Read More >>"> A Day With Sergio (7. Khawatir) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - A Day With Sergio
MENU
About Us  

            "Oke." Laura membuka dua telapak tangannya di depan dada menatap ke arah April yang siap menghujani dengan sederet pertanyaan yang ia abaikan dari semalam. "Gue gak tau. Gue juga gak balikan sama dia. Gue masih waras buat nggak berurusan sama Sergio."

            April mengamati wajah Laura yang terlihat sedikit pucat. "Lo gak sarapan?"

            "Sarapan." Laura melepas ransel yang masih ia gunakan, matanya mengarah ke pintu kelas tidak ada tanda-tanda Sergio di sana. Tadi setelah turun dari motor Mas Jack, perempuan itu langsung berlari masuk ke sekolah dan segera menuju kelas. Mungkin itu sebabnya ia tampak pucat dari dulu Laura memang paling tidak bisa berolahraga. "Habis lari gue."

            "Emang gerbangnya udah ditutup?" April mendongak menatap jam dinding yang menempel di atas papan tulis. "Belum jam tujuh La, lo lari dari apaan dah?"

            "Sergio," kata Laura menurunkan nada bicaranya.

            "Maksudnya?"

            "Kemarin gue terpaksa nebeng sama dia— gak nebeng juga sih. Gue dipaksa dan terpaksa ikut gara-gara gue—"

            April menantikan kelanjutan kalimat Laura. "Gara-gara lo..."

            "Pokoknya gue berkali-kali minta turun tapi gak dikasih. Terus sampe kompleks dia bilang bakal jemput gue besok. Hari ini." April langsung menutup mulutnya dramatis. "Enggak-enggak, gue gak bareng dia. Tapi gue ketemu dia dilampu merah!"

            "Terus?"

            "Lampu merah deket rumah gue itu loh. Yang kalau keluar kompleks lo belok kanan, lurus aja, terus gak ja—"

            "Ya emang kenapa?" sela April membuat Laura bungkam. "Bukannya itu normal ya? Lo juga pernah ketemu gue di lampu merah, kan?"

            "Ya tap—" Laura menelan ludahnya susah payah. Itu jalan umum. Sergio bisa saja lewat di jalan yang sama. Bisa saja mereka memang tidak sengaja ketemu, bukan karena laki-laki itu mampir ke rumah untuk menjemput dirinya. "Ya juga sih..."

            "Lo terlalu panik aja."

            Laura mendengus. "Ya gimana enggak?"

            "Iya juga sih." April mengetukan jemarinya di atas meja, berpikir atas tindakan Sergio. "Tapi lo beneran gak pernah ngobrol gitu?"

            "Sejak putus?"

            April mengangguk.

            Laura diam sejenak kemudian menggelengkan kepala. "Enggak."

            April manggut-manggut. "Berarti emang dia pengin balikan sama lo, La," katanya langsung menerima tatapan penolakan akan gagasan tersebut. "Ya apalagi coba? Masa tiba-tiba caper gitu?"

            Detik setelah itu Amara yang baru saja datang segera berlari ke arah meja Laura dan April. Dengan memasang wajah penasaran juga telinga yang berharap mendengar kebenaran, perempuan itu bertanya, "lo jadian sama Sergio?"

            Setidaknya pertanyaan itu yang ia terima dari teman satu kelasnya. Juga beberapa anak angkatannya yang kebetulan mendengar gosip ini entah dari siapa. Tidak ada yang benar-benar tahu tentang hubungan Sergio dan Laura sebelumnya jadi, banyak dari mereka bergosip Sergio tengah melakukan pendekatan pada Laura.

            Sementara Laura sibuk menjawab banyak pertanyaan, tidak ada satu pun orang yang berniat bertanya kepada Sergio. Lelaki itu melenggang masuk seperti tidak ada yang terjadi, melewati Laura tanpa sedikit pun menatap dan duduk di baris paling belakang seperti hari-hari sebelumnya.

            Laura mengeluarkan buku catatannya. Melirik April sejenak yang pura-pura mengorek ransel sembari mencuri pandang ke belakang. "Gak usah diliatin sih, Pril."

            "Masa habis nganter pulang nggak ada pergerakan apa-apa sih?" April membalik badan menghadap ke depan dengan buku catatan sejarah sudah berada di atas meja. "Aneh banget."

            "Ya lo berharap apa? Gue ciuman gitu sama dia?"

            "Dih! Pengin lo?"

            Laura memutar bola mata jengah. "Ya kagalah!"

