Loading...
Logo TinLit
Read Story - Toko Kelontong di Sudut Desa
MENU
About Us  

Bagian Kedua

Hari berganti berikutnya. Afuya telah siap dengan seragam sekolah batik di hari Kamis. Tas ransel warna cokelatnya juga sudah menempel di punggungnya. Sepatu hitam bertali itu cocok dengan kakinya yang terbilang panjang. Kali ini tidak berkuncir satu seperti ekor kuda maupun kepang dua, tetapi hanya ia biarkan mengurai. Jepitan rambut bentuk simpel warna kuning itu menempel di sisi kanan poninya. 

Afuya menemui sang bunda yang sibuk akan bahan-bahan roti di dapur. Tidak ada bekal makanan yang telah disiapkan di meja. Gadis itu berniat untuk membeli di kantin sekolah saja. Mengingat kejadian sore kemarin, masih membuat Meira tak ingin menyapa anak gadisnya. Afuya berjalan pelan ke dapur guna meminta ponselnya. Meira menyadari kehadiran gadis itu. Sebelum Afuya berbicara, wanita tersebut sudah menyodorkan ponsel tanpa menatap wajah putrinya. 

Afuya juga sempat berpamitan, tetapi tidak ada tanggapan. Bahkan menoleh pun tidak. Segeralah gadis itu menaiki sepeda butut pemberian kakek, lalu mengayuhnya dengan santai. Karena dirasa waktu masih cukup, Afuya memutuskan untuk berbelok ke rumah Eryn dengan tujuan menunggu seorang remaja lelaki yang baru ia kenal tiga hari kemarin. Walaupun, Winter tidak berpesan atau meminta untuk ditunggu, Afuya sendirilah yang berinisiatif. 

Gadis itu sengaja hanya diam di atas sepeda sambil sesekali celingukan ke melihat ke dalam rumah Eryn yang sudah dibuka. Beberapa menit kemudian, wanita pemilik rumah keluar. Mau tak mau, afuya ketahuan menunggu Winter. Eryn yang begitu baik hati dan lemah lembut, otomatis langsung melontarkan pertanyaan dengan senyum bahagia. 

"Nunggu Winter, ya?" Eryn berjalan mendekat pada Afuya. 

"Iya, Tante," jawab gadis itu membalas senyuman pemilik rumah. 

"Kenapa tidak masuk dulu?" Eryn mengubah ekspresinya menjadi lesu. "sayangnya, Winter tidak masuk hari ini." 

Kenapa nggak bilang dari tadi, sih? Tapi salahku juga nunggu nggak bilang-bilang. 

Afuya telanjur kesal. Ia tak ingin menanyakan mengapa pemuda itu tidak masuk. Apakah karena kemarin kena marah oleh Meira? Atau masih kesal dengan mamanya? Afuya lebih memikirkan agar ia tidak terlambat lagi ke stasiun. Meskipun dekat dengan posisinya sekarang, gadis itu ingin segera hempas agar rasa kesalnya tidak bertambah berkali-kali lipat. 

"Oh iya, titip suratnya Winter, ya. Nanti minta tolong kamu kasihkan temannya di kelas 9-A." Eryn mengeluarkan amplop putih berisi surat perizinan tidak masuk itu dari saku celemeknya. Kemudian memberikannya pada Afuya. 

Afuya langsung menerimanya. Ia mulai mengayuh sepeda. Menjalani rutinitas sehari-hari yang sama. Bahkan terbilang sedikit membosankan jika tanpa adanya oemudabitu yang tiba-tiba membuatnya jatuh di waktu awal. Afuya merasa ada yang kurang. Tiga hari selalu bersama dengan Winter, membuat ia sedikit tidak bersemangat. Diakui tidaknya, semakin ke sini Afuya merasakan sebuah dentuman cinta monyet yang melanda para anak remaja. 

