Loading...
Logo TinLit
Read Story - Kau Tutup Mataku, Kuketuk Pintu Hatimu
MENU
About Us  


Apalah aku jika tidak ada dukungan.
Ini pilihanku untuk bisa bertahan lebih lama.

Aku menjalaninya karena ini yang aku pilih.
Jadi jangan pernah bertanya untuk apa aku berada di sini.

🍂🍂🍂

 

Apa arti sebuah pilihan? Mungkin dari sekian banyak orang hanya beberapa yang selalu disibukkan dengan memilih. Entah di antara dua atau tiga pilihan. Hampir semuanya memiliki keuntungan dan kelebihan.

Tidak sedikit mereka menjalani tidak diberi kesempatan untuk memilih karena sudah "dipilihkan" oleh orang terdekat. Namun, dengan begitu, hidupnya seperti tidak mandiri. Seperti anak kecil yang makan saja harus disuap setiap saat. Tidak diberi kesempatan untuk menolah, atau memilih menu. Semua sudah tersedia di depan mata.

Beruntungnya Danendra terlahir di keluarga yang tidak menuntut. Pengalaman kedua orang tuanya yang selalu diatur, membuat mereka mendidik putra-putrinya berbeda. Denada si sulung, diberi kesempatan untuk memilih masa depan sesuai keinginannta.

Begitu juga dengan Danendra, orang tua tidak ikut campur bahkan ketika ia memilih untuk menjadi atlet panahan. Sampai pada akhirnya karier sebagai atlet ia sudahi dan setahun kemudian memilih dunia hiburan demi menyalurkan hobi.

"Kamu yakin dengan pilihanmu, Dek? Mbak Dena akan dukung apapun yang menjadi pilihanmu. Selama kamu yakin dan nyaman. Ayah dan Ibu juga sepertinya tidak akan keberatan jika salah satu anaknya sering wara-wiri di televisi."

"Makasih, Mbak. Dari keyakinan sudah yakin banget, satu saja yang jadi ganjalan. Bisa nggak bertahan di dunia hiburan? Kelihatannya saja itu seru, tapi pengorbanannya juga besar."

"Nggak masalah. Kamu saja sanggup bertahan di dunia panahan selama enam tahun. Dengan penggemar yang begitu banyak, Mbak yakin kamu pasti bisa."

"Itu masa lalu, Mbak. Jangan dibahas lagi. Nggak suka."

"Sampai kapan kamu begini? Kamu sudah memilih, Dek. Tinggal bagaimana berdamai sama masa lalu yang nggak enak itu."

Sekelebat ingatan tentang percakapannya bersama sang kakak kembali muncul di benak Danendra. Ia menoleh pada Yashinta yang duduk di sampingnya selama perjalanan sepulang dari stasiun radio.

Betapa bersyukurnya lelaki dua puluh empat tahun itu ketika acaranya lancar tanpa kendala. Begitu juga dengan Bang Didi dan Yashinta yang terus saja memberikan semangat padanya. Setidaknya, kedua orang terdekatnya ini menjadi pembangkit semangat.

"Ndra, langsung ke SRTV apa ke asrama dulu?"

"Asrama saja, Bang. Biar bisa istirahat sekalian pemanasan buat ntar malam. Ini peserta lain juga sudah merapat ke sana."

Asrama mereka sebutkan itu adalah sebuah rumah dengan beberapa kamar besar, sebuah kolam renang dan taman yang cocok untuk bersantai. Lokasinya pun berada di pinggiran kota yang tenang. Jauh dari polusi udara juga polusi suara bising kendaraan.

Setelah menempuh kurang dari satu jam perjalanan, mobil minibus yang mereka bawa akhirnya sampai di sebuah kawasan yang terlihat elit. Meski begitu, suasana di tempat itu cenderung sepi. Jika lokasinya lebih tinggi, mungkin bisa dikatakan ini wilayah villa elit.

"Mbak Yas ambil barang yang dibutuhkan, sisanya biarkan di mobil biar nggak terlalu berat dibawa. Biar saya bawa barang punya Endra."

Yashinta mengangguk dan mulai memilah barangnya. Kemudian mengikuti Bang Didi masuk ke rumah dengan dua lantai itu. Rumah yang cukup besar untuk dihuni oleh lima peserta My Way Show lengkap bersama keluarga, manajer, atau asisten. Danendra yang lebih dulu masuk langsung disapa oleh penghuni di sana.

"Wuidih, yang jadwalnya hari ini super padat. Gimana persiapan nanti malam?" sapa seorang yang mengenakan celana cokelat tua dan kaos berwarna abu agak kecokelatan dengan logo Bhayangkara di dadanya.

"Aman, Bang. Bang Andri sama si kecil? Di mana, Bang?"

Lelaki yang bernama Andri itu mengangguk sambil menunjuk lantai atas. "Lagi tidur sama mamanya. Hari ini rewel banget."

"Oi, bontot! Sudah kelar acaranya? Mukanya agak pucat, nih. Nggak dikasih makan sama Didi?"

Seorang wanita yang sesusia Denada—kakak perempuannya—menyapa dan langsung mengacak rambut Danendra. Ia juga memegang leher dan kening Danendra. "Kok hangat, sih? Makan dulu, terus istirahat, ya?"

Danendra mengangguk, "Siap, Bu Dokter. Laksanakan!" jawab Danendra sambil beranjak untuk menemui dua orang lainnya.

Di asrama hanya ada satu orang perseta perempuan bernama Gita yang berprofesi sebagai dokter. Sisanya seorang anggota kepolisian yang sering membawa anak dan istrinya. Satu laki-laki bernama Rivan pemilik usaha waralaba yang tengah viral, dan satu yang bernama Yuda seorang pedagang di pasar tradisional yang usianya hanya selisih dua tahun dengan Danendra.

Ketika semua berkumpul di ruang tengah, Yashinta dan Bang Didi turun ke lantai satu setelah membereskan barang bawaannya. Peserta yang sudah bersama selama kurang lebih empat bulan itu memiliki ikatan kekeluargaan yang sangat erat.

Persaingan hanya ada ketika pemilihan siapa yang pulang dan siapa yang bertahan, selebihnya mereka saling dukung satu sama lain. Saling mengingatkan dan juga saling menjaga. Apalagi kepada Danendra yang statusnya sebagai yang termuda.

"Mbak ini calon penggantinya Didi, atau ..."

"Asistennya Bang Didi, Mbak. Bukan penggantinya," ucap Danendra memotong pertanyaan Dokter Gita.

"Nggak niat dikenalin ke kita-kita?" goda Bang Andri sambil menggendong si kecil yang sudah terbangun karena keramaian di rumah itu.

"Saya Yashinta Sadina. Salam kenal buat semuanya."

Yashinta menatap ke arah mereka yang tengah bersantai di ruang tengah sambil sedikit membungkukkan tubuhnya. Dengan sikap yang sedikit gugup, gadis berambut cokelat itu langsung menghampiri satu persatu penghuni rumah. Sambil menyebut nama panggilannya.

"Di, si bontot dah makan belum? Badannya agak hangat, di meja makan aku bawa sop ayam. Ajak makan dulu sekalian sama Yashinta. Kasih obat pereda demam terus suruh tidur." Dokter Gita memberi arahan pada Bang Didi dan langsung mendapat tanggapan darinya.

Sejak awal masa perkenalan, memang Dokter Gita paling giat menjaga kesehatan peserta. Wanita dengan julukan dokter seleb itu memang terbilang paling cerewet jika ada yang lalai dalam menjaga kesehatan. Jiwa dokternya meronta di waktu yang tepat.

Ketika Bang Didi tengah sibuk mencari Danendra setelah menyiapkan tiga mangkuk sop ayam beserta nasi, yang dicari justru tengah sibuk merendam kaki di kolam. Rupanya ia tidak sendiri. Di sebelahnya ada Yashinta yang juga duduk bersila di tepian kolam.

Melihat hal itu, Bang Didi berjalan dengan nampan di tangan. "Makan dulu kalau nggak pengin kena semprot lagi sama Mbak Dokter, Ndra. Ini obatnya diminum. Kenapa nggak bilang kalau nggak enak badannya?"

"Cuma sedikit hangat, Bang. Nggak apa-apa."

"Mbak Yas, dimakan dulu mumpung masih hangat. Duh, ini airnya lupa."

"Biar saya yang ambil, Bang."

"Nggak usah, Mbak Yas di sini saja temenin Endra. Saya yang ambil airnya. Ndra, makan!"

Danendra mengangguk sambil melihat Bang Didi yang meninggalkan mereka berdua. Sang idola menghela napas, kemudia mulai mengaduk sop ayam dihadapannya. Hanya diaduk tanpa ada minat untuk memakannya.

"Mau pakai nasi?" tawar Yashinta yang dijawab dengan gelengan dari Danendra.

"Maaf tadi bikin takut Mbak Yas. Kalau Mbak Yas tahu saya sempat menghilang setelah mundur dari dunia panahan. Masa itu adalah masa tersulit bagi saya. Mbak nggak pengin tahu gitu, saya ke mana, saya kenapa, terus tadi juga kenapa. Nggak ada yang pengin ditanyakan?"

Yashinta menggeleng. "Kalau saya tanya, apa itu meringankan beban Mas Dan? Atau mungkin bisa menyelesaikan masalahnya? Kalau sekiranya saya penting dan dipercaya, Mas Dan nanti pasti cerita tanpa saya minta."

"Mbak Yas ini melihat saya sebagai apa?"

Ditanya seperti itu, leher Yashinta seperti tercekat dan tidak bisa berkata-kata. Bahkan ia merasa wajahnya memanas. Entah bagaimana penampakan wajahnya saat ini. Mungkin sudah lebih merah dari kepiting rebus.

"Se-sebagai majikan? Eh, bukan. Sebagai Big Boss? Bang Didi bosnya, Mas Dan Big Boss-nya," ucap Yashinta sambil terkekeh.

"Saya jarang bisa ngobrol begini sama orang yang baru saya kenal. Ini kok nyaman, ya? Apa kita sudah saling kenal?" tanya Danendra sambil memiringkan kepalanya ketika menatap manik mata Yashinta. "Kayaknya kenal, tapi siapa?"

🍂🍂🍂

 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Story of April
2528      901     0     
Romance
Aku pernah merasakan rindu pada seseorang hanya dengan mendengar sebait lirik lagu. Mungkin bagi sebagian orang itu biasa. Bagi sebagian orang masa lalu itu harus dilupakan. Namun, bagi ku, hingga detik di mana aku bahagia pun, aku ingin kau tetap hadir walau hanya sebagai kenangan…
Gino The Magic Box
4251      1313     1     
Fantasy
Ayu Extreme, seorang mahasiswi tingkat akhir di Kampus Extreme, yang mendapat predikat sebagai penyihir terendah. Karena setiap kali menggunakan sihir ia tidak bisa mengontrolnya. Hingga ia hampir lulus, ia juga tidak bisa menggunakan senjata sihir. Suatu ketika, pulang dari kampus, ia bertemu sosok pemuda tampan misterius yang memberikan sesuatu padanya berupa kotak kusam. Tidak disangka, bahwa ...
ETHEREAL
1816      801     1     
Fantasy
Hal yang sangat mengejutkan saat mengetahui ternyata Azaella adalah 'bagian' dari dongeng fantasi yang selama ini menemani masa kecil mereka. Karena hal itu, Azaella pun incar oleh seorang pria bermata merah yang entah dia itu manusia atau bukan. Dengan bantuan kedua sahabatnya--Jim dan Jung--Vi kabur dari istananya demi melindungi adik kesayangannya dan mencari sebuah kebenaran dibalik semua ini...
Bukan Bidadari Impian
136      108     2     
Romance
Mengisahkan tentang wanita bernama Farhana—putri dari seorang penjual nasi rames, yang di jodohkan oleh kedua orang tuanya, dengan putra Kiai Furqon. Pria itu biasa di panggil dengan sebutan Gus. Farhana, wanita yang berparas biasa saja itu, terlalu baik. Hingga Gus Furqon tidak mempunyai alasan untuk meninggalkannya. Namun, siapa sangka? Perhatian Gus Furqon selama ini ternyata karena a...
Tetesan Air langit di Gunung Palung
447      310     0     
Short Story
Semoga kelak yang tertimpa reruntuhan hujan rindu adalah dia, biarlah segores saja dia rasakan, beginilah aku sejujurnya yang merasakan ketika hujan membasahi
HIRAETH
504      348     0     
Fantasy
Antares tahu bahwa Nathalie tidak akan bisa menjadi rumahnya. Sebagai seorang nephilim─separuh manusia dan malaikat─kutukan dan ketakutan terus menghantuinya setiap hari. Antares mempertaruhkan seluruh dirinya meskipun musibah akan datang. Ketika saat itu tiba, Antares harap ia telah cukup kuat untuk melindungi Nathalie. Gadis yang Antares cintai secara sepihak, satu-satunya dalam kehidupa...
graha makna
5707      1810     0     
Romance
apa yang kau cari tidak ada di sini,kau tidak akan menemukan apapun jika mencari ekspektasimu.ini imajinasiku,kau bisa menebak beberapa hal yang ternyata ada dalam diriku saat mulai berimajinasi katakan pada adelia,kalau kau tidak berniat menghancurkanku dan yakinkan anjana kalau kau bisa jadi perisaiku
Ada Apa Esok Hari
211      163     0     
Romance
Tarissa tak pernah benar-benar tahu ke mana hidup akan membawanya. Di tengah hiruk-pikuk dunia yang sering kali tak ramah, ia hanya punya satu pegangan: harapan yang tak pernah ia lepaskan, meski pelan-pelan mulai retak. Di balik wajah yang tampak kuat, bersembunyi luka yang belum sembuh, rindu yang tak sempat disampaikan, dan cinta yang tumbuh diam-diamtenang, tapi menggema dalam diam. Ada Apa E...
To The Bone
543      352     0     
Romance
Posting kembali.. Sedikit di Revisi.. --- Di tepi pantai, di Resort Jawel Palace. Christian berdiri membelakangi laut, mengenakan kemeja putih yang tak dikancing dan celana pendek, seperti yang biasa ia pakai setiap harinya. > Aku minta maaf... karena tak bisa lagi membawamu ke tempat-tempat indah yang kamu sukai. Sekarang kamu sendirian, dan aku membenci itu. Kini kamu bisa berlari ...
Ada Cinta Dalam Sepotong Kue
6854      2000     1     
Inspirational
Ada begitu banyak hal yang seharusnya tidak terjadi kalau saja Nana tidak membuka kotak pandora sialan itu. Mungkin dia akan terus hidup bahagia berdua saja dengan Bundanya tercinta. Mungkin dia akan bekerja di toko roti impian bersama chef pastri idolanya. Dan mungkin, dia akan berakhir di pelaminan dengan pujaan yang diam-diam dia kagumi? Semua hanya mungkin! Masalahnya, semua sudah terlamba...