***

            Laura dan Citra berjalan berisisihan mengekori Bu Siska untuk membantu wali kelas mereka membawa hasil pre-test ke kantor guru. Citra menoleh ke arah Laura, tersenyum singkat membuat Laura mengernyit. "Kenapa sih, Cit?"

            "Enggak. Aneh aja."

            "Aneh... kenapa?"

            "Kok bisa lo mau diajak pulang bareng sama Sergio?"

            Laura tersenyum tipis. "Gue juga gak ma—"

            "Akhirnya mau kan?" kata Citra tersenyum lalu mengembuskan napas panjang sambil memperlambat langkah. "Jauh-jauh deh La, dari Sergio."

            Laura berhenti melangkah. Menatap Citra tanpa menunjukan banyak ekspresi atas ucapan perempuan itu. "Gue gak deket juga sama dia," balasnya lanjut melangkah.

            "Paling ntar juga suka."

            "Hah?"

            "Kebanyakan gitu kan?" Citra mengedikan bahu. "Cewek-cewek pada umumnya. Suka cowok macem Sergio."

            "Macem Sergio?"

            "Yang sok cool, bandel, gak pernah respect sama guru, sekolah cuma setor tampang, ya kan?"

            "Gak tau ya." Laura mendahului Citra masuk ke dalam kantor guru setelah berkata, "gue gak kenal-kenal amat sama Sergio."

            Di dalam kantor guru tidak seperti kelihatannya dari luar tampak tenang, yang dilihat Laura sekarang justru kebalikannya. Guru-guru tampak berkumpul di satu tempat— di salah satu meja melihat ke arah yang sama yaitu kertas yang diperkirakan Laura tidak lebih dari lima lembar.

            "Harus banget pakai lapor polisi? Gak bisa dibicarain secara kekeluargaan? Bu Wina! Ini anak kelas Ibu loh harusnya Ib—"

            "Ada murid Pak Parno!" sentak Bu Sri membuat semua guru menoleh ke arah Laura dan Citra. Bu Sri segera mendekati Bu Siska yang menatapnya penuh tanya. Membisikan entah apa membuat Bu Siska buru-buru berderap ke arah mereka berdua lalu mendorong bahu kedua muridnya. "Kalian kembali ke kelas sekarang!"

            "Bukunya Bu?"

            "Udah. Nanti saya yang ambil di kelas!"

            "Masalah Gracia tuh kayaknya," ucap Citra begitu mereka keluar dari kantor guru. Laura hanya mengangguk singkat. Ia juga sudah menduga akan hal itu.

***

            Enam jam pelajaran guru-guru hanya memberikan tugas untuk dikumpulkan sebelum jam pergantian pelajaran. Sekarang dua jam terakhir lagi-lagi mereka diberi tugas, bukan hanya kelas XII IPS 1 saja kelas-kelas lain pun sama. Banyak murid-murid yang sengaja keluar tanpa pengawasan tapi berakhir kembali ke kelas juga karena Pak Parno tiba-tiba keliling gedung.

            Laura berusaha fokus pada tugas akuntansi yang diberi, mengamati banyak angka yang harus ia tulis ke dalam neraca keuangan. Tapi ia hanya memutar bulpennya tanpa menuliskan apapun di atas buku.

            "Lo kenapa sih?"

            Laura menoleh pada April. "Hm?"

            "Lo tuh kenapa? Ngelamun mulu dari tadi."

            Laura menggelengkan kepala, tersenyum singkat lalu meletakan bulpennya dan bersandar. "Males aja gue. Dari tadi dikasih tugas mulu."

            "Harusnya dipulangin aja ya kalau emang ada rapat dadakan."

            "Hm..." Pikiran Laura kembali tertuju pada percakapan antar guru yang tidak sengaja ia dengar tadi. Jantungnya berdebar. Entah untuk apa ia gelisah dan entah bagaimana ia sudah menoleh ke belakang menatap Sergio yang tertawa lepas menertawakan lelucon salah satu temannya.

            Laura diam untuk beberapa saat, mengamati Sergio. Detik ketika ia akan berbalik, Sergio menoleh ke arahnya. Mereka bertatapan lebih lama dari biasanya hingga Sergio menaikan sebelah alisnya Laura langsung berbalik.

            Tidak seharusnya ia khawatir.  

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Tentang Hati Yang Patah
459      335     0     
Short Story
Aku takut untuk terbangun, karena yang aku lihat bukan lagi kamu. Aku takut untuk memejam, karena saat terpejam aku tak ingin terbangun. Aku takut kepada kamu, karena segala ketakutanku.bersumber dari kamu. Aku takut akan kesepian, karena saat sepi aku merasa kehilangan. Aku takut akan kegelapan, karena saat gelap aku kehilangan harapan. Aku takut akan kehangatan, karena wajahmu yang a...
PUBER
1733      713     1     
Romance
Putri, murid pindahan yang masih duduk di kelas 2 SMP. Kisah cinta dan kehidupan remaja yang baru memasuki jiwa gadis polos itu. Pertemanan, Perasaan yang bercampur aduk dalam hal cinta, serba - serbi kehidupan dan pilihan hatinya yang baru dituliskan dalam pengalaman barunya. Pengalaman yang akan membekas dan menjadikan pelajaran berharga untuknya. "Sejak lahir kita semua sudah punya ras...
Kungfu boy
2113      828     2     
Action
Kepalanya sudah pusing penglihatannya sudah kabur, keringat sudah bercampur dengan merahnya darah. Dirinya tetap bertahan, dia harus menyelamatkan Kamalia, seniornya di tempat kungfu sekaligus teman sekelasnya di sekolah. "Lemah !" Musuh sudah mulai menyoraki Lee sembari melipat tangannya di dada dengan sombong. Lee sudah sampai di sini, apabila dirinya tidak bisa bertahan maka, dirinya a...
Premium
Cinta Dalam Dilema
12171      3910     0     
Romance
Sebagai anak bungsu, Asti (17) semestinya menjadi pusat perhatian dan kasih sayang ayah-bunda. Tapi tidak, Asti harus mengalah pada Tina (20) kakaknya. Segala bentuk perhatian dan kasih sayang orang tuanya justru lebih banyak tercurah pada Tina. Hal ini terjadi karena sejak kecil Tina sering sakit-sakitan. Berkali-kali masuk rumah sakit. Kenyataan ini menjadikan kedua orang tuanya selalu mencemas...
Love Rain
18045      2468     4     
Romance
Selama menjadi karyawati di toko CD sekitar Myeong-dong, hanya ada satu hal yang tak Han Yuna suka: bila sedang hujan. Berkat hujan, pekerjaannya yang bisa dilakukan hanya sekejap saja, dapat menjadi berkali-kali lipat. Seperti menyusun kembali CD yang telah diletak ke sembarang tempat oleh para pengunjung dadakan, atau mengepel lantai setiap kali jejak basah itu muncul dalam waktu berdekatan. ...
Kulacino
362      232     1     
Romance
[On Going!] Kulacino berasal dari bahasa Italia, yang memiliki arti bekas air di meja akibat gelas dingin atau basah. Aku suka sekali mendengar kata ini. Terasa klasik dan sarat akan sebuah makna. Sebuah makna klasik yang begitu manusiawi. Tentang perasaan yang masih terasa penuh walaupun sebenarnya sudah meluruh. Tentang luka yang mungkin timbul karena bahagia yang berpura-pura, atau bis...
Reason
382      265     3     
Romance
Febriani Alana Putri, Perempuan ceria yang penuh semangat. Banyak orang yang ingin dekat dengannya karena sikapnya itu, apalagi dengan wajah cantik yang dimilikinya menjadikannya salah satu Perempuan paling diincar seantero SMA Angkasa. Dia bukanlah perempuan polos yang belum pernah pacaran, tetapi sampai saat ini ia masih belum pernah menemukan seseorang yang berhasil membuatnya tertantang. Hing...
FORGIVE
1767      606     2     
Fantasy
Farrel hidup dalam kekecewaan pada dirinya. Ia telah kehilangan satu per satu orang yang berharga dalam hidupnya karena keegoisannya di masa lalu. Melalui sebuah harapan yang Farrel tuliskan, ia kembali menyusuri masa lalunya, lima tahun yang lalu, dan kisah pencarian jati diri seorang Farrel pun di mulai.
Love Invitation
515      357     4     
Short Story
Santi and Reza met the first time at the course. By the time, Reza fall in love with Santi, but Santi never know it. Suddenly, she was invited by Reza on his birthday party. What will Reza do there? And what will happen to Santi?
Love and Pain
535      311     0     
Short Story
Ketika hanya sebuah perasaan percaya diri yang terlalu berlebih, Kirana hampir saja membuat dirinya tersakiti. Namun nasib baik masih berpihak padanya ketika dirinya masih dapat menahan dirinya untuk tidak berharap lebih.