Read More >>"> Luka Dan Perkara Cinta Diam-Diam (18 - Dalam Bahaya) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Luka Dan Perkara Cinta Diam-Diam
MENU
About Us  

Hilmy benar-benar nekad mengajak Aksa nongkrong bareng. Aksa yang memang anaknya supel bisa dengan mudah akrab. Ditambah keduanya sama-sama ketua dari sebuah organisasi kampus, Aksa ketua HIMA Sosiologi dan Hilmy ketua Basket. Tentu saja banyak kecocokan di antara mereka.

Berbeda dengan Ethan yang memang netral, aku benar-benar menunjukan wajah tak bersahabat. Rasanya sangat kesal sekali. Ingin rasanya pergi meninggalkan kafe ini, tetapi aku takut mereka menaruh curiga.

Ben diam-diam memperhatikan raut wajahku yang cembetut. Tanpa ragu ia pun menanyakan perihal ‘apakah aku sedang ada masalah?’ yang tentu saja aku jawab ‘tidak ada dan aku baik-baik saja’. Kebetulan saja di antara kami yang nongkrong di sini, hanya aku yang sedang memiliki kekasih sehingga mereka menduga jika aku sedang ada masalah dengan Mara. Didukung dengan masalah yang aku alami dengan Mara belakangan ini.

“Gue pikir lo udah putus sama Mara,” kata Hilmy membuka percakapannya denganku. Jari-jari tangannya memegang rokok, sesekali mengisap dan mengepulkan asapnya ke udara.

“Masih kok.” Aku balas seadanya dan berharap Hilmy tidak membicarakan apa pun tentang Mara. Karena jujur saja, makin hari, aku makin manaruh rasa curiga padanya. Setelah mengantarnya ke rumah sakit, aku berinisiatif menemaninya sampai ke depan kamar di mana Aris di rawat. Ketika hendak pulang, aku tak sengaja bertemu dengan Aksa di parkiran rumah sakit. Aksa ingin mengambil obat Babeh di rumah sakit, ia bahkan meminta tolong padaku untuk menjeput Mentari bekerja. Aku mengiyakan, meskipun tanpa diminta, aku tetap akan menjemputnya.

Setelah mengantar Mentari, aku tidak langsung pulang ke kosan. Aku sengaja menunggu Aksa karena ada tugas yang ingin aku tanyakan. Namun, ada hal yang mengejutkan dari pernyataan Aksa yang aku dengar.

‘Gue ngeliat pake mata gue sendiri kalau Mara pelukan sama Aris di bangku taman, Niel!’

Satu hal yang aku yakin betul selama mengenal Aksa, dia tidak mungkin berbohong. Sontak saja, hal itu makin membuat perasaanku makin kecewa. Jadi cuma segitu saja perasaan Mara padaku? Atau selama ini, apakah dia hanya bermain-main saja?

“Tapi iya lho, gue lihat dia lengket banget sama Aris,” timpal Gin. “Biasanya ke mana-mana kan ngekorin lo mulu.”

Ethan yang cepat membaca situasi ini pun langsung menengahi, ia takut aku bersedih. “Ya wajar aja deket … kan mereka satu divisi. Gue denger anak FRSD juga mau bikin acara lagi, kan?”

Antara Ben dan Hilmy saling pandang dan kompak mengangkat kedua bahunya. Aksa langsung berdehem, membuyarkan suasana yang tiba-tiba saja canggung di antara kami. Paham dengan kode yang diberikan, mereka pun tak ada yang berani membicarakan Mara lagi.

“Gue denger bokap lo punya warung mie ayam. Sabi lah kapan-kapan gue mampir,” ujar Hilmy basa-basi. Rupanya sudah sejauh itu ia memperoleh informasi tentang Mentari. Dan mendekati kakaknya merupakan tahapan pertama menuju tahapan-tahapan selanjutnya.

“Boleh. Tapi warung bokap udah jarang jualan. Paling akhir pekan aja.”

“Kenapa?”

“Bokap gue sakit. Beberapa kali gue coba buat gantiin, tapi karena bentrok sama jadwal kuliah sama rapat organisasi … gue jadi susah atur waktunya.”

Hilmy menganggukan kepala kecil, seolah-olah paham dengan situasi yang dialami oleh Aksa dan keluarganya. “Kalau adek lo … suka juga bantuin?”

Sejak tadi, pandanganku dan pikiranku berkeliaran ke sana sini. Aku tak berniat atau mencoba akrab. Namun, ketika nama Mentari sudah disebut, hatiku mendadak tak terima. Apalagi aku tahu bahwa maksud dan tujuan Hilmy untuk mendekati Mentari.

Aku berdecak kesal, aku yakin tak ada yang mendengarnya karena sibuk dengan percakapan mereka.

“Ya, kadang-kadang sih. Tapi kalau kedapetan shift siang, dia juga nggak bisa bantuin.”

“Gue kagum deh sama lo dan adik lo itu. Masih muda tapi giat kerja.”

