dan gurunya hanya bisa memarahinya. Namun bagi syifa, Llily adalah orang yang spesial. Satu hal yang dia suka pada Lily adalah Lily tidak suka menonjolkan diri dan membanggakan diri pada teman-temannnya. Bahkan teman-temannya pun tidak tahu bahwa Lily adalah seorang anak pengusaha besar. Teman-temannya mengira Lily hanya orang biasa yang mungkin tergolong sederhana. Betapa tidak, dandanan Lily kesekolah sangat biasa. kadang rambutnya dibiarkan panjang tergerai tanpa hiasan apapun, dan ke sekolah jalan kaki. Dia juga tidak pernah dilihat oleh teman-temannya seperti jalan-jalan ke mall atau ke tempat wahana bermain. Mungkin hanya syifa yang tahu siapa Lily sebenarnya. Syifa mengetahui itu dari orang tuanya. Pada awalnya Syifa juga tidak terlalu menyukai Lily karena sikap Lily cuek dan jarang bersosialisasi dengan orang lain. tapi setelah mengetahui itu, syifa kagum dan ingin menjadi temannya. Menurut Syifa itu sesuatu yang keren. Syifa bahkan kadang-kadang mengikuti Lily, yaitu berjalan kaki ke sekolah seperti yang temannya itu lakukan setiap hari. itu membuat Lily merasa kalau Syifa berkepribadian aneh, padahal dirinya sendiri lebih aneh dari siapapun.
"Good morning, mina-san," sapa Syifa ketika memasuki kelas kepada teman temannya.
"Siapa minasan ?" kata teman-temannya celingak-celinguk mencari tahu siapa dikelasnya yang bernama Mina-san.
"Mina-san itu bahasa jepang artinya semuanya atau teman-teman. Jadi good morning, mina-san artinya selamat pagi semuanya," ujar Syifa ceria sambil melambaikan tangan pada teman-temannya. Beberapa detik teman-temannya hanya memandangi Syifa dengan tatapan bingung sambil membuka mulut lalu kembali keaktivitas mereka sebelumnya. Syifa duduk dengan raut muka cemberut,
"Kenapa sih tidak ada respon dari mereka? Sebel deh," gerutu Syifa.
"Mungkin karena kamu menggabungkan 2 bahasa untuk menyapa mereka. Aku rasa mereka sedang berpikir cara membalas ucapan dalam 2 bahasa juga, tapi karena tidak bisa, jadi mereka diam saja. Aku berpikir seperti itu, karena aku juga akan melakukan hal sama," analisa Lily.
"Ohh, begitu ya, apa kamu bisa membaca pikiran orang juga,Ly?"
"Tidak, aku hanya menganalisa itu menurut film-film yang aku tonton. Tapi kenapa kamu pakai 2 bahasa?"
"Ihh, kenapa sih itu jadi bahan obrolan kita? Film? Film apa yang kamu tonton tadi malam?"
"Tentang gangguan penyimpangan pikiran pada diri seseorang," kata Lily datar
"Hah? Sepertinya mengerikan. Apa aku boleh menonton juga?"
"Aku cuma pinjam di rental CD. Soalnya aku tidak terlalu tertarik dengan yang begituan, tapi akhir-akhir ini aku jadi tertarik. Entah kenapa aku seperti ditarik-tarik oleh seseorang supaya aku tertarik. Aku tidak mengerti kenapa aku jadi tertarik, aku bingung kenapa...." kata Lily mulai meracau sendiri. Tidak lama kemudian dia mulai ngantuk. Syifa yang melihatnya hanya geleng-geleng kepala. Dia mengeluarkan 2 tiket dalam tasnya,
"Ly, aku mau kamu menemaniku hari minggu nanti. Mau kan?" tanya syifa sembari menyodorkan tiket kepada Lily. Lily menerimanya dan seketika itu juga wajahnya langsung berbinar-binar.
“ kamu mau menonton ini? Q kira kamu bukan orang yang menyukai film action,"
“Iya, the avenger kan keren, apalagi ada captain americanya kan? Kadang-kadang sih sukanya,"
"Oke deh, tapi aku tidak peduli sih kamu suka atau tidak, yang pasti ada teman kesana aku senang-senang saja. Oke, nanti malam minggu kita pergi," kata Lily semangat.
Tiba-tiba datang Alex menghampiri ke meja mereka berdua.
"Aku diajak dong, Lily aku ikut ya. Nanti aku belikan eskrim buatmu dan Syifa , yah,yah?" pinta Alex dengan wajah yang diusahakan memelas.
"Kenapa kamu disini, kelasmu kan disebelah? Aku tidak mau acara kencan kami berdua diganggu oleh playboy kayak kamu, , cepat pergi sana,, sana,," sambil berkata begitu Syifa mendorongnya keluar dari kelas mereka.
