Read More >>"> Titik Kembali (2. Pengantin Pengganti) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Titik Kembali
MENU
About Us  

"Apa maksud lo, Bella?"

Tiba-tiba kepala Laksmana pening begitu menyaksikan apa yang terjadi di hadapannya. Calon pengantin kakaknya hilang dan harus diganti orang lain. Tetapi bagaimana bisa orang lain itu adalah Bella? 

Bella tidak melunturkan senyum cerianya sama sekali. Seolah keputusan yang baru saja dia buat setara dengan ajakan anak kecil yang ingin bermain. 

"Bella, pikirkan baik-baik, Nak." Bu Salya menghampiri Bella dan mengusap lembut lengan gadis itu. 

"Bu Mala, Bu, hentikan Bella, Bu," desak Laksmana. 

Namun, Bu Mala hanya diam. Hingga senyum simpul terbit di bibir wanita paruh baya itu. Bu Mala menoleh pada Laksmana, lalu mengangguk pelan. "Nak, saya akan selalu berada di pihak anak saya."

"Tapi, bagaimana mungkin, Bu?"

Rama yang tidak mengerti dengan tatapan gadis di depannya hanya bisa menebak-nebak. Dia tidak pernah menemukan gadis aneh seperti Bella yang masih bisa tenang dalam situasi tegang saat ini. 

"Sekarang, semua keputusan ada sama Mas Rama." Bella berujar seolah pendapat seluruh orang di sana tidaklah penting. 

Pak Danu berdeham canggung. "Nak Bella, keputusanmu itu yang penting."

"Benar, Bella. Kalau kamu mau menjadi pengganti Aqila dan menikahi Rama sesaat, lalu nanti kamu akan menjadi janda. Bagaimana masa depanmu nanti, Nak?" Bu Salya mencoba mengingatkan Bella kembali dengan risiko yang akan gadis itu terima di masa depan. 

"Ah, sudahlah. Wong anak itu sudah setuju," sahut Oma. Wanita tua itu menatap Bella dan mengangguk pelan. "Saya setuju dengannya," tambahnya. 

Tante Rama juga mengangguk, ikut apapun keputusan ibunya. "Saya juga setuju, ini ide yang sangat bagus. Sekaligus, satu-satunya solusi untuk masalah mendesak ini."

Bella mengerjapkan mata mengamati wajah Rama yang masih datar. Dia sangat ingin melihat senyum lelaki itu seperti kemarin. 

"Mas Rama?" panggil Bella pelan. 

Rama mengalihkan pandangan ke arah ibunya, lalu juga ayahnya, terakhir dia menatap Laksmana. Ini sungguh keputusan yang berat baginya. Tidak pernah terlintas di pikirannya bahwa dia harus merenggut masa depan gadis seceria Bella. 

"Mas Rama, apa Mas mengkhawatirkan masa depanku?"

Rama kembali menatap Bella. Objek pandangnya yang tak pernah surut tersenyum. Tak ada kekhawatiran sedikitpun di kedua mata gadis itu. Ajaib, batin Rama. 

"Masa depan hanya diketahui oleh Tuhan. Jangan khawatir, Mas. Saya sudah membulatkan keputusan saya untuk bisa membantu masalah ini menemukan solusinya."

"Kalau kamu menyesal nanti, kamu siap?" tanya Rama. 

Bella senang akhirnya Rama membalas ucapannya. Gadis itu mengangguk cepat-cepat. "Jangankan penyesalan, kalaupun orang-orang meledek saya nanti, saya siap."

Dengan melihat sikap Bella yang begitu tenang, akhirnya Rama mengangguk. Mulai saat itu dia juga berjanji pada dirinya sendiri, dia akan melindungi Bella semampunya. 

"Baiklah. Bella, ayo menikah dengan saya," ucap Rama. 

 

###

 

Setelah diambilnya keputusan yang berat itu, keluarga Pak Danu segera menyiapkan pernikahan kembali. Bella langsung dibawa oleh orang-orang MUA untuk didandani, bersama dengan iringan ibunya. Laksmana berderap keluar rumah untuk mengambil foto pre-wedding sesuai perintah ayahnya.

Laksmana mematung sesaat melihat foto pre-wedding kakaknya yang tiba-tiba saja wajah Aqila berubah menjadi wajah Bella. Lelaki itu lama mengamati foto tersebut dengan perasaan campur aduk. Dia tidak bisa menerima kenyataan ini, masih belum bisa. 

Dengan mengesampingkan perasaannya, Laksmana segera mengambil foto pre-wedding Rama dan Aqila, kemudian kembali ke rumah untuk menyimpannya di kamar sang kakak. 

Begitu Laksmana menapakkan kakinya di kamar kakaknya yang terhias rapi, pandangannya mematung ke arah Bella yang telah selesai mengenakan gaun pengantin. 

"Mana, gimana penampilan gue? Cantik?" