Read More >>"> Toko Kelontong di Sudut Desa (Page 375-2) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Toko Kelontong di Sudut Desa
MENU
About Us  

Bagian Kedua

Rum dan ibunya tidur di kamar. Sementara Afuya dan Winter diberikan kasus untuk tidur di depan televisi. Sebelum kantuk sama-sama menjemput mereka, Winter mengajak Afuya masuk ke dalam sesi percakapan singkat sebelum tertidur. Walau mereka sekarang sedang berbaring dengan jarak lumayan jauh, mereka berdua masih bisa saling menyahuti percakapan satu sama lain. 

"Ibunya Rum mirip dengan Tante Eryn, ya," ucap Afuya yang tidak diterka tepat sasaran oleh lawan bicaranya. 

"Sayangnya, bibiku terlalu kurus seperti orang kekurangan gizi," timpal Winter seperti tidak ada dosa ketika bicara. 

"Ey...! Bukan itu maksudku. Tapi, baik dan ramahnya seperti tante Eryn." Afuya memalingkan wajah dan badannya membelakangi Winter. 

Pemuda itu malah tersenyum girang. "Kamu lucu Afufu." 

"Afuya!"

"Afufu...." 

"Afuya!"

"Afufu!"

"Afuya!"

"Afufu...."

Perdebatan antara penyebutan Afuya dengan Afufu berulang kali mereka saling bersahutan. Mungkin jika dihitung, ada sekitar lima puluh dua untuk satu orang. Berarti jika saling bersahutan mungkin jumlah kata dalam pertengkaran mereka mencapai seratus empat kali. Akhirnya kantuk menguasai kesadaran. Afuya lebih dulu tertidur pulas. Winter yang merasa letih juga memutuskan segera menyusul gadis di sebelahnya. 

Pagi telah tiba. Suara ayam berkokok saling bersahutan. Rum telah siap berada di luar rumah. Afuya dan Winter menyelesaikan agenda sarapan kemudian membantu wanita pemilik rumah tersebut membersihkan alat makan. Setelah semuanya beres, mereka berempat berangkat menuju desa sebelah. Berjalan ke arah kanan dari rumah tersebut. Benar kata Winter, mau tak mau mereka tetap akan masuk lebih dalam. 

Suasananya begitu tidak asing di mata kedua muda-mudi itu. Ini sungguh desa tempat Afuya tinggal. Tidak lama mereka berjalan santai sambil melihat pemandangan ladang yang begitu menyejukkan hati. Sesekali ibu Rum membalas dan saling menyapa orang-orang yang akan menuju ke ladang untuk bekerja. Rum berjalan sembari berjinjit ria karena memiliki teman baru. 

Seusai melewati gapura desa, sampailah mereka di simpang tiga. Afuya dan Winter tertuju pada rencana pertama untuk ke toko kelontong terlebih dahulu guna mengecek tas ransel dan keadaan pintu di balik rak kayu mie instan. Tanpa berlama lagi, mereka berempat langsung menuju ke toko kelontong. Dilihatnya pria tua pemilik toko, Afuya langsung mengubah ekspresinya. Takut jikalau sang kakek tahu apa yang telah dilakukannya bersama Winter. 

Jarak mereka berempat dengan kakek yang sembari menyiram tanaman di depan toko kelontong semakin dekat. Ibu Rum lebih dahulu menyapa pria tua tersebut diikuti Rum yang meminta sebuah selang air untuk menggantikan kakek menyiram bunga. Afuya dan Winter saling berdempetan. Mereka sekolah Salang kontak mata untuk meyakinkan satu sama lain.

Waktu pria tua itu menoleh ke belakang, justru senyum singkat di wajahnya yang terlihat begitu ramah dilukiskan untuk kedua anak SMP tersebut. Afuya dan Winter merasa aneh. Mereka pikir, sang kakek itu memang sudah membiarkan jika cucunya mengetahui sebuah rahasia yang disembunyikan. 

Afuya membuang napasnya lega. "Kakek," sapanya pada pria tua itu. 

"Wah, Rum, mereka temanmu? Kita kedatangan tamu dari mana ini, menggunakan seragam sekolah yang bagus?" ucapan sang kakek membuat abusa melongo disertai matanya yang membulat. Winter juga demikian.

