Loading...
Logo TinLit
Read Story - Perhaps It Never Will
MENU
About Us  

          Yasmine hampir menjatuhkan gelas berisi wine dari tangan ketika melihat sosok yang selama hampir lima bulan tidak dilihatnya berdiri di ruang tamu kediaman rumahnya. Hayley meninggalkan kopernya begitu saja di dekat pintu dan langsung berlari memeluk Yasmine yang mematung di dapur. Ia menangis sejadi-jadinya di pelukan manajer sekaligus sahabatnya itu.

            “Oh, sayang.” Yasmine balas memeluk Hayley dengan air mata yang ikut berderai.

            Mereka tidak melepas pelukan itu selama lebih dari sepuluh menit. Tidak ada yang berbicara selama itu. Yasmine paham jika Hayley akan mengatakan semuanya sendiri tanpa ditanya. Jadi, ia hanya bisa menunggu sambil terus mengusap punggung wanita itu.

            “Aku senang kau kembali lebih awal, tapi aku tidak senang dengan alasan yang membuatmu pulang lebih awal dalam keadaan seperti ini.” Yasmine tahu jika ada yang tidak beres dengan kedatangan Hayley yang tidak sesuai dengan jadwal penerbangannya.

            Hayley melepas pelukan mereka. Yasmine dapat melihat dengan jelas kekacauan Hayley dari bola mata hijau itu. Ia menarik Hayley untuk duduk di sofa setelah sebelumnya menyingkirkan koper Hayley dari pintu dan melihat situasi sekitar rumahnya takut-takut ada paparazzi yang mengintai.

            Awalnya Hayley belum mau menceritakan semuanya, tetapi dengan beberapa pancingan ala Yasmine, akhirnya semuanya terbongkar. Yasmine pun bangga dengan dirinya sendiri yang masih bisa berdiri di situ bukan terbang ke The Cotswolds untuk memukuli orang-orang yang menyakiti Hayley di sana satu per satu.

            “Kau benar-benar seorang malaikat, Hay. Jika aku ada di posisimu, aku akan membakar pedesaan itu sampai habis sebelum terbang ke sini.” Yasmine mengusap bahu Hayley dengan perasaan bangga.

            “Oh I wish I could,” balas Hayley membuang nafas lelah. Ia benar-benar sudah lelah menangis. Lelah dihantui suara tawa Will yang seperti terus melekat di telinganya.

            “Kau tinggal di sini dulu, apartemenmu belum bisa dikatakan aman untuk ditinggali. Masih banyak orang-orang gila yang haus gosip  terbaru.” Yasmine membuka kulkasnya dan mengeluarkan dua kaleng diet coke untuknya dan Hayley.

            “Kau tidak keberatan?” tanya Hayley ragu.

            “Kau gila? Tentu tidak. Jika aku tidak bekerja denganmu, rumah ini tidak akan ada,” jawab Yasmine yang sudah kembali duduk di sebelah Hayley.

            Hayley berterima kasih. Lagi-lagi, ia menumpang hidup dengan orang lain. Apa bedanya Hayley versi The Cotswolds dengan Hayley versi New York? Tidak ada. Dua-duanya sama-sama tidak memiliki tempat tinggal.

            Dan tidak memiliki rumah untuk pulang.

            Hayley mati-matian menahan tangisnya ketika menyadari hal itu. Cukup, paling tidak air matanya hari ini sudah cukup boros. Ia harus menyimpannya untuk besok.

           Yasmine akhirnya menyuruh Hayley untuk beristirahat di kamar tamu. Penerbangan London – New York bukanlah penerbangan yang singkat. Hayley benar-benar membutuhkan istirahat untuk menghilangkan jet lag.

           “Besok kita akan bertemu lawyer-mu. Aku sudah membuat janji. Tapi tak apa jika kau masih jet lag, aku bisa menemuinya sendiri.” Yasmine menatap Hayley dengan penuh pengertian.

Hayley menggeleng. “Aku akan ikut bersamamu.”

            Sulit sekali untuk memejamkan mata tanpa membayangkan wajah Will dan apa yang sedang dilakukannya saat ini. Meskipun ia sudah bersumpah pada dirinya sendiri untuk tidak lagi memikirkan apapun itu yang berkaitan dengan Will, tapi rasanya sangat sulit.

            Will selalu ada di setiap langkahnya.

            Will selalu ada di setiap hembusan nafasnya.

