Read More >>"> Kau Tutup Mataku, Kuketuk Pintu Hatimu (:: Mendapat Titipan ::) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Kau Tutup Mataku, Kuketuk Pintu Hatimu
MENU
About Us  

Meski semua terbuka,
ada beberapa sekat yang tidak tertembus.
Entah karena memang ditutup
atau sengaja tidak ingin diperlihatkan?

Tidak apa-apa, selama kau masih ingin di sampingku, aku tidak keberatan untuk menunggu sampai kau siap.

πŸ‚πŸ‚πŸ‚

 

Halaman luas dengan pagar hitam setinggi dua meter dibuka oleh satpam yang bertugas, Mobil minibus langsung terparkir. Danendra dan Bang Didi turun lebih dulu. Disusul kemudian Yashinta turun dengan membawa tas jinjing.

Gadis berambut cokelat itu langsung menengadah ketika melihat pilar putih berdiri tegak di hadapannya. Seketika nyali Yashinta menciut. Ia merasa status sosial kini menjadi permasalahan serius untuk hubungannya dan sang idola selain perbedaan usia.

"Mbak Yas, ayo masuk. Ini rumah Papa dan Mama saya."

"Rumah Mas Dan juga, dong," jawab Yashinta sambil mengikuti langkah kaki Danendra.

"Bukan, Mbak. Kalau rumah saya nanti bakal jadi rumah kita," balas Danendra.

"Asalamualaikum. Permisi, adakah yang bisa melepaskan saya dari kebucinan akut Danendra Pramudya? Atau mungkin Mbak Dena mau bantuin?" teriak Bang Didi ketika baru saja memasuki rumah.

. Yashinta langsung memukul punggung Bang Didi yang sengaja mencari perhatian orang rumah. Berkat ulahnya itu juga, kini sepasang mata langsung tertuju ke arah pintu. Hal itu membuat nyali Yashinta menciut. Ia menyembunyikan tubuhnya di belakang Danendra.

Tas jinjing yang berisikan oleh-oleh untuk keluarga Danendra pun ia sembunyikan di belakang tubuhnya karena merasa tidak nyaman untuk memberikannya. Oleh-oleh itu sengaja Yashinta pesan melalui Mbak Yayah, maksudnya supaya ia datang tidak dengan tangan kosong.

"Di, mulutnya bisa dikondisikan nggak? Calon iparku jadi takut, loh!" ucap Denada sambil berjalan menghampiri Yashinta dan menggaet lengannya. "Duduk dulu, adik manis. Jangan dengerin itu ucapannya Didi. Dia memang biasa urakan. Capek? Jam berapa tadi dari kosan?"

Yashinta mengikuti arahan Denada untuk duduk. Perihal pertanyaan, gadis dengan rambut cokelat terurai itu bingung ingin menjawab pertanyaan yang mana. Karena ia mendadak gagap, kakinya Yashinta menendang pelan kaki Danendra yang duduk di sebelahnya.

Kode-kode pun langsung meluncur. Dari gerakan mata, mulut komat-kamit, kemudian tangan yang tiba-tiba menarik baju Danendra. Semua itu berasal dari Yashinta yang gugup setengah mati ketika berhadapan dengan keluarga sang idola.

Ini baru kakaknya, gimana pas Papa sama Mama yang ngomong? Bisa mati beridri aku, batin Yashinta.

"Mbak Dena kalau kasih pertanyaan suka borongan. Satu-satu, Mbak," pinta Danendra.

"Eh, mantu Mama sudah datang? Cantik, ya, Pa? Seperti pas mudanya Mama."

Belum selesai keterkejutan Yashinta dengan Denada-kakak Denandra-kini sekali lagi ia dibikin melongo dengan sebutan yang mama Danendra ucapkan. Bayangkan saja, belum genap satu bulan kedekatan mereka, label menantu sudah menempel pada dirinya.