"Kakek, ini Puya! Cucu Kakek!" Afuya menyergah kalimat kakeknya. 

"Cucuku? Puya? Siapa?" Pria tua itu berjalan ke arah Afuya sembari melihat kedua anak SMP itu secara bergantian. "Aku belum punya cucu, Nak. Anakku saja baru menikah dan usia kandungannya masih tujuh bulan." 

Afuya beserta Winter semakin dibuatnya ganjal. Mereka tidak mengerti apa maksud dari sang kakek. Pada intinya, Winter menyimpulkan kembali bahwa mereka berada di tempat yang sama melainkan tidak di waktu yang sama. Pria tua yang dianggap kakek pemilik toko kelontong tersebut pun tidak mengenal mereka berdua. Apakah sebenarnya Afuya dan Winter tersesat di tahun sebelumnya? Ataukah semua itu hanya ilusi?

Afuya mencoba melontarkan kalimat meyakinkannya lagi pada kakeknya. Namun, Winter langsung memegang pergelangan tangan kirinya guna memberikan kode pada Afuya agar tidak berlanjut. Sebagaimanapun, pria tua itu tidak akan langsung percaya. Jika mereka sendiri belum bisa memastikan keadaan yang sengguhnya apa yang sedang mereka berdua dan semuanya alami. Mereka saling diam. 

Beberapa menit berlalu, sebuah mobil berisi empat kursi bewarna putih berhenti tepat di depan toko kelontong. Pintu kiri bagian depan terbuka, keluarlah seorang wanita berusia dua puluh lima tahun. Perut yang terlihat berisi calon manusia tersebut terbentuk jelas. Afuya melotot. Wanita itu adalah seorang yang lama hidup bersamanya. Dia adalah Meira, ibunda Afuya. Winter yang merasa mengenal wanita tersebut tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. 

Wanita itu berjalan ke arah pria tua pemilik toko kelontong. Semakin dekat, Afuya langsung bergejolak untuk melontarkan banyak pertanyaannya. "Bunda!" 

Afuya ingin memeluk erat Meira, tetapi tangan gadis itu lebih dahulu ditepis oleh wanita tersebut. "Siapa, ya?" 

"Bun, ini Afuya. Bunda lupa? Ini Afuya putri Bunda." Afuya beralih mengenalkan pemuda di sampingnya. "Lalu ini Winter. Bunda pernah memarahinya. Bunda ingat?"

"Saya baru menikah, mana mungkin saya memiliki anak sebesar Kamu," timpal Meira membuat jantung Afuya seakan ditusuk oleh beribu belati tajam. 

Wanita tersebut tidak menggubris gadis dan pemuda SMP itu. Ia beralih tertuju pada pria tua di sebelah muda-mudi. Tanpa obrolan singkat, pada intinya Meira minta izin pada sang ayah untuk pindah tempat tinggal ke kota. Setelah berpelukan sejenak, wanita itu langsung kembali masuk ke dalam mobil putih. Kaca mobil diturunkan, sehingga dapat menyaksikan dengan jelas, siapa saja yang ada di dalamnya. Meira melambaikan tangan kemudian muncul seorang lelaki di sela-sela Meira, juga ikut melambaikan tangannya. 

Jantung Afuya terasa loncat. Itu ayah

"Kalau cucuku sudah lahir, jangan lupa di bawa ke sini, ya, Ra! Deri jaga istri dan anakmu!" Pria tua itu sedikit berteriak. Kalimat yang dilontarkannya menjadi bentuk akhiran perpisahan mengiringi mobil putih tersebut yang semakin kecil. 