Sore yang membosankan untuk Afuya. Gadis itu mencoba agar melupakan Winter sejenak dan menganggap pemuda itu hanya teman saja. Sekeras mungkin Afuya menco mengingat semua keburukan dan keusilan Winter padanya agar ia tidak terus dilema sebuah rasa rindu terhadap keponakan Eryn. Tanpa terasa, gayuhan sepeda yang menurut Afuya pelan, sudah tepat berada di depan rumah Eryn. Secara langsung, kepala Afuya seperti bergerak sendiri tanpa disuruh langsung menengok ke arah rumah tersebut. 

Sebenarnya tidak berharap, tetapi andai saja yang ditunggu itu berada di sana. Kali ini realita memang tidak berpihak pada gadis tersebut. Daripada ketahuan lagi oleh Eryn, Afuya memutuskan untuk melanjutkan gayuhannya tanpa berhenti terlalu lama. Kini pandangannya hampa. Suasana sore yang elok tak berhasil menembus bayangan abu-abu begitu pekat menyelimuti Afuya dengan segala kerinduannya. 

Sampailah di rumah, Afuya bergegas masuk dan berganti pakaian bebas seusai menyandarkan sepedanya di pohon. Demi membujuk kembali suasana hati Meira agar tidak suram, gadis itu langsung menuju dapur dengan membawa ponselnya. Terlihat Meira sedang sibuk menghitung roti yang masih baru keluar dari tempat pemanggangan. Afuya memberikan ponsel pada bundanya. Melihat kelakuan anak gadis yang sedikit berubah dengan menuruti peraturan, Meira tersenyum tipis. 

"Letakkan saja di meja." Wanita itu beralih kegiatan menghitung plastik roti. "Bisa bantu Bunda?" tanyanya pada Afuya yang baru beranjak dari meja.

"Iya, Bun."

"Tolong masukkan roti yang sudah dibungkus plastik itu ke dalam kardus. Jangan lupa hitung lagi jumlahnya," jelas Meira pada putrinya. 

Tanpa penolakan, tanpa protes dan berkata sepatah apapun, Afuya segera meraih kardus karton berukuran besar di lemari dekat meja. Sebenarnya kardus tersebut masih dalam keadaan terlipat, belum terbuka. Afuya langsung merakitnya sejenak kemudian beralih memasukkan roti sembari menghitungnya dalam hati. Pas berjumlah empat kardus karton yang berisi lima puluh buah roti di setiap kardusnya. Tinggal menselotip saja, kegiatan Afuya harus terpaksa dihentikan karena sang kakek memanggilnya. 

"Nduk, bisa tolong menjaga toko sebentar? Kakek mau mengecek ladang." 

"Bun, boleh?" Afuya langsung menoleh pada Meira. 

Tanpa menjawab wanita itu hanya mengangguk. Dengan segera Afuya langsung bergegas keluar rumah. Berjalan menuju toko kelontong sembari menikmati angin sore memang menyenangkan. Inilah yang membuat Afuya betah hidup di desa. Meskipun ia juga terkadang bosan sehingga memilih untuk bersekolah beda kota. 

Meskipun toko kelontong milik kakek sepi, jujur saja Afuya lebih senang jika disuruh menjaga toko dibandingkan membantu bundanya membuat roti. Afuya sampai di pintu toko tersebut dan membukanya. Dari jarak uang lumayan jauh memang tidak dilihatnya siapapun di sana. Namun, ketika akan melangkahkan kakinya ke dalam, Afuya dibuat terkejut dengan apa yang baru saja disaksikan. 