Kedua orang tua Danendra duduk di hadapan Yashinta. Hanya sebuah meja yang menjadi pembatas. Kepala Yashinta tertunduk, ia juga memundurkan tubuhnya dan menyembunyikan separuh badannya di belakang Danendra.

"Ngapain mundur-mundur? Mama sama Papa nggak akan gigit, kok."

Yashinta mendelik ketika sang kekasih mengucapkannya dengan keras. Ia mencubit pinggang Danendra dan kemudian mencuri pandang pada kedua orang tua di hadapannya.

"Tante, Didi minta ini, ya? Buat ganjal perut dulu."

Suara Bang Didi seperti memantul karena saking tingginya langit-langit tempat tinggal keluarga Pramudya itu. Setelah mendapat persetujuan, Bang Didi kembali ke ruang depan dan bergabung bersama keluarga Danendra.

"Namanya siapa, Nak?" suara lelaki yang menyapanya itu membuat Yashinta mengangkat kepalanya.

"Yashinta Sadina, P-pak, eh, Om."

"Papa, saja biar nggak canggung. Apa kabar sama adikmu? Sudah lebih baik?"

Yashinta menoleh pada Danendra dan meminta penjelasan singkat mengapa orang tuanya sudah tahu tentang keluarganya dengan gerakan kepala. Kejadian sikut menyikut kembali terjadi karena Yashinta sudah kehilangan kata-kata.

"Adiknya sudah balik ke kampung halaman, Pa. Tadi sebelum ke sini kita sudah urus kepulangannya dari rumah sakit."

"Yang ditanya Yas, kok malah kamu yang jawab, Ndra?"

Yashinta semakin bergidik. Bahkan nama panggilannya pun mereka sudah tahu. Entah sudah berapa banyak yang sudah Danendra ceritakan kepada keluarganya. Sepertinya proses interogasi perlu dilakukan untuk sang kekasih.

Lepas dari sesi tanya-jawab, kini Yashinta terjebak di sesi makan malam bersama keluarga inti Danendra-sang idola-yang bahkan dulu hanya bermimpi untuk bertemu, kini justru menjadi bagian dari keluarganya.

Belum lagi permintaan Denada yang mengajaknya untuk tidur di kamarnya alih-alih tidur di kamar tamu yang sudah disediakan. Meski merasa canggung, Yashinta mengiyakan. Begitu juga Danendra yang tidak keberatan sama sekali dengan permintaan kakaknya itu.

Setelah selesai bersih-bersih, Yashinta dengan piyama tidurnya itu duduk di atas kasur. Denada yang juga sudah selesai dengan ritual malamnya kini duduk berhadapan dengan Yashinta.

"Mbak nggak keberatan misalnya Endra nikah duluan, Yas. Makasih, ya, sudah mau hadir di antara keluarga kami."

"Jangan bilang begini, Mbak. Justru Yas yang berutang budi dengan keluarga Mas Dan."

Denada menggeleng. Ia mengusap rambut Yashinta dengan pelan. "Anak baik, anak cantik. Mbak titip si bontot. Kalau semisal suatu hari Yas sudah bosan, dia nakal, dan main tangan, jangan bilang sama Papa Mama, bilang saja sama Mbak Dena. Biar Mbak yang hajar dia."

Yashinta tersenyum mendengar ucapan wanita yang hanya selisih dua tahun lebih tua darinya itu. Ia memegang tangan Denada kemudian meremasnya. Mungkin pembicaraan dari hati ke hati sesama anak pertama ini menjadi klop karena status yang sama.

Bahkan pembicaraan mereka terkesan seperti seseorang yang sudah lama dalam jalinan pertemanan. Akrab, menyenangkan, dan penuh kesan yang mendalam.

"Yas di sini seperti mimpi, Mbak. Dulu sekadar suka, kagum, tapi kok nyaman?"

"Lah, kok sama seperti yang Endra sampaikan? Dia ngerasa nyaman sama kamu padahal itu baru pertemuan pertama. Apalagi pas kejadian dia lagi blank, kamu berhasil nenangin dia dan lanjut kegiatan hari itu sampai selesai."

