Read More >>"> Love Like Lemonade (Part 3) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Love Like Lemonade
MENU
About Us  

Sore itu Alvin sedang melangkah menuju tempat parkir. Tidak terasa waktu berjalan cepat ketika mengobrol dengan teman-temannya. Tiba-tiba sudut matanya menangkap hal yang menarik perhatiannya. Seorang perempuan—berambut panjang sepunggung dengan kuncir kudanya yang khas—berada di parkiran motor. Menaiki motor berwarna biru dan siap menancap gas.

Segera terbesit ide di kepala Alvin. Sudut bibirnya terangkat. Setelah sosok yang dipandanginya menjauh, Alvin memainkan kunci mobilnya seembari meneruskan langkah ke parkiran.

 

***

 

Entah mengapa suasana hati Vanta hari ini kurang bagus. Sejak tadi pagi, Vanta merasa sesuatu akan terjadi. Vanta berjalan ke kantin dengan malas. Jessi tidak ada kelas hari ini, jadi terpaksa Vanta harus menghadapi apa pun yang akan terjadi sendirian.

Vanta memilih tempat kosong di samping jendela, ia menghela napas sambil membuka kotak makanannya. Tiba-tiba Vanta teringat Nathan. Waktu dia menyeret cowok itu keluar dari perbudakan yang dilakukan Alvin, mereka berkenalan dan bertukar kontak. Vanta juga tidak ragu menyapa saat mereka bertemu. Kadang-kadang Vanta mengajaknya ngobrol bareng Jessi.

Vanta lalu mengirim pesan pada Nathan. Yang langsung dibalas oleh cowok itu.

 

Vanta: Nath, lagi di mana? Ngampus gak?

Nathan: Iya, ni. Mau ke kantin.

Vanta: Gue udah di kantin. Sini, bareng aja.

 

Tidak lama kemudian Nathan memasuki area kantin, mengambil tempat duduk berhadapan dengan Vanta setengah terengah.

“Kenapa? Lo abis dikerjain lagi?” tanya Vanta cemas.

“Nggak. Cuma capek jalan ke kantin.”

Vanta menganga, nyaris tertawa. Tapi dia berhasil menahannya. Memandangi cowok gempal yang bercucuran keringat.”Lo nggak pesen makan?”

“Mau, nih.”

“Ya udah, gue jagain tempat duduknya. Tenang aja.”

Tanpa aba-aba Nathan menghambur untuk hunting makan siang. Selang beberapa menit cowok itu kembali dengan nampan berisi semangkuk soto ayam, sepiring nasi yang menggunung, dan sekantong kertas berisi burger ukuran besar.

Lagi-lagi Vanta dibuat tercengang. Gadis itu terkekeh. “Kayaknya laper banget, nih.”

“Iya, tadi Alvin sama temen-temennya nyuruh gue bawain barang-barang mereka,” jawab Nathan polos.

Tawa Vanta langsung berhenti dan berubah jutek. “Dia lagi? Heran, deh. Cowok jahat gitu kok bisa populer sih? Kalo dia nyuruh-nyuruh, tolak dong, jangan diem aja.”

“Tapi dia—”

“Apa lo anak beasiswa juga, makanya nggak bisa ngelawan dia?” tanya Vanta menunjuk Nathan dengan garpunya. Lelaki itu menjawab dengan gelengan kepala.

“Ohh ... gue kira sama kayak gue, makanya lo nggak berani sama dia. Gue kesel banget lihatnya, mentang-mentang berkuasa jadi menggunakan kekuasaan seenak jidat. Lain kalo kalo dia semena-mena lagi, cuekin aja, Nath! Kebiasaan dia nanti. Kalo lo butuh bantuan, hubungin gue. Gue bantuin lo kabur sebisa gue.”

Nathan menyendok sotonya dan melirik Vanta sebelum akhirnya mengangguk.

“Lo masih ada kelas nggak?” tanya Vanta mengubah topik.

“Nggak ada, sih.”

“Temenin gue yuk, cari peralatan gambar.”

“Ke mana?” tanya Nathan dengan mulut penuh.

“Lo biasa beli dimana?” Vanta balik bertanya. Merapikan kotak makannya.

“Ada satu toko, tempat anak-anak desain belanja peralatan. Di situ biasanya lebih murah dari toko-toko lain. Ada diskon juga kalo unjukin kartu pelajar.”

“Wahh, beneran?? Boleh yuk, temenin gue ke sana!” ujar Vanta antusias karena mendengar kata murah dan diskon. Lumayan kan, Vanta jadi bisa berhemat.

Selesai makan mereka langsung berjalan ke parkiran motor. Ketika Vanta membuka jok motor dan mengambil helm yang talinya dikaitkan di bawah jok, ia terperangah. “Yah, kok bannya bocor?”

Nathan ikut melihat ban belakang motor Vanta.

“Kenapa nih, tadi pagi nggak pa-pa padahal. Lo tau tempat tambal sekitar sini, Nath?”

“Kayaknya ada deh, pas keluar kampus ke arah kanan.”

“Gue tambal dulu, deh. Mau ikut?”

“Iya, sekalian jalan aja.”

Sadar diri kalau ia cowok dan berbadan lebih besar, Nathan menawarkan untuk mendorong motor Vanta. Kemudian gadis itu menyejajarkan langkahnya dengan Nathan. Belum sempat mereka keluar dari area kampus, sebuah mobil mengadang mereka. Membuat keduanya berhenti melangkah. Seseorang keluar dari mobil berwarna merah terang, sosok yang sangat dikenal oleh Nathan. Dan juga  Vanta.

“Kok didorong? Punya motor itu ya dikendarain lah. Manusia primitif nggak ngerti cara kerja yang namanya motor ya?” ejek cowok itu.

Teman-temannya yang berada di sekitarnya tertawa, sementara beberapa orang yang melintas di halaman kampus berhenti untuk menyaksikan kehebohan itu.

Benar saja. Firasat Vanta menjadi kenyataan. Layaknya makhluk lemah yang memiliki insting untuk bertahan hidup dari hewan buas, seharusnya Vanta tidak mengabaikan instingnya. Kejadian juga kan, saat di mana ia berhadapan dengan Alvin lagi.

“Ayo dong, nyalain mesinnya,” kata Alvin, berkacak pinggang dengan lagak menyebalkan.

Karena Vanta dan Nathan hanya berdiri diam, cowok itu kembali beraksi. “Oh iya! Kan manusia primitif, emang ngerti starter?”

Teman-teman Alvin tertawa sejadi-jadinya. Kemudian Rio menimpali, “Bisa aja lo, Vin. Makanya lo ajarin mereka, dong.”

Mendengar Alvin cs menertawakannya dan Nathan, darah Vanta hampir naik ke kepala. Tetapi  sekali lagi, Vanta tidak bisa berbuat banyak.

Kemudian Alvin mengusap-usap dagunya. “Hmm ... gitu, ya?” Menghampiri Nathan dan Vanta.

“Ehem ...” Dengan jemawa Alvin berdeham keras. “ Gini ya, ini namanya kunci.” Tanpa seizin si pemilik, dia menyambar kunci motor. Mengangkat dan menunjukkannya seolah sedang mengajari balita bicara.

Vanta berusaha merebut kunci motornya dari tangan Alvin, namun dengan cepat cowok itu menghindar. Sepertinya bukan hanya ban motor Vanta saja yang perlu ditambal. Tapi kepala cowok itu juga! Biar tidak kehilangan akal sehat terus-menerus.

“Eits, tunggu dulu ...” Kembali Alvin memasukan kunci motor ke lubang kunci dan memutarnya sampai tanda ‘on’.

“Pertama-tama masukin kuncinya, jangan masukin ke mulut lo, ya. Ntar kayak Patrick Star, lagi.” Tunjuk Alvin pada Nathan. “And then, starter deh! Gampang kan?”

Andre, Edo, Rio, dan yang lainnya menahan tawa, sementara Toto geleng-geleng kepala, sedikit prihatin. Tapi masih setia menonton.

“Tanya Vin, udah bisa belom?” teriak Edo.

“Udah bisa belom??” Alvin mengikuti saran Edo sambil menyunggingkan seringai lebar mengejek.

Raut Vanta sudah berubah ganas sejak tadi. Sorot matanya memancarkan emosi yang meluap-luap. Kalau bukan karena status cowok itu, Vanta mungkin sudah maju meninju wajah muka tengilnya yang menyebalkan.

“Minggir!” ketus Vanta.

“Wow, galak banget. Udah ngerti belom? Atau masih belom ngerti juga?”

“Dia nggak ngerti sama penjelasan lo kali, Vin! Payah ni Alvin jelasinnya.” Kali ini Andre ikut berulah.

“Ah, jangan-jangan orang primitif ini malah nggak ngerti sama sekali apa yang gue omongin. Yah, percuma deh.”

Vanta sudah jengah melihat sikap Alvin. Akhirnya ia berkata lantang, “Minggir lo! Mau gue tabrak? Jangan halangin jalan gue! Singkirin mobil lo dari depan gue, bikin SAKIT MATA, tau nggak?!”

Setidaknya Vanta tidak menyentuh atau melukai cowok itu. Tapi kalau Alvin bertindak lebih jauh, mungkin Vanta akan tergoda untuk mencekiknya.

Mungkin.

Dalam sekejap mahasiswa dan teman-teman Alvin yang menonton jalannya insiden tersebut ber-wow ria mendengar Vanta yang dengan berani menantang Alvin. Sorakan mereka turut meramaikan suasana seperti suporter timnas di lapangan.

Alis Alvin berkerut. “Siapa lo berani perintah-perintah gue?”

“Siapa lo, berani halangin jalan gue? Presiden juga bukan,” balas Vanta tidak mau kalah.

“Ta, jalan yuk.” Sementara Nathan yang sudah mengeluarkan keringat dingin mencoba membujuk Vanta untuk beranjak dari tempat itu.

“Jadi lo masih belum nyerah? Oke kalo gitu, tunggu aja yang selanjutnya. Ban lo bocor, itu baru permulaan.”

Vanta lalu tersentak. “Jadi lo yang bocorin ban motor gue?”

“Gue nggak main-main dengan omongan gue.” Alvin menatap mata Vanta lurus-lurus dibalas dengan tatapan menantang dari gadis itu.

Runtuh sudah sisa kesabaran Vanta. Tangannya menyentuh starter, hendak menabrak lelaki itu. Meskipun bannya bocor, Vanta tidak peduli!

Sekali lagi Nathan menahan Vanta. “Ta, ayo ....”

Sampai akhirnya cewek itu menuruti permintaan Nathan untuk meninggalkan area kampus bersama kegeramannya yang memuncak. Vanta berjalan melewati Alvin. Menabrak bahu cowok itu dengan sengaja.

Tidak marah, Alvin malah tersenyum miring.

“Gila lo, besok-besok adegan apa lagi?” tanya Andre di sela-sela tawanya.

“Apa, ya? Gue juga belom kepikiran, nih. Ada ide nggak? Puas banget gue bikin tu cewek diketawain.”

“Kayaknya Alvin punya hobby baru selain makan permen karet,” tukas Edo tiba-tiba.

“Apa tuh?” Semua kompak bertanya.

“Ngerjain cewek itu,” jawab Edo disusul gelak tawa dari Alvin dan yang lainnya.

“Ngomong-ngomong permen karet, ada yang mau rasa blackcurrant?”