"Heh!" 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Pacarku Arwah Gentayangan
5886      1748     0     
Mystery
Aras terlonjak dari tidur ketika melihat seorang gadis duduk di kursi meja belajar sambil tersenyum menatapnya. Bagaimana bisa orang yang telah meninggal kini duduk manis dan menyapa? Aras bahkan sudah mengucek mata berkali-kali, bisa jadi dia hanya berhalusinasi sebab merindukan pacarnya yang sudah tiada. Namun, makhluk itu nyata. Senja, pacarnya kembali. Gadis itu bahkan berdiri di depannya,...
Cinta Tau Kemana Ia Harus Pulang
8816      1615     7     
Fan Fiction
sejauh manapun cinta itu berlari, selalu percayalah bahwa cinta selalu tahu kemana ia harus pulang. cinta adalah rumah, kamu adalah cinta bagiku. maka kamu adalah rumah tempatku berpulang.
Merayakan Apa Adanya
439      320     8     
Inspirational
Raya, si kurus yang pintar menyanyi, merasa lebih nyaman menyembunyikan kelebihannya. Padahal suaranya tak kalah keren dari penyanyi remaja jaman sekarang. Tuntutan demi tuntutan hidup terus mendorong dan memojokannya. Hingga dia berpikir, masih ada waktukah untuk dia merayakan sesuatu? Dengan menyanyi tanpa interupsi, sederhana dan apa adanya.
Sekilas Masa Untuk Rasa
3913      1272     5     
Romance
Mysha mengawali masa SMAnya dengan memutuskan untuk berteman dengan Damar, senior kelas dua, dan menghabiskan sepanjang hari di tribun sekolah sambil bersenda gurau dengan siapapun yang sedang menongkrong di sekolah. Meskipun begitu, Ia dan Damar menjadi berguna bagi OSIS karena beberapa kali melaporkan kegiatan sekolah yang menyimpang dan membantu kegiatan teknis OSIS. Setelah Damar lulus, My...
Perhaps It Never Will
5980      1733     0     
Romance
Hayley Lexington, aktor cantik yang karirnya sedang melejit, terpaksa harus mengasingkan diri ke pedesaan Inggris yang jauh dari hiruk pikuk kota New York karena skandal yang dibuat oleh mantan pacarnya. Demi terhindar dari pertanyaan-pertanyaan menyakitkan publik dan masa depan karirnya, ia rela membuat dirinya sendiri tak terlihat. William Morrison sama sekali tidak pernah berniat untuk kem...
Aku Mau
11483      2162     3     
Romance
Aku mau, Aku mau kamu jangan sedih, berhenti menangis, dan coba untuk tersenyum. Aku mau untuk memainkan gitar dan bernyanyi setiap hari untuk menghibur hatimu. Aku mau menemanimu selamanya jika itu dapat membuatmu kembali tersenyum. Aku mau berteriak hingga menggema di seluruh sudut rumah agar kamu tidak takut dengan sunyi lagi. Aku mau melakukannya, baik kamu minta ataupun tidak.
Pisah Temu
1046      563     1     
Romance
Jangan biarkan masalah membawa mu pergi.. Pulanglah.. Temu
Langkah yang Tak Diizinkan
180      149     0     
Inspirational
Katanya dunia itu luas. Tapi kenapa aku tak pernah diberi izin untuk melangkah? Sena hidup di rumah yang katanya penuh cinta, tapi nyatanya dipenuhi batas. Ia perempuan, kata ibunya, itu alasan cukup untuk dilarang bermimpi terlalu tinggi. Tapi bagaimana kalau mimpinya justru satu-satunya cara agar ia bisa bernapas? Ia tak punya uang. Tak punya restu. Tapi diam-diam, ia melangkah. Dari k...
Metamorf
148      122     0     
Romance
Menjadi anak tunggal dari seorang chef terkenal, tidak lantas membuat Indra hidup bahagia. Hal tersebut justru membuat orang-orang membandingkan kemampuannya dengan sang ayah. Apalagi dengan adanya seorang sepupu yang kemampuan memasaknya di atas Indra, pemuda berusia 18 tahun itu dituntut harus sempurna. Pada kesempatan terakhir sebelum lulus sekolah, Indra dan kelompoknya mengikuti lomba mas...
Unlosing You
465      321     4     
Romance
... Naas nya, Kiran harus menerima keputusan guru untuk duduk sebangku dengan Aldo--cowok dingin itu. Lambat laun menjalin persahabatan, membuat Kiran sadar bahwa dia terus penasaran dengan cerita tentang Aldo dan tercebur ke dalam lubang perasaan di antara mereka. Bisakah Kiran melepaskannya?