Loading...
Logo TinLit
Read Story - Kau Tutup Mataku, Kuketuk Pintu Hatimu
MENU
About Us  

Aku mudah percaya, tetapi tidak untuk dilanggar.
Aku mudah percaya, tetapi tidak untuk dibohongi.

Sekalinya mendapat kepercayaanku, jagalah.
Sekalinya kau melanggar, jangan harap hal yang sama seperti dulu.
Itu aku!

🍂🍂🍂

 

Semua sesuai dengan perkiraan. Acara puncak lima besar sukses digelar dengan tidak ada seorangpun yang harus pulang. My Way Show menjadi acara spesial karena disajikan dengan sangat indah seperti konser besar.

Bedanya, dewan juri tetap memberikan penilaian. Kelima peserta mendapat standing applause dari semua dewan juri. Bagaimana dengan Danendra? Tenang saja, idola baru di kalangan remaja itu melewatinya dengan mulus. Bahkan ia juga lupa bahwa lewat tengah hari ia sedikit demam.

"Mbak Gita, makasih atas arahannya tadi. Kalau nggak bakalan tumbang sebelum perang ini," ucap Danendra sambil bersalaman dan mencium tangan wanita di hadapannya.

Danendra menunduk, bersamaan dengan itu usapan hangat mendarat di kepalanya. "Jaga kesehatan, ya? Kalau sudah capek bilang. Jangan dipaksakan. Kalau kamu dipekerjakan dengan ketat dan nggak dikasih jatah libur sama Didi, bilang sama Mbak Gita. Biar dia saja yang tak kasih obat tidur."

Danendra mengangguk sambil menunjukkan senyum manisnya. "Bang Didi nggak sejahat itu, Mbak. Bisa-bisa dia yang K.O duluan. Kerjaan dia lebih banyak."

"Kan ada Yashinta sekarang, nggak akan kerja dia. Makan gaji buta, dong?"

"Nggak akan. Dia butuh modal buat nikah, Mbak Gita."

"Oh ya? kapan? Awas nggak undang-undang, Di. Aku rusak acaramu, ya?"

"Bu Dokter gitu, mainnya ancaman saja."

Semua yang ada di ruangan tertawa mendengar ucapan kesal dari Bang Didi. Tidak terkecuali dengan Yashinta yang sibuk menikmati di balik layar acara. Selama ini ia merasa kegiatan di balik layar akan membosankan, ternyata orang-orang yang terlibat sangat ramah.

Hanya saja, riuhnya persiapan yang sedikit membuat kalang kabut. Selepas acara pembuka, para pendukung acara berlari untuk berganti kostum. Begitu juga dengan peserta yang akan tampil di urutan pertama.

Setelah acara selesai, Bang Didi berjalan paling depan dengan membawa tas dan beberapa pakaian yang tidak terpakai. Sementara itu, Yashinta dan Danendra mengekori sampai ke area parkir.

"Mbak Yas naik," perintah Danendra. "Jangan di belakang, di sebelah situ saja." Danendra langsung melarang Yashinta ketika ia memasuki mobil dan hendak duduk di kursi belakang.

"Capek, ya, Mas? Istirahat dulu," tanya Yashinta sambil menyodorkan tisu untuk mengelap keringat yang masih menetes di kening Danendra.

"Mbak Yas juga lebih capek. Dari tadi saya lihat mondar-mandir bantuin yang lain."

"Seru, tapi saya nggak nyangka kalau di balik layar seperti itu. Riweuh banget."

"Saya suka dengan cara kerja Mbak Yas. Nggak tergiur dengan memanfaatkan situasi."

"Maksudnya?"

"Nggak yang pansos dan foto sana-sini, terus unggah di sosmed."

"Kan saya kerja, Mas. Masa iya mau nyambi?"

"Kan bisa saja sambil nyelam minum air, Mbak."

"Tenggelam, dong?"

Akhirnya Danendra bercerita bahwa sebelum Yashinta, ia sempat mempekerjakan seorang gadis yang katanya fans berat Danendra. Memang asal-usulnya tidak begitu jelas, hanya seorang kenalan yang dikenalkan oleh orang televisi. Dengan sedikit track record bahwa ia orang yang ramah dan tekun bekerja.

Nyatanya yang terjadi justru sebaliknya. Beberapa foto Danendra yang tengah berada di ruang istirahat tersebar. Bahkan beberapa video di ruang rias yang disediakan televisi bersama beberapa peserta diunggah dengan caption ekslusif, tetapi tanpa persetujuan orang-orang yang ada di dalamnya.

Yashinta manggut-manggut mendengarkan detail cerita yang pernah viral beberapa waktu lalu. Mungkin itu juga alasannya Danendra dan Bang Didi selektif dalam memilih asisten manajer pengganti.

"Kalian berdua ngobrolnya enak bener, sampai yang di depan merasa terabaikan."

"Bosen ngomong sama Bang Didi terus," jawab Danendra saat mendengar interupsi dari Bang Didi.

"Mbak Yas, Endra itu pemilih banget. Dia mudah percaya, tapi kalau kepercayaan itu dilanggar, jangan harap bakal dikasih kesempatan kedua."

Yashinta yang menyimak langsung menoleh pada Danendra. Di saat yang bersamaan pula Danendra juga menoleh padanya. Dengan cepat keduanya langsung berpaling.

Danendra menoleh ke arah jendela sambil berdeham. Sedangkan Yashinta mengalihkan pandangannya ke arah depan sambil memainkan rambutnya yang terurai. Tingkah laku keduanya ternyata tidak lepas dari pantauan dua manusia yang berada di kursi depan.

"Mas Didi, ada yang salah tingkah, nih," ujar Pak Aji sambil terkiki.

"Duh, Pak Aji ini dari tadi diam, tapi sekalinya ngomong, kok, suka bener, ya?"

Kedua lelaki itu tertawa melihat tingkah Yashinta dan Danendra. Namun, kejadian itu tidak berlangsung lama sebab Danendra memasang tatapan mata tajamnya. Pak Aji seketika terdiam ketika melihat tatapan Danendra dari kaca spion yang terpajang di bagian tengah.

"Fokus, Pak Aji. Ntar nabrak." Danendra berkata dengan pelan, tetapi cukup keras untuk di dengar.

"Ya, gitu, Mbak Yas. Endra kalau mode serius. Serem 'kan? Beda kalau di kamera, senyumnya manis banget."

Danendra menghela napas. Ia berusaha untuk tidak menggeplak kepala Bang Didi yang sudah me-roasting dirinya di depan Yashinta. Lelaki dua puluh empat tahun itu merasakan wajahnya memerah.

Untung saja mobil membawa mereka memasuki sebuah gang dan berhenti di depan gerbang berwarna hitam. Barulah Danendra bernapas lega karena itu tandanya Yashinta akan turun terlebih dahulu seperti yang disampaikan Bang Didi.

"Saya permisi dulu, Mas Dan, Pak Aji, Bang Didi. Terima kasih semuanya."

Yashinta turun dari pintu sebelah kanan. Begitu ia sudah berada di sisi kiri mobil Bang Didi dan Danendra kompak membuka kaca jendela. Bang Didi melambaikan tangannya, sementara Danendra hanya tersenyum dan mengangguk.

"Besok dijemput sama Pak Aji jam 8, Mbak. Temani saya latihan di asrama."

Bang Didi yang mendengar ucapan Danendra sontak menoleh sambil mengangkat dagunya bermaksud bertanya tentang kesungguhan rencana itu. Danendra yang paham langsung mengangguk.

"Besok saya ada kegiatan lain, jadi Mbak Yas yang temani, bisa?" Bang Didi menguatkan keterangan supaya Yashinta bersedia.

Ini bukan kongkalikong, tetapi entah mengapa, Danendra ingin waktu lebih bersama dengan Yashinta. Di samping itu, pihak SRTV memang meminta untuk hadir dalam penentuan lagu besok di asrama.

Setelah mendapat kepastian, barulah Yashinta masuk ke indekos, dan mobil yang ia tumpangi barusan sudah melesat untuk melanjutkan perjalanan. Langkah kaki Yashinta terasa ringan, penat dan lelahnya kali ini terbayar dengan sangat indah.

Kalau dulu ia hanya menjadi penggemar di depan layar kaca, kini ia seperti bisa menggapai sosok Danendra. Belum satu minggu, ia sudah merasa nyaman. Bagaimana jika perasaan itu keterusan dan enggan menjauh dari sang idola?

Berbeda dengan Yashinta, suasana mobil minibus milih Danendra itu terkesan lebih hidup. Ketiga lelaki yang berada di mobil terlibat percakapan yang lain dari biasanya. Apalagi penghuni kursi belakang.

"Mbak Yas itu pandai, ya, Bang? Nggak usah disuruh juga pekanya tingkat dewa. Ada aja yang dilakuin," ucap Danendra sambil menyandarkan kepalanya.

"Sama seperti yang sebelumnya, Abang sudah kasih banyak catatan untuk dia pelajari, Ndra. Kamu aja yang nggak tahu."

"Ish, Mbak Yas ini beda sama yang sebelumnya, dia lebih cekatan, terus kalau natap matanya itu seperti ngisi daya. Jadi lebih semangat."

Pak Aji yang mencuri pandang ke kursi belakang, tertawa kecil sambil menutup mulutnya. Danendra menyadari dan memasang wajah bertanya.

"Berapa kali nama Mbak Yas disebut, Pak?" tanya Bang Didi pada Pak Aji yang tertawa.

"Kalau ndak salah, hm, enam kali dari pas keluar gang indekosnya Mbak Yashinta."

Danendra langsung memajukan tubuhnya, tidak lupa dengan bantal leher di tangan kanan yang ia hantamkan ke kepala Bang Didi. Ia kembali duduk setelah menghadiahkan dua kali hantaman bantal leher.

"Diem, Bang!"

Setelah meminta Bang Didi diam, Danendra mendadak terdiam. Ia merenungi sikapnya barusan. Sudah lama rasanya ia tidak merasakan adanya gemuruh di dadanya. Hanya dengan menyebut nama Yashinta, mengapa semua terasa berbeda.

Ini baru awal, tetapi hatinya seperti tidak bisa berbohong. Ada rasa yang berbeda. Helaan napas kembali terdengar dari Danendra dan membuat dua lelaki di depannya menoleh.

"Berat, ya? Hati-hati jaga hati, Ndra. Dia bukan orang yang mudah ditaklukkan."

"Kata siapa, Bang?"

"Kata sepupu Abang lah, kata siapa lagi? Kan hanya dia yang bisa jadi sumber informasi," ucap Bang Didi dengan penuh penekanan pada kata dia dan sumber informasi.

"Salah nggak kalau aku bilang suka sama Mbak Yas?"

Bang Didi dan Pak Aji saling bertukar pandang. Keduanya ingin menjawab tetapi masih bingung jawaban apa yang akan diberikan. Akhirnya Bang Didi menoleh, badannya menghadap ke belakang dan menatap wajah Danendra dengan sungguh-sungguh.

Bang Didi awalnya menggeleng, lalu mengangguk.

"Kenapa habis geleng jadi ngangguk? Salah apa benar?" tanya Danendra.

"Nggak salah. Awalnya suka, lama-lama cinta, terus jadi sayang," balas Bang Didi dengan penuh keyakinan.

🍂🍂🍂

 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Yu & Way
152      124     5     
Science Fiction
Pemuda itu bernama Alvin. Pendiam, terpinggirkan, dan terbebani oleh kemiskinan yang membentuk masa mudanya. Ia tak pernah menyangka bahwa selembar brosur misterius di malam hari akan menuntunnya pada sebuah tempat yang tak terpetakan—tempat sunyi yang menawarkan kerahasiaan, pengakuan, dan mungkin jawaban. Di antara warna-warna glitch dan suara-suara tanpa wajah, Alvin harus memilih: tet...
graha makna
5678      1809     0     
Romance
apa yang kau cari tidak ada di sini,kau tidak akan menemukan apapun jika mencari ekspektasimu.ini imajinasiku,kau bisa menebak beberapa hal yang ternyata ada dalam diriku saat mulai berimajinasi katakan pada adelia,kalau kau tidak berniat menghancurkanku dan yakinkan anjana kalau kau bisa jadi perisaiku
ARMY or ENEMY?
14707      4169     142     
Fan Fiction
Menyukai idol sudah biasa bagi kita sebagai fans. Lantas bagaimana jika idol yang menyukai kita sebagai fansnya? Itulah yang saat ini terjadi di posisi Azel, anak tunggal kaya raya berdarah Melayu dan Aceh, memiliki kecantikan dan keberuntungan yang membawa dunia iri kepadanya. Khususnya para ARMY di seluruh dunia yang merupakan fandom terbesar dari grup boyband Korea yaitu BTS. Azel merupakan s...
Heliofili
2662      1169     2     
Romance
Hidup yang sedang kami jalani ini hanyalah kumpulan berkas yang pernah kami tandatangani di kehidupan sebelumnya— dari Sastra Purnama
Interaksi
519      360     0     
Romance
Ada manusia yang benar benar tidak hidup di bumi, sebagian dari mereka menciptakan dunia mereka sendiri. Seperti halnya Bulan dan Yolanda. Bulan, yang terlalu terobsesi dengan buku novel dan Yolanda yang terlalu fanatik pada Korea. Dua duanya saling sibuk hingga berteman panjang. Saat mereka mencapai umur 18 dan memutuskan untuk kuliah di kampus yang sama, perasaan takut melanda. Dan berencana u...
Sweet Equivalent [18+]
4783      1229     0     
Romance
When a 19 years old girl adopts a 10 years old boy Its was hard in beginning but no matter how Veronica insist that boy must be in her side cause she thought he deserve a chance for a better live Time flies and the boy turn into a man Fact about his truly indentitiy bring another confilct New path of their life change before they realize it Reading Guide This novel does not follow the rule o...
Luka Dan Perkara Cinta Diam-Diam
7650      2529     22     
Romance
Kenangan pahit yang menimpanya sewaktu kecil membuat Daniel haus akan kasih sayang. Ia tumbuh rapuh dan terus mendambakan cinta dari orang-orang sekitar. Maka, ketika Mara—sahabat perempuannya—menyatakan perasaan cinta, tanpa pikir panjang Daniel pun menerima. Sampai suatu saat, perasaan yang "salah" hadir di antara Daniel dan Mentari, adik dari sahabatnya sendiri. Keduanya pun menjalani h...
Pacarku Arwah Gentayangan
5882      1745     0     
Mystery
Aras terlonjak dari tidur ketika melihat seorang gadis duduk di kursi meja belajar sambil tersenyum menatapnya. Bagaimana bisa orang yang telah meninggal kini duduk manis dan menyapa? Aras bahkan sudah mengucek mata berkali-kali, bisa jadi dia hanya berhalusinasi sebab merindukan pacarnya yang sudah tiada. Namun, makhluk itu nyata. Senja, pacarnya kembali. Gadis itu bahkan berdiri di depannya,...
The Last Blooming Flower
8883      2517     1     
Romance
Di ambang putus asa mencari kakaknya yang 20 tahun hilang, Sora bertemu Darren, seorang doktor psikologi yang memiliki liontin hati milik Ian—kakak Sora yang hilang. Sora pun mulai menerka bahwa Darren ada kunci untuk menemukan Ian. Namun sayangnya Darren memiliki kondisi yang membuatnya tidak bisa merasakan emosi. Sehingga Sora meragukan segala hal tentangnya. Terlebih, lelaki itu seperti beru...
Bukan Bidadari Impian
135      107     2     
Romance
Mengisahkan tentang wanita bernama Farhana—putri dari seorang penjual nasi rames, yang di jodohkan oleh kedua orang tuanya, dengan putra Kiai Furqon. Pria itu biasa di panggil dengan sebutan Gus. Farhana, wanita yang berparas biasa saja itu, terlalu baik. Hingga Gus Furqon tidak mempunyai alasan untuk meninggalkannya. Namun, siapa sangka? Perhatian Gus Furqon selama ini ternyata karena a...