Jam pelajaran pertama, kedua, dan ketiga pun sudah selesai. Kini saatnya mereka keluar kelas untuk istirahat. Waktu istirahat digunakan Lily dan temannya yang lain untuk makan-makan di kantin sekolah. Syifa dan Lily berjalan menuju kantin sekolah. Didekat kantor guru, syifa melihat seorang yang tidak mengenakan seragam seperti yang dikenakan mereka memasuki kantor tersebut. Syifa agak penasaran dengan orang itu,
"Ly, kamu liat tidak orang yang masuk kekantor guru tadi? Kayaknya dia akan pindah kesini deh, tapi aku merasa pernah melihat orang itu sebelumnya," kata Syifa setelah duduk di kursi kantin membawa makanan.
"Mungkin. Difilm the One aku pernah liat bahwa kita ini tidak hanya satu tapi mungkin lebih karena ada yang namanya dunia paralel," Jelas Lily mulai meracau tidak jelas.
"Aku kan hanya bilang aku pernah melihatnya bukan berarti dia banyak. Huhh, harusnya kamu jangan terlalu melihat film-film itu, ," saran Syifa
" ….. aku hanya ingin melupakan kekesalanku akan sesuatu, ," lirih Lily. Syifa hanya membuang nafas panjang mendengar perkataan Lily yang terkadang sarat dengan makna. Tapi dia tidak akan melanjutkan dengan pertanyaan lagi, karena dia tahu, Lily akan menjawab dengan panjang lebar dan agak rumit untuk menganalisanya. Jadi untuk amannya, Syifa hanya diam saja dan melanjutkan makannya.
"Anak-anak, hari ini ibu akan mengenalkan kalian pada teman baru," kata Ibu Dina didepan kelas. tangan ibu guru memberi isyarat menyuruh seseorang masuk kedalam kelas. Seseorang dengan postur tubuh atletis tersebut berdiri disamping meja Ibu guru. Syifa mengenali orang itu yang memasuki kantor guru pada waktu jam istirahat. Sedangkan Lily tertidur di meja karena tidak ada pelajaran saat itu.
“Namaku Rino Deantara Kusuma. Salam kenal," kata anak baru itu dengan malas memperkenalkan diri. Beberapa anak perempuan disitu seperti biasa kalau melihat laki-laki tampan langsung terkesima. Mereka langsung menanyakan beberapa hal salah satunya alasan dia pindah sekolah.
"Aku pindah karena aku ingin pindah. Jelas?"katanya ketus. Dijawab seperti itu malah membuat anak cewek--yang termasuk kategori mengalami penyakit pemuja lelaki tampan yang bersikap cool--disitu terkesima. Rino melihat seisi kelas. Dia melihat kearah Lily yang dari tadi menelungkupkan wajahnya ke meja. Ibu guru pun menyuruhnya menempati kursi kosong yang sudah disediakan. Rino menduduki meja kosong paling belakang berseberangan dengan meja yang ditempati Lily dan Syifa yang berada dekat jendela. Setelah ibu guru berlalu,Syifa mencoba berkenalan dengan Rino tanpa bangkit dari kursinya, tapi yang didapatnya adalah,
"Hai Rini eh salah , hai Rino, salam kenal. Aku syifa, " Kata syifa sambil mengulurkan tangan. Rino sesaat memandang tangan Syifa yang terulur lalu mengatakan, "Syifa, itu namamu ya. Ya bagus lah kamu punya nama. Syifa Widya Jelita Wicaksono, itu kan namamu?"
“Haah, apa? Kenapa, kenapa kamu tau nama lengkapku? Kamu, kamu, ...... KAMU!!!! teriak Syifa cukup keras mengagetkan Lily.
"Ada apa, fa? Bukankah hari ini tidak ada gurunya?" tanya Lily sembari menegakkan badannya. Lily pun melihat Syifa yang sedang berekspresi kaget melihat sesuatu. Dia pun melihat ke arah sesuatu yang membuat Syifa jadi patung pakaian seperti itu.
"Siapa dia, Fa?"
"Di-di-dia anak baru di kelas ini. Namanya Rino,"kata Syifa menjelaskan dengan gugup. Rino mengalihkan pandangannya kearah Lily, Lilypun menyadarinya dan tersenyum kearahnya. Tapi Rino malah segera mengalihkan pandangannya kearah lain. Rino terlihat gugup. Lily yang melihat itu hanya berkomentar, "Ah, sudahlah Syifa, kalau dia tidak mau berteman jangan dipaksa. Mungkin dia sedang mengalami yang namanya persiapan mental menghadapi dunia tak terdeteksi oleh pikiran dan jiwanya," tutur Lily dengan penganalisaan anehnya. Mendengar hal itu, Rino langsung menatap Lily dengan rasa tersinggung. Lily tidak menyadari bahwa kata-katanya membuat Rino tersinggung. Syifa yang dari tadi terlihat ketakutan, dibawa Lily keluar dari kelas.
"kita mau kemana?"
"Aku mau ke toilet. Kamu terlihat shock. Aku tahu, pasti karena orang itu. Kalau dia tidak mau berteman, yah janganlah kamu memaksa untuk berteman. Cukup aku saja yang jadi korbanmu," hibur Lily pada saat menuju ke toilet. Syifa mendelik kearah Lily.
“Dia itu mantan aku Ly," kata Syifa dengan tertunduk lesu.
"Terus kenapa?" Tanya Lily bingung.
"Aku hanya shock, soalnya dia dulu itu suka memaksakan kehendaknya,"
"Kalau gitu nanti aku beritahu dia supaya tidak minta balikan atau ganggu kamu lagi. Oke tunggu aku ya, jangan kemana-mana," kata Lily lalu memasuki toilet. Syifa masih terlihat gusar. Dia benar-benar merasa tidak nyaman dengan kehadiran Rino di kelasnya.
"kenapa dia mesti kembali?" gumam Syifa dalam hati.
Waktu kelas 4 SD, Syifa dan Rino sudah berpacaran. Usia yang masih tergolong muda untuk tahu apa artinya itu pacaran. Syifa terpaksa berpacaran dengan Rino karena anak lelaki itu terus mengganggunya. Salah satu syarat agar Syifa tidak diganggu adalah bersedia menjadi pacarnya. Namun masa-masa pacaran monyet mereka hanya membuat Syifa sedih. Rino selalu membawanya bermain permainan anak laki-laki. Dan satu insiden yang membuat Syifa geram adalah saat Rino menggunting rambut Syifa. Syifa pulang kerumah sambil menangis. Orangtuanya pun segera memberitahu keluarga Rino apa yang telah diperbuatnya. Rino pun dipindahkan oleh ayahnya ditempat neneknya. Sejak itu Syifa tidak pernah lagi melihatnya dan berharap tidak pernah selintas pun melihat makhluk nakal itu.
Sebelum memasuki kelas, Syifa meminta Lily untuk duduk ditempatnya yang dekat dengan tempat duduk Rino. Awalnya Lily menolak karena itu adalah tempat yang nyaman terkena hembusan angin untuk tidur, tapi karena Syifa hampir menangis, Lily terpaksa mengiyakannya.
Setelah sampai didalam kelas, ternyata Ibu guru sudah menjelaskan mata pelajarannya didepan kelas. Rino melirik kearah Lily yang menduduki bangku Syifa. Lilypun sekilas melihatnya dengan heran lalu berbalik melihat kearah Ibu guru yang sedang menjelaskan dengan tidak terlalu serius. Sementara Syifa merasa tenang dan kembali ceria lagi.
"Ah, hari ini sepertinya akan turun hujan," komentar Lily pas waktu jam pulang di gerbang sekolah menuju jalan raya. Syifa hanya mengangguk tanda membenarkan.
"Emmm,, Lily, kamu mau kemana setelah ini?"
"Aku mau tidur saja,"
"Yaaaaahh, kenapa sih kamu suka banget tidur? Tidur siang kan tidak baik untuk kesehatan. Gimana kalau kita jalan ke mall beli baju?"
"Tidak perlu. Baju-bajuku sudah ada yang membelikan,"
"Gimana dengan dengan barang-barang yang lainnya?" tanya Syifa penasaran.
"Itu juga tidak perlu. Semua sudah diatur. Ahhh, kita berpisah disini. Sampai ketemu besok ya Syifa,, dahhh," Lily langsung pergi tanpa menghiraukan Syifa yang sebenarnya ingin mengatakan sesuatu lagi. Syifa bertanya-tanya dan sedikit kecewa. Dia hanya bisa mendesah pelan. Saat Syifa ingin melangkahkan kakinya ingin melanjutkan perjalanan, tepat didepannya sepeda motor berwarna hitam menghadangnya. Syifa kaget. seseorang itu langsung melepaskan helmnya. Syifa langsung ketakutan ketika melihat orang itu. Dia benar-benar tidak menyangka Rino akan mengikutinya. Trauma masa kecilpun kembali. Urat nadi lehernya menegang, matanya melotot tanda ketakutan.Rino pun menenangkannya,
"Syifa, aku tidak bermaksud apa-apa, aku cuma ingin kamu tahu aku tidak seperti dulu lagi. Aku tidak main-main lagi dengan rambut orang lain. Tapi aku sudah salurkan bakatku itu di salonku. Kalau kamu ingin potong rambut, bisa datang ke tempatku," kata Rino menjelaskan. Namun wajah Syifa benar-benar pucat. Lalu pada saat Rino mengucapkan, aku mau minta ma.. tiba-tiba Syifa berteriak minta tolong. Lily yang tidak terlalu jauh dari situ mendengar teriakan Lily. Diapun berpikir, ini adalah adegan dimana seseorang harus menolong orang lain. Diapun berpikir keras teknik apa yang harus digunakan pada saat ini. Kalau orang itu bersenjata, dia juga harus mencari senjata alternatif. Satu-satunya yang terlihat dijalan itu yang bisa disebut senjata alternatif adalah batu kecil-kecil. Lily mengambil beberapa batu. Setelah itu dia langsung berlari kearah Syifa berteriak. Dan Lily sangat terkejut, penjahat itu sedang menutup mulut Syifa dengan tangannya.