“Ya karena keadaan aja sih. Beda cerita kalau keluarga gue sekaya Ethan,” kelakar Aksa yang tak menganggap perkataan Hilmy sebuah pujian.

“Jangan salah … bokapnya Hilmy lebih tajir lagi. Gue mah kagak ada apa-apanya.” Ethan berusaha merendah. “Nah … makanya lo semua deketin Hilmy dari sekarang deh … siapa tahu di masa depan, setelah lulus kuliah, lo semua butuh loker!”

Semua orang tertawa, tetapi tidak denganku. Kupandangi lagi penampilan Hilmy dari atas sampai bawah. Tidak heran juga kalau dia anak orang kaya. Pakaian dan segala yang ia kenakan mahal untuk seukuran anak kuliahan, ditambah lagi ia punya kendaraan roda empat pribadi.

“Oia ngomong-ngomong masalah kerjaan, gue jadi keinget nih. Bulan depan sepupu gue ulang tahun. Nah, dia minta rekomendasi buat pengisi acara. Dan gue udah rekomendasiin Jupiter Moon buat ngisi acaranya. Pihak vendornya minta nomor lo nih, Ben. Biar gampang buat kontakan.”

“Waduh thank you banget, Brader!” Ben menepuk pundak Hilmy senang. “Kebetulan banget gue lagi butuh duit. Si Daniel juga noh buat bayar kosan. Ya kan, Niel?”

Aku mengangguk kecil sambil tersenyum kaku.

“Oke, gue kirim nomor lo, ya? Nah, kalau makanannya doi kepengen Indonesia banget. Karena kata Ethan Mie Ayam Babeh Edi paling enak se-Jakarta, gue pesen di elu ya, Sa?”

“Seriusan, My?” mata Aksa membulat tak percaya. Dalam hal ini aku masih paham dengan ekspresi yang ditampilkan Aksa. Beberapa hari yang lalu ketika kami bertemu di rumah sakit, Aksa curhat masalah biaya obat untuk Babeh. Sebagian memang di cover BPJS, tetapi ada obat dan vitamin yang harus dibeli pakai uang pribadi. Dan jujur saja, hal itu begitu membebaninya.

“Kapan gue gak serius?” ujar Hilmy yang ikut berbinar. Aku tak mengerti niatnya, atau membaca isi hatinya. Tapi senyum itu seperti sebuah senyum kemenangan. Lagi-lagi aku merasa tertinggal. “1000 porsi, sanggup kan?”

“Sanggupin aja, bos!” balas Aksa memberi hormat.

**

Mara :

Aku pulang sama Aris ya, By! Ini masih harus kerjain laporan kegiatan.

Kita nggak berduaan doang kok. Ada Tami dan supirnya Aris. Nanti aku kabarin kamu lagi kalau udah sampai rumah.

Setelah membaca pesen yang dikirim oleh Mara beberapa menit lalu, aku langsung menutup ponsel tanpa berniat membacanya. Rasanya memuakan ketika Mara harus terus-terusan berbohong. Aku merasa hubungan kami sudah berbeda. Sudah tidak ada lagi sesuatu yang patut diperjuangkan lagi.

Aku pun tak merasa suci. Aku juga sama bajingannya karena bermain api dengan wanita lain. Parahnya Wanita itu adalah Mentari.

Jam sudah menujukan pukul 10 malam. Seperti biasa, aku menunggu Mentari pulang bekerja. Dimas dan Ben sudah pulang lebih dulu, sementara aku masih menunggu di depan kafe O’Eight. Tak lama, Adrian keluar seorang diri dari kafe dengan menenteng dua kantong kresek sampah besar. Aku turun dari motor dan menghampirinya sembari bertanya tentang Mentari.

“Itu dia, Bang. Dari sore Mentari nggak bisa dihubungi. Ini yang ikut kelas menggambar cake sampai diundur besok. Dan rencananya gue juga mau mampir ke rumahnya habis ini disuruh bos. Barangkali Mentari sakit.”

Makin saja aku mengerutkan dahi bingung. Semua terdengar masuk akal. Terakhir kali Mentari mengubungiku adalah jam 3 sore. Saat itu aku yang sedang ada kelas tak membalas pesannya, dan baru sempat membalas sekitar pukul 5 sore. Tetapi setelah itu pesan yang ku kirim ceklis satu sampai saat ini. Aku pikir Mentari habis batrai atau habis paket pulsa.

“Lo pulang ke rumah aja. Nanti gue kabarin, kebetulan gue mau mampir ke rumah Mentari.”

“Gitu ya, Bang? Oke deh kalau gitu,” balas Adrian tanpa rasa curiga. Memastikan kehadirannya sudah jauh dari sini, aku pun berinisiatif menghubungi Aksa.

“Halo, Sa? Lo di mana? Gue yang jemput Mentari nih?”

“Iya nih. Sori ya ngerepotin lo lagi, Niel. Gue ada kerjaan nih. Pulangnya agak malaman,” balasnya dari seberang telepon sana.

“Oh, gitu. Oke deh. Babeh gimana kabar? Baik?”

“Babeh? Oh, ya, baik. Tadi siang aja Babeh mancing sama temen SD-nya kata Ibu.”

Kami pun saling tertawa dan langsung mematikan sambungan telepon masing-masing.

Kalau yang Aksa ketahui Mentari bekerja, lalu keadaan Babeh baik-baik saja, dan ia tak bisa dihubungi, kemungkinan keadaannya sekarang tidak baik-baik saja.

Aku tak bisa tinggal diam dan bergegas melajukan motor ke suatu tempat yang aku curigai.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Untuk Takdir dan Kehidupan Yang Seolah Mengancam
443      309     0     
Romance
Untuk takdir dan kehidupan yang seolah mengancam. Aku berdiri, tegak menatap ke arah langit yang awalnya biru lalu jadi kelabu. Ini kehidupanku, yang Tuhan berikan padaku, bukan, bukan diberikan tetapi dititipkan. Aku tahu. Juga, warna kelabu yang kau selipkan pada setiap langkah yang kuambil. Di balik gorden yang tadinya aku kira emas, ternyata lebih gelap dari perunggu. Afeksi yang kautuju...
SEMPENA
2389      884     0     
Fantasy
Menceritakan tentang seorang anak bernama Sempena yang harus meraih harapan dengan sihir-sihir serta keajaiban. Pada akhir cerita kalian akan dikejutkan atas semua perjalanan Sempena ini
Love Al Nerd || hiatus
92      69     0     
Short Story
Yang aku rasakan ke kamu itu sayang + cinta
Selepas patah
116      97     0     
True Story
Tentang Gya si gadis introver yang dunianya tiba-tiba berubah menjadi seperti warna pelangi saat sosok cowok tiba-tiba mejadi lebih perhatian padanya. Cowok itu adalah teman sebangkunya yang selalu tidur pada jam pelajaran berlangsung. "Ketika orang lain menggapmu tidak mampu tetapi, kamu harus tetap yakin bahwa dirimu mampu. Jika tidak apa bedanya kamu dengan orang-orang yang mengatakan kamu...
Premium
RESTART [21+]
4445      2133     22     
Romance
Pahit dan getir yang kurasa selama proses merelakan telah membentuk diriku yang sekarang. Jangan pernah lagi mengusik apa yang ada di dalam sini. Jika memang harus memperhatikan, berdirilah dari kejauhan. Terima kasih atas semua kenangan. Kini biarkan aku maju ke depan.
Mendadak Halal
5639      1772     1     
Romance
Gue sebenarnya tahu. kalau menaruh perasaan pada orang yang bukan makhramnya itu sangat menyakitkan. tapi nasi sudah menjadi bubur. Gue anggap hal ini sebagai pelajaran hidup. agar gue tidak dengan mudahnya menaruh perasaan pada laki-laki kecuali suami gue nanti. --- killa. "Ini salah!,. Kenapa aku selalu memandangi perempuan itu. Yang jelas-jelas bukan makhrom ku. Astagfirullah... A...
KEPINGAN KATA
329      213     0     
Inspirational
Ternyata jenjang SMA tuh nggak seseram apa yang dibayangkan Hanum. Dia pasti bisa melalui masa-masa SMA. Apalagi, katanya, masa-masa SMA adalah masa yang indah. Jadi, Hanum pasti bisa melaluinya. Iya, kan? Siapapun, tolong yakinkan Hanum!
Rewrite
5927      2075     1     
Romance
Siapa yang menduga, Azkadina yang tomboy bisa bertekuk lutut pada pria sederhana macam Shafwan? Berawal dari pertemuan mereka yang penuh drama di rumah Sonya. Shafwan adalah guru dari keponakannya. Cinta yang bersemi, membuat Azkadina mengubah penampilan. Dia rela menutup kepalanya dengan selembar hijab, demi mendapatkan cinta dari Shafwan. Perempuan yang bukan tipe-nya itu membuat hidup Shafwa...
ARMY or ENEMY?
9299      2878     142     
Fan Fiction
Menyukai idol sudah biasa bagi kita sebagai fans. Lantas bagaimana jika idol yang menyukai kita sebagai fansnya? Itulah yang saat ini terjadi di posisi Azel, anak tunggal kaya raya berdarah Melayu dan Aceh, memiliki kecantikan dan keberuntungan yang membawa dunia iri kepadanya. Khususnya para ARMY di seluruh dunia yang merupakan fandom terbesar dari grup boyband Korea yaitu BTS. Azel merupakan s...
Konspirasi Asa
2137      681     3     
Romance
"Ketika aku ingin mengubah dunia." Abaya Elaksi Lakhsya. Seorang gadis yang memiliki sorot mata tajam ini memiliki tujuan untuk mengubah dunia, yang diawali dengan mengubah orang terdekat. Ia selalu melakukan analisa terhadap orang-orang yang di ada sekitarnya. Mencoba untuk membuat peradaban baru dan menegakkan keadilan dengan sahabatnya, Minara Rajita. Tetapi, dalam mencapai ambisinya itu...