            Hayley akhirnya terlelap dengan harapan bahwa ketika ia terbangun nanti semua ini hanya mimpi buruk. Ia akan terbangun di rumah Jane dan bekerja di toko buku seperti biasa. Namun sayang, ini lebih parah dari mimpi buruk karena ini semua nyata.

 

***

 

            “Selamat, Tuan dan Nyonya. Anak kalian perempuan,” ucap seorang perawat yang membantu persalinan Lily. Perawat itu tersenyum ketika membersihkan darah dari tubuh mungil yang sedang menangis kencang itu.

            Will sama sekali tidak bisa melepas tatapannya dari makhluk kecil yang masih berada di gendongan perawat itu. Air matanya menetes begitu saja. Makhluk kecil itu buah hatinya—darah dagingnya. Walaupun kehadirannya tidak disangka-sangka, anak itu adalah hadiah terindah dalam hidupnya.

            Lily menatap Will dan bayinya yang sekarang sudah telungkup di atas tubuhnya—mencari air susu—secara bergantian. Wajah Lily tidak menunjukkan ekspresi apapun. Ia hanya menuruti saran perawat untuk membiarkan bayi kecil itu mencari sumber air susunya sendiri. Perawat itu sampai bingung ketika melihat Will yang menangis haru sedangkan Lily tak berekspresi.

            “She is all yours. I want nothing to do with her,” lirih Lily. Tangannya mengusap punggung bayi itu dengan penuh kehati-hatian.

            Will tidak menjawab. Ia fokus pada jari telunjuknya yang digenggam kuat oleh tangan malaikat mungil itu. Perkataan Lily tentu sangat menyakitkan, Will memikirkan bagaimana perasaan bayi itu ketika nanti sudah cukup paham dan bertanya mengapa ia tidak pernah melihat ibunya.

             “Aku belum siap menjadi orang tua, Will. Aku hanya ingin bersamamu. Kupikir jika aku hamil, kau akan melihatku sebagaimana aku melihat dirimu. Ternyata aku salah, kau bahkan tidak pernah melihatku sama sekali.” Air mata mulai menggenang di pelupuk matanya Lily yang lelah.

          “Aku minta maaf. Kau benar, malam itu aku menjebakmu. Aku membuatnya seolah-olah kau juga menikmatinya. Aku memancing Matthew untuk melihat ke kamarmu pagi itu, aku sengaja membuka pintu kamar.” Tangisan Lily semakin terdengar jelas. “Will, aku hanya ingin dicintai oleh orang yang aku cinta. Aku mencintaimu sejak kita berumur tujuh belas. Dan aku akan terus mencintaimu sampai aku lelah,” lanjut Lily mengenggam tangan Will.

          “Tapi yang kau lakukan itu salah. Aku belum bisa memaafkanmu. Kau membuat hubunganku dengan Gigi hancur, Ly,” balas Will kecewa.

          “Aku tahu. Aku akan hidup dengan penyesalan itu di sisa hidupku. Jaga dia, Will. Jika suatu saat nanti dia bertanya tentangku, jangan berbohong. Beritahu dia semuanya. Biarkan dia membenciku. Aku pantas mendapatkannya dan dia pantas mendapatkan ibu yang lebih baik,” pinta Lily. Wajahnya sudah memerah. Air matanya tak kunjung berhenti turun.

            Di luar sana, Ronnie dan Ayah Lily sudah harap-harap cemas ingin masuk ke ruang persalinan. Jujur saja, Will mengharapkan ada salah satu anggota keluarganya yang hadir di momen terpenting dalam hidupnya ini. Sayangnya, dunianya sudah berantakan beberapa jam yang lalu.

            Will menggendong bayi itu, sesuai dengan arahan perawat, dengan hati-hati. Perasaannya campur aduk ketika kulitnya bersentuhan langsung dengan kulit lembut itu.

            Will menatap bola mata yang sama persis seperti miliknya itu lalu berbisik, “It’s you and me against the world, Wilhelmina.”

          Wilhelmina.

          Nama tengah seseorang yang dicintainya.

***

           Pertemuan Hayley dan Yasmine dengan pengacara Hayley berjalan lancar. Mereka mendiskusikan banyak hal dan mengumpulkan bukti-bukti yang dapat memenangkan pihak mereka melawan pihak Logan nanti. Hayley yakin dirinya akan menang, karena semua pengakuan Logan yang dijual ke publik hanyalah fitnah dan omong kosong belaka. Tidak ada bukti kuat yang dapat membenarkan pengakuan iblis itu. Setahu Hayley.