Tags: twm23

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Seiko
359      258     1     
Romance
Jika tiba-tiba di dunia ini hanya tersisa Kak Tyas sebagai teman manusiaku yang menghuni bumi, aku akan lebih memilih untuk mati saat itu juga. Punya senior di kantor, harusnya bisa jadi teman sepekerjaan yang menyenangkan. Bisa berbagi keluh kesah, berbagi pengalaman, memberi wejangan, juga sekadar jadi teman yang asyik untuk bergosip ria—jika dia perempuan. Ya, harusnya memang begitu. ...
Jelita's Brownies
2902      1246     11     
Romance
Dulu, Ayahku bilang brownies ketan hitam adalah resep pertama Almarhum Nenek. Aku sangat hapal resep ini diluar kepala. Tetapi Ibuku sangat tidak suka jika aku membuat brownies. Aku pernah punya daun yang aku keringkan. Daun itu berisi tulisan resep kue-kue Nenek. Aku sadar menulis resep di atas daun kering terlihat aneh, tetapi itu menjadi sebuah pengingat antara Aku dan Nenek. Hanya saja Ib...
SORRY
14387      2699     11     
Romance
Masa SMA adalah masa yang harus dipergunakan Aluna agar waktunya tidak terbuang sia-sia. Dan mempunyai 3 (tiga) sahabat cowok yang super duper ganteng, baik, humoris nyatanya belum untuk terbilang cukup aman. Buktinya dia malah baper sama Kale, salah satu cowok di antara mereka. Hatinya tidak benar-benar aman. Sayangnya, Kale itu lagi bucin-bucinnya sama cewek yang bernama Venya, musuh bebuyutan...
Call Kinna
3895      1564     1     
Romance
Bagi Sakalla Hanggra Tanubradja (Kalla), sahabatnya yang bernama Kinnanthi Anggun Prameswari (Kinna) tidak lebih dari cewek jadi-jadian, si tomboy yang galak nan sangar. Punya badan macem triplek yang nggak ada seksinya sama sekali walau umur sudah 26. Hobi ngiler. Bakat memasak nol besar. Jauh sekali dari kriteria istri idaman. Ibarat langit dan bumi: Kalla si cowok handsome, rich, most wante...
Allura dan Dua Mantan
2954      944     1     
Romance
Kinari Allura, penulis serta pengusaha kafe. Di balik kesuksesan kariernya, dia selalu apes di dunia percintaan. Dua gagal. Namun, semua berubah sejak kehadiran Ayden Renaldy. Dia jatuh cinta lagi. Kali ini dia yakin akan menemukan kebahagiaan bersama Ayden. Sayangnya, Ayden ternyata banyak utang di pinjol. Hubungan Allura dan Ayden ditentang abis-abisan oleh Adrish Alamar serta Taqi Alfarezi -du...
Negeri Tanpa Ayah
8608      1925     0     
Inspirational
Negeri Tanpa Ayah merupakan novel inspirasi karya Hadis Mevlana. Konflik novel ini dimulai dari sebuah keluarga di Sengkang dengan sosok ayah yang memiliki watak keras dan kerap melakukan kekerasan secara fisik dan verbal terutama kepada anak lelakinya bernama Wellang. Sebuah momentum kelulusan sekolah membuat Wellang memutuskan untuk meninggalkan rumah. Dia memilih kuliah di luar kota untuk meng...
Palette
3918      1575     6     
Romance
Naga baru saja ditolak untuk kedua kalinya oleh Mbak Kasir minimarket dekat rumahnya, Dara. Di saat dia masih berusaha menata hati, sebelum mengejar Dara lagi, Naga justru mendapat kejutan. Pagi-pagi, saat baru bangun, dia malah bertemu Dara di rumahnya. Lebih mengejutkan lagi, gadis itu akan tinggal di sana bersamanya, mulai sekarang!
RUMIT
4124      1399     53     
Romance
Sebuah Novel yang menceritakan perjalanan seorang remaja bernama Azfar. Kisahnya dimulai saat bencana gempa bumi, tsunami, dan likuifaksi yang menimpa kota Palu, Sigi, dan Donggala pada 28 September 2018. Dari bencana itu, Azfar berkenalan dengan seorang relawan berparas cantik bernama Aya Sofia, yang kemudian akan menjadi sahabat baiknya. Namun, persahabatan mereka justru menimbulkan rasa baru d...
Aku Benci Hujan
4932      1399     1     
Romance
“Sebuah novel tentang scleroderma, salah satu penyakit autoimun yang menyerang lebih banyak perempuan ketimbang laki-laki.” Penyakit yang dialami Kanaya bukan hanya mengubah fisiknya, tetapi juga hati dan pikirannya, serta pandangan orang-orang di sekitarnya. Dia dijauhi teman-temannya karena merasa jijik dan takut tertular. Dia kehilangan cinta pertamanya karena tak cantik lagi. Dia harus...
Hujan Paling Jujur di Matamu
5403      1482     1     
Romance
Rumah tangga Yudis dan Ratri diguncang prahara. Ternyata Ratri sudah hamil tiga bulan lebih. Padahal usia pernikahan mereka baru satu bulan. Yudis tak mampu berbuat apa-apa, dia takut jika ibunya tahu, penyakit jantungnya kambuh dan akan menjadi masalah. Meski pernikahan itu sebuah perjodohan, Ratri berusaha menjalankan tugasnya sebagai istri dengan baik dan tulus mencintai Yudis. Namun, Yudis...