"Hei, bodoh. Kau pikir kau sedang apa, hah!?! Aku kesini cuma untuk minta maaf bukan untuk menggunting rambutmu lagi, bisa diam tidak?!! Nanti ada orang yang berpikiran aneh datang kemari," bentak Rino sambil menutup mulut Syifa yang ingin berteriak kembali.
"Aduuhh," jerit Rino. Kepalanya telah dilempari batu kecil oleh seseorang dari belakang. Rino pun sangat geram dan akhirnya melepaskan tangannya dari mulut Syifa. Rino menoleh ke belakang dan dengan secepat kilat Syifa langsung berlari kearah Lily. Lily kaget setelah melihat orang yang dia lempari itu adalah Rino, Si anak baru.
“kamu mau mati, ya," kata Rino dengan sadis seperti ingin menguliti Lily. Syifa yang berada dibelakang Lily gemetar sementara Lily yang berkeringat dingin namun masih tetap berusaha tenang.
"Jangan sentuh temanku karena itu ... itu akan ...akan apa ya? Ya, karena itu tidak baik untuk kesehatannya. Kamu dengar itu hah!?!" teriak Lily sambil berusaha tidak takut. Rino melangkahkan kakinya ingin mendekati mereka, namun Lily malah melemparinya lagi dan mengenai pelipis Rino. Rino meringis sambil memegang pelipisnya, "kau,, benar-benar akan mati .." terlihat Rino sangat-sangat marah.
Sebelum Rino sempat mendekati dua cewek tersebut mereka sudah lebih dahulu berlari dan mereka berdua berteriak-teriak minta tolong disepanjang jalan. Rino pun urung mengejar mereka karena orang akan mengira yang bukan-bukan. Padahal kemarahan Rino saat itu sangat-sangat mendidih. Rino tidak hanya dilempari satu kali tapi 2 kali. Setelah itu dari pelipisnya pun bengkak.
"ouchh, sial! gadis itu harus membayar ini semua!" umpat Rino dalam hati. Setelah itu dia pergi melaju dengan motornya.
Lily dan Syifa akhirnya sampai ditempat ramai. Lily menyuruhnya untuk memanggil taksi. Didalam taksi Syifa berkata, "Ly, gimana kita nanti sekolah? Kamu juga sih melemparinya dengan batu. Harusnya kamu lempar pakai sepatu saja dulu. Tapi aku benar-benar takut kamu nanti diapa-apain sama Rino. Dia itu sadis banget tau ga? Rambutku aja pernah digunting sama dia. Gimana nih?" cemas Syifa dengan sangat.
“Tenang, , aku sudah menyiapkan sesuatu bila hal-hal buruk terjadi. Aku hanya perlu berteriak minta tolong atau membawa peralatan perangku. Tapi kamu tidak diapa-apain kan?"
"Iya, dia tadi datang untuk minta maaf,"
"oh,, HUHHH minta......minta maaf?!!"kata Lily shock. Dia terlihat Panik, "Yaaaah,,aku kira kamu diapain ma dia, ,bagaimana nih?! aku bakal berurusan dengan orang itu deh. Kalau begitu aku mau absen aja nanti. Setelah aku siap minta maaf dengannya, baru aku sekolah lagi. Nanti bilangin aku izin ya," kata Lily. Tak berapa lama, taksi berhenti dirumah Lily. Lilypun turun dan melambaikan tangan kearah Syifa yang masih berada di dalam taksi.
Dikamarnya, Lily memikirkan apa yang barusan dilakukannya.
"Harusnya aku tadi lemparnya pakai sepatu saja ya, , ,AKKhh!!ini benar-benar membuatku kesal saja," teriaknya dalam kamar lalu langsung tertidur tanpa melepaskan seragam sekolahnya. Hampir setiap kali pada saat Lily kesal melakukan kesalahan atau mengingat sesuatu yang membuatnya kesal, dia selalu pergi tidur, tak peduli itu siang atau malam. Menonton televisi atau memutar film juga menjadi alternatif untuk membuat dirinya bisa melupakan segala hal itu.