"Kebetulan, Mbak. Kebetulan Yas tahu gimana cara ngatasinya."

"Mbak Dena lihat Endra itu seneng banget. Dia seperti Endra yang dulu, sebelum kejadian yang mengharuskannya berhenti dari dunia panahan. Karena kesalahan rekan kerjanya, seorang anak kecil tiba-tiba lolos dari pengawasan dan masuk lintasan waktu sesi latihan. Kejadiannya cepat, Endra lari menyelamatkan anak itu, tetapi panah runcing menancap di bahu kanannya."

Yashinta membekap mulutnya. Ia yang beberapa kali tidak sengaja melihat Danendra dengan pakaian tanpa lengan memang pernah melihat bekas luka, tetapi ia tidak menyangka bahwa ceritanya akan sesedih itu.

"Jadi setelah berhenti dan nggak muncul selama setahun karena itu alasannya?"

Denada mengangguk. "Dia nggak rela berhenti dari panahan, tapi kondisi bahunya nggak bisa pulih seutuhnya. Dipaksakan justru semakin rusak nanti. Dia nggak bisa berdamai dengan kondisinya sampai sering sakit, Yas."

"Situasinya memang sulit, Mbak. Nggak semua bisa menjalani seperti Mas Dan. Dukungan keluarga yang utama."

"Mbak lihat hanya kamu dan Didi yang sanggup bertahan dengan Endra. Dia yang memilih kalian, jadi Mbak mohon, kalau nanti mau pergi beri tahu Mbak Dena, ya? Biarkan Mbak yang kasih tahu ke Endra. Dia itu rapuh, Yas."

Sudut mata Yashinta yang sedari tadi digenangi air mata kini sudah basah. Ia tidak tahan mendengarkan kisah yang ternyata tidak pernah ia sangkakan sebelumnya.

"Yas ngerasa delapan tahun sudah jadi yang paling tahu soal Mas Dan. Ternyata Yas nggak ada apa-apanya," ucap Yashinta sambil meremat tangan Denada.

"Sudah jangan nangis. Endra paling nggak suka lihat orang yang dia sayang itu menangis."

"Apa yang Mas Dan sembunyikan selain ini?"

"Nggak ada yang dia sembunyikan, mungkin waktunya saja belum pas untuk dia bercerita. Jangan bosan untuk mendengarkannya bercerita, ya? Kami suka ketika Endra bercerita, makanya waktu Endra sakit dan memilih diam, rasanya seperti dunia kami menghilang."

"Mas Dan trauma? Boleh Yas tahu tentang Mas Dan lebih jauh, Mbak?"

Denada menggeleng. "Biarkan Endra sendiri yang cerita. Sekarang waktunya tidur karena jam satu kalian sudah harus berangkat ke bandara."

"Nanggung, Mbak. Bisa dilanjutkan?"

Lagi-lagi sebuah gelengan yang Yashinta dapatkan. Padahal, di kepalanya masih banyak tanya yang belum terjawab. Namun, sumber utama informasi sudah menolak untuk bercerita lagi.