Aku ingat.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Koude
3186      1157     3     
Romance
Menjadi sahabat dekat dari seorang laki-laki dingin nan tampan seperti Dyvan, membuat Karlee dijauhi oleh teman-teman perempuan di sekolahnya. Tak hanya itu, ia bahkan seringkali mendapat hujatan karena sangat dekat dengan Dyvan, dan juga tinggal satu rumah dengan laki-laki itu. Hingga Clyrissa datang kepada mereka, dan menjadi teman perempuan satu-satunya yang Karlee punya. Tetapi kedatanga...
Premium
SHADOW
4627      1540     0     
Fantasy
Setelah ditinggalkan kekasihnya, Rena sempat mencoba bunuh diri, tapi aksinya tersebut langsung digagalkan oleh Stevan. Seorang bayangan yang merupakan makhluk misterius. Ia punya misi penting untuk membahagiakan Rena. Satu-satunya misi supaya ia tidak ikut lenyap menjadi debu.
One Step Closer
2124      874     4     
Romance
Allenia Mesriana, seorang playgirl yang baru saja ditimpa musibah saat masuk kelas XI. Bagaimana tidak? Allen harus sekelas dengan ketiga mantannya, dan yang lebih parahnya lagi, ketiga mantan itu selalu menghalangi setiap langkah Allen untuk lebih dekat dengan Nirgi---target barunya, sekelas juga. Apakah Allen bisa mendapatkan Nirgi? Apakah Allen bisa melewati keusilan para mantannya?
BELVANYA
306      207     1     
Romance
Vanya belum pernah merasakan jatuh cinta, semenjak ada Belva kehidupan Vanya berubah. Vanya sayang Belva, Belva sayang Vanya karna bisa membuatnya move on. Tapi terjadi suatu hal yang membuat Belva mengurungkan niatnya untuk menembak Vanya.
Sepotong Hati Untuk Eldara
1425      677     7     
Romance
Masalah keluarga membuat Dara seperti memiliki kepribadian yang berbeda antara di rumah dan di sekolah, belum lagi aib besar dan rasa traumanya yang membuatnya takut dengan kata 'jatuh cinta' karena dari kata awalnya saja 'jatuh' menurutnya tidak ada yang indah dari dua kata 'jatuh cinta itu' Eldara Klarisa, mungkin semua orang percaya kalo Eldara Klarisa adalah anak yang paling bahagia dan ...
Ich Liebe Dich
10496      1541     4     
Romance
Kevin adalah pengembara yang tersesat di gurun. Sedangkan Sofi adalah bidadari yang menghamburkan percikan air padanya. Tak ada yang membuat Kevin merasa lebih hidup daripada pertemuannya dengan Sofi. Getaran yang dia rasakan ketika menatap iris mata Sofi berbeda dengan getaran yang dulu dia rasakan dengan cinta pertamanya. Namun, segalanya berubah dalam sekejap. Kegersangan melanda Kevin lag...
The Last tears
666      384     0     
Romance
Berita kematian Rama di group whatsap alumni SMP 3 membuka semua masa lalu dari Tania. Laki- laki yang pernah di cintainya, namun laki- laki yang juga membawa derai air mata di sepanjang hidupnya.. Tania dan Rama adalah sepasang kekasih yang tidak pernah terpisahkan sejak mereka di bangku SMP. Namun kehidupan mengubahkan mereka, ketika Tania di nyatakan hamil dan Rama pindah sekolah bahkan...
April; Rasa yang Tumbuh Tanpa Berharap Berbalas
1276      520     0     
Romance
Artha baru saja pulih dari luka masa lalunya karena hati yang pecah berserakan tak beraturan setelah ia berpisah dengan orang yang paling ia sayangi. Perlu waktu satu tahun untuk pulih dan kembali baik-baik saja. Ia harus memungut serpihan hatinya yang pecah dan menjadikannya kembali utuh dan bersiap kembali untuk jatuh hati. Dalam masa pemulihan hatinya, ia bertemu dengan seorang perempuan ya...
My World
566      378     1     
Fantasy
Yang Luna ketahui adalah dirinya merupakan manusia biasa, tidak memiliki keistimewaan yang sangat woah. Hidup normal menyelimutinya hingga dirinya berusia 20 tahun. Sepucuk surat tergeletak di meja belajarnya, ia menemukannya setelah menyadari bahwa langit menampilkan matahari dan bulan berdiri berdampingan, pula langit yang setengah siang dan setengah malam. Tentu saja hal ini aneh baginya. I...
Listen To My HeartBeat
456      278     1     
True Story
Perlahan kaki ku melangkah dilorong-lorong rumah sakit yang sunyi, hingga aku menuju ruangan ICU yang asing. Satu persatu ku lihat pasien dengan banyaknya alat yang terpasang. Semua tertidur pulas, hanya ada suara tik..tik..tik yang berasal dari mesin ventilator. Mata ku tertuju pada pasien bayi berkisar 7-10 bulan, ia tak berdaya yang dipandangi oleh sang ayah. Yap.. pasien-pasien yang baru saja...