            Yasmine mengajaknya berjalan-jalan di sekitar Fifth Avenue setelahnya. Walaupun Hayley ragu, khawatir ada paparazzi yang mengetahui keberadaannya, tapi akhirnya ia setuju. Hal ini lebih baik dibandingkan hanya berdiam diri di rumah Yasmine dengan isi kepala yang dikuasai oleh Will.

            Hayley mengikuti saran Yasmine untuk belanja beberapa baju baru. Hampir empat bulan lamanya Hayley tidak membeli pakaian baru. Ia merasa tidak membutuhkan itu di The Cotswolds. Tidak ada orang yang berkomentar tentang penampilannya. Tetapi karena waktu persidangan semakin dekat, ia harus kembali menata penampilannya bagi mata publik.

            Selama memilih baju-baju, hati Hayley terasa tak tenang. Seolah ada seseorang yang mengikutinya. Namun, ketika ia melihat ke belakang, tidak ada sesuatu ataupun seseorang yang mencurigakan. Yasmine ikut sibuk memilih baju untuk dirinya sendiri sehingga Hayley tidak bisa menganggunya untuk memberitahu apa yang ia rasakan.

            Akhirnya, Hayley menemukan dua gaun; hitam dan biru laut untuk dicoba di fitting room. Ia tidak bisa menahan diri untuk mengambil ketika melihat gaun berwarna biru laut itu. Warnanya mengingatkannya pada bola mata indah milik Will.

            Oh sudah cukup, lupakan Will.

            Awalnya semua berjalan baik-baik saja. Hayley menutup pintu fitting room itu dengan rapat dan hendak membuka pakaiannya ketika seseorang tiba-tiba mendobrak pintu dan masuk ke dalam fitting room itu. Hayley spontan memekik, tetapi sebuah tangan sudah lebih dulu membekap mulutnya. Yasmine pasti tidak mendengarnya.

            Tangan itu lembut, sangat lembut malah. Tidak seperti tangan penculik atau penyusup pada umumnya. Tangan wanita. Dan ketika akhirnya Hayley memberanikan diri untuk menatap penyusup itu, matanya melebar.

            Jessie.

            Kekasih Logan.

            Logan mengkhianatinya demi bersama wanita ini.

            Spontan, Hayley menggigit tangan yang membekap mulutnya itu dan menginjak kaki Jessie kuat-kuat. Membuat sang empunya memekik. “Aduh! Kau gila? Bisakah kau tenang sebentar? Aku hanya ingin mengatakan sesuatu,” keluh Jessie mengusap telapak tangannya yang memerah akibat gigitan Hayley.

            Hayley menatap tajam wanita di depannya. “Kau yang gila. Kau penyusup gila. Keluar sekarang atau aku akan berteriak dan membuat semua orang di sini menangkapmu.”

            “Kau akan menyesal jika mereka menangkapku. Kau tidak akan pernah tahu kebenarannya,” balas Jessie.

            Dahi Hayley mengerut. Otaknya mengatakan bahwa ia harus cepat-cepat pergi dari sini dan melapor pada penjaga atas apa yang terjadi. Namun, hatinya tetap ingin di sini. Mendengarkan apa yang ingin Jessie sampaikan.

            Dan ya, hati lah pemenangnya.

            “Kau punya waktu dua menit,” ungkap Hayley. “Setelah itu kau pergi dari hidupku dan jangan pernah memunculkan wajahmu di depanku lagi.”

            Jessie mengambil nafas, menyiapkan diri, sebelum akhirnya berkata, “Logan akan menayangkan video syur kalian di persidangan.”

            Jantung Hayley serasa berhenti berdetak. Ia menggeleng. “Aku tidak pernah merekam apapun selama—ya kau tahu—jadi jangan mencoba mengancamku dengan itu.”

            “Kau memang tidak pernah. Tapi Logan pernah, dia merekammu secara sembunyi-sembunyi,” balas Jessie. Aneh, ada tatapan prihatin dalam caranya menatap Hayley.

            Hayley menggeleng lagi. Ia menolak semua itu. “Logan hanya ingin menggertakku dengan mengirimmu ke sini dan memberitahuku semua ini. Tidak, aku tidak akan mencabut laporan. Pergilah, urus kekasih brengsekmu itu.”

            Jessie menahan lengan Hayley yang akan keluar dari ruangan sempit itu. “Kau tidak mengerti, Hayley. Aku kesini karena kemauanku sendiri. Aku dan Logan... kami sudah selesai seminggu yang lalu.”

            “Kau kira aku peduli?” tanya Hayley tertawa pedas.

            “Aku melihatnya, Hayley. Aku melihat video itu. Logan menyimpannya dalam kaset. Lelaki itu memang gila. Jika kau pikir karirmu akan hancur dengan pengakuan-pengakuan Logan, kau salah. Dengan tersebarnya video itu, karirmu akan benar-benar selesai dan dia akan menang,” jelas Jessie dengan nada khawatir.

            Hayley menggeleng lagi. “Kau tidur dengannya, Jessie. Kau telanjang di tempat tidur bersamanya ketika aku dan iblis itu masih menjalin hubungan. Dan sekarang, kau mengira jika aku akan memercayaimu begitu saja?”

            “Aku minta maaf soal itu. Aku tahu ucapan maaf saja tidak cukup, karena itulah aku kesini untuk memberitahumu semua rencana jahat Logan yang akan menghancurkan karirmu.” Jessie menunduk, memainkan jari-jari tangannya. Ia terlihat bersungguh-sungguh, membuat Hayley hampir termakan omongan ular di depannya.

            “Terima kasih. Tapi aku tidak membutuhkan bantuanmu. Sekarang pergilah sebelum manajerku menyadari sesuatu yang tak beres,” usir Hayley.

            Jessie masih berdiri di tempat. Ia terlihat akan berdiri di situ sampai beberapa saat lagi. “Kaset itu ada di laci nakas kamar tidurnya. Tertumpuk dengan kaset-kaset lagu lama. Aku tidak peduli kau mau memercayaiku atau tidak. Itu pilihanmu. Yang pasti, aku sudah memberitahumu.”

            “Hayley! Lama sekali kau di dalam. Butuh bantuan?” seru Yasmine dari luar. Jessie tersentak dibuatnya. Wajahnya menjadi dikuasai kepanikan.

            “Yas, bisakah kau ambilkan gaun warna putih? Aku lupa tidak membawanya kesini tadi,” pinta Hayley. Matanya masih tertuju pada Jessie.

            “Putih? Kau akan menikah? Yang benar saja. Kupikir warna merah lebih cocok. Tunggu sebentar biar kuambilkan!” Suara derap langkah Yasmine terdengar semakin menjauh.

            “Pergilah, sebelum dia kembali kesini.” Hayley membuka pintu fitting room dan memberi jalan Jessie untuk keluar.

            “Terima kasih, Hay,” balas Jessie. Ia ingin memeluk wanita di depannya karena sudah menyelamatkannya dari Yasmine yang seratus persen akan langsung membunuhnya di tempat jika ketahuan. Namun, ia tahu jika dirinya tidak pantas melakukan itu.

            “Jessie,” panggil Hayley. Tangannya menahan pintu agar tidak menutup.

            Jessie yang sudah berjalan dua langkah pun menoleh. “Ya?”

            “Aku belum memaafkanmu,” ujar Hayley. Wajahnya datar.

            Jessie mengangguk paham. “Aku tahu.”

            Yasmine kembali beberapa menit kemudian dengan tiga gaun. Warna putih, merah, dan warna emas. Ketiganya terlihat sangat cantik, tapi tidak ada yang menandingi keindahan gaun warna biru laut.

            “Kau bilang kau hanya akan mengambil gaun merah,” protes Hayley.

            “Dan kau memercayaiku? Aneh,” balas Yasmine yang sibuk mencocokkan semua gaun itu dengan tubuh Hayley. “Wangi parfum siapa ini? Seperti wangi wanita murah. Kau mengganti wangi parfummu, Hay?” tanya Yasmine mengendus-endus.

            Hayley menggeleng. “Tidak. Mungkin wangi pelanggan sebelumnya yang fitting di sini.” Ia mengendikan bahu.

            “Mungkin.” Yasmine menatap Hayley lama sebelum akhirnya kembali sibuk memilih gaun.

*** 

Tags: twm23

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
My Dangerious Darling
4510      1714     3     
Mystery
Vicky, mahasiswa jurusan Tata Rias yang cantik hingga sering dirumorkan sebagai lelaki gay bertemu dengan Reval, cowok sadis dan misterius yang tengah membantai korbannya! Hal itu membuat Vicky ingin kabur daripada jadi sasaran selanjutnya. Sialnya, Ariel, temannya saat OSPEK malah memperkenalkannya pada cowok itu dan membuat grup chat "Jomblo Mania" dengan mereka bertiga sebagai anggotanya. Vick...
Lalu, Bagaimana Caraku Percaya?
138      106     0     
Inspirational
Luluk, si paling alpha women mengalami syndrome trust issue semenjak kecil, kini harus di hadapkan pada kenyataan sistem kehidupaan. Usia dan celaan tentangga dan saudara makin memaksanya untuk segera percaya bahwa kehidupannya segera dimulai. "Lalu, bagaiamana caraku percaya masa depanku kepada manusia baru ini, andai saja jika pilihan untuk tak berkomitmen itu hal wajar?" kata luluk Masal...
A CHANCE
1885      849     1     
Romance
Nikah, yuk!" "Uhuk...Uhuk!" Leon tersedak minumannya sendiri. Retina hitamnya menatap tak percaya ke arah Caca. Nikah? Apa semudah itu dia mengajak orang untuk menikah? Leon melirik arlojinya, belum satu jam semenjak takdir mempertemukan mereka, tapi gadis di depannya ini sudah mengajaknya untuk menikah. "Benar-benar gila!" 📌📌📌 Menikah adalah bukti dari suatu kata cinta, men...
Aku Istri Rahasia Suamiku
12662      2429     1     
Romance
Syifa seorang gadis yang ceria dan baik hati, kini harus kehilangan masa mudanya karena kesalahan yang dia lakukan bersama Rudi. Hanya karena perasaan cinta dia rela melakukan hubungan terlarang dengan Rudi, yang membuat dirinya hamil di luar nikah. Hanya karena ingin menutupi kehamilannya, Syifa mulai menutup diri dari keluarga dan lingkungannya. Setiap wanita yang telah menikah pasti akan ...
Antic Girl
139      116     1     
Romance
-Semua yang melekat di dirinya, antic- "Sial!" Gadis itu berlalu begitu saja, tanpa peduli dengan pria di hadapannya yang tampak kesal. "Lo lebih milih benda berkarat ini, daripada kencan dengan gue?" tanya pria itu sekali lagi, membuat langkah kaki perempuan dihadapannya terhenti. "Benda antik, bukan benda berkarat. Satu lagi, benda ini jauh lebih bernilai daripada dirimu!" Wa...
Dikejar Deretan Mantan
527      323     4     
Humor
Dikejar Deretan Mantan (Kalau begini kapan aku bertemu jodoh?) Hidup Ghita awalnya tenang-tenang saja. Kehidupannya mulai terusik kala munculnya satu persatu mantan bak belatung nangka. Prinsip Ghita, mantan itu pantangan. Ide menikah muncul bagai jelangkung sebagai solusi. Hingga kehadiran dua pria potensial yang membuatnya kelimpungan. Axelsen, atau Adnan. Ke mana hati berlabuh, saat ken...
Premium
SHADOW
6050      1823     0     
Fantasy
Setelah ditinggalkan kekasihnya, Rena sempat mencoba bunuh diri, tapi aksinya tersebut langsung digagalkan oleh Stevan. Seorang bayangan yang merupakan makhluk misterius. Ia punya misi penting untuk membahagiakan Rena. Satu-satunya misi supaya ia tidak ikut lenyap menjadi debu.
Kungfu boy
3032      1156     2     
Action
Kepalanya sudah pusing penglihatannya sudah kabur, keringat sudah bercampur dengan merahnya darah. Dirinya tetap bertahan, dia harus menyelamatkan Kamalia, seniornya di tempat kungfu sekaligus teman sekelasnya di sekolah. "Lemah !" Musuh sudah mulai menyoraki Lee sembari melipat tangannya di dada dengan sombong. Lee sudah sampai di sini, apabila dirinya tidak bisa bertahan maka, dirinya a...
DELUSION
6128      1816     0     
Fan Fiction
Tarian jari begitu merdu terdengar ketika suara ketikan menghatarkan sebuah mimpi dan hayalan menjadi satu. Garis mimpi dan kehidupan terhubung dengan baik sehingga seulas senyum terbit di pahatan indah tersebut. Mata yang terpejam kini terbuka dan melihat kearah jendela yang menggambarkan kota yang indah. Badan di tegakannya dan tersenyum pada pramugari yang menyapanya dan menga...
Gray November
3668      1286     16     
Romance
Dorothea dan Marjorie tidak pernah menyangka status 'teman sekadar kenal' saat mereka berada di SMA berubah seratus delapan puluh derajat di masa sekarang. Keduanya kini menjadi pelatih tari di suatu sanggar yang sama. Marjorie, perempuan yang menolak pengakuan sahabatnya di SMA, Joshua, sedangkan Dorothea adalah perempuan yang langsung menerima Joshua sebagai kekasih saat acara kelulusan berlang...