πŸ‚πŸ‚πŸ‚

 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Memories About Him
3077      1511     0     
Romance
"Dia sudah tidak bersamaku, tapi kenangannya masih tersimpan di dalam memoriku" -Nasyila Azzahra --- "Dia adalah wanita terfavoritku yang pernah singgah di dalam hatiku" -Aldy Rifaldan --- -Hubungannya sudah kandas, tapi kenangannya masih berbekas- --- Nasyila Azzahra atau sebut saja Syila, Wanita cantik pindahan dari Bandung yang memikat banyak hati lelaki yang melihatnya. Salah satunya ad...
graha makna
4075      1472     0     
Romance
apa yang kau cari tidak ada di sini,kau tidak akan menemukan apapun jika mencari ekspektasimu.ini imajinasiku,kau bisa menebak beberapa hal yang ternyata ada dalam diriku saat mulai berimajinasi katakan pada adelia,kalau kau tidak berniat menghancurkanku dan yakinkan anjana kalau kau bisa jadi perisaiku
A Day With Sergio
1239      605     2     
Romance
Mengapa Harus Mencinta ??
3043      989     2     
Romance
Jika kamu memintaku untuk mencintaimu seperti mereka. Maaf, aku tidak bisa. Aku hanyalah seorang yang mampu mencintai dan membahagiakan orang yang aku sayangi dengan caraku sendiri. Gladys menaruh hati kepada sahabat dari kekasihnya yang sudah meninggal tanpa dia sadari kapan rasa itu hadir didalam hatinya. Dia yang masih mencintai kekasihnya, selalu menolak Rafto dengan alasan apapun, namu...
Palette
4131      1641     6     
Romance
Naga baru saja ditolak untuk kedua kalinya oleh Mbak Kasir minimarket dekat rumahnya, Dara. Di saat dia masih berusaha menata hati, sebelum mengejar Dara lagi, Naga justru mendapat kejutan. Pagi-pagi, saat baru bangun, dia malah bertemu Dara di rumahnya. Lebih mengejutkan lagi, gadis itu akan tinggal di sana bersamanya, mulai sekarang!
Rewrite
6925      2269     1     
Romance
Siapa yang menduga, Azkadina yang tomboy bisa bertekuk lutut pada pria sederhana macam Shafwan? Berawal dari pertemuan mereka yang penuh drama di rumah Sonya. Shafwan adalah guru dari keponakannya. Cinta yang bersemi, membuat Azkadina mengubah penampilan. Dia rela menutup kepalanya dengan selembar hijab, demi mendapatkan cinta dari Shafwan. Perempuan yang bukan tipe-nya itu membuat hidup Shafwa...
Mencari Malaikat (Sudah Terbit / Open PO)
4744      1758     563     
Action
Drama Malaikat Kecil sukses besar Kristal sang artis cilik menjadi viral dan dipujapuja karena akting dan suara emasnya Berbeda dengan Viona yang diseret ke luar saat audisi oleh mamanya sendiri Namun kehidupan keduanya berubah setelah fakta identitas keduanya diketahui Mereka anak yang ditukar Kristal terpaksa menyembunyikan identitasnya sebagai anak haram dan mengubur impiannya menjadi artis...
Gantung
596      395     0     
Romance
Tiga tahun yang lalu Rania dan Baskara hampir jadian. Well, paling tidak itulah yang Rania pikirkan akan terjadi sebelum Baskara tiba-tiba menjauhinya! Tanpa kata. Tanpa sebab. Baskara mendadak berubah menjadi sosok asing yang dingin dan tidak terjamah. Hanya kenangan-kenangan manis di bawah rintik hujan yang menjadi tali penggantung harapannya--yang digenggamnya erat sampai tangannya terasa saki...
(Un)Dead
559      304     0     
Fan Fiction
"Wanita itu tidak mati biarpun ususnya terburai dan pria tadiδΈ€yang tubuhnya dilalap apiδΈ€juga seperti itu," tukas Taehyung. Jungkook mengangguk setuju. "Mereka seperti tidak mereka sakit. Dan anehnya lagi, kenapa mereka mencoba menyerang kita?" "Oh ya ampun," kata Taehyung, seperti baru menyadari sesuatu. "Kalau dugaanku benar, maka kita sedang dalam bahaya besar." "...
Segitiga Bermuda
4454      1481     1     
Romance
Orang-orang bilang tahta tertinggi sakit hati dalam sebuah hubungan adalah cinta yang bertepuk sebelah tangan. Jika mengalaminya dengan teman sendiri maka dikenal dengan istilah Friendzone. Namun, Kinan tidak relate dengan hal itu. Karena yang dia alami saat ini adalah hubungan Kakak-Adik Zone. Kinan mencintai Sultan, Kakak angkatnya sendiri. Parah sekali bukan? Awalnya semua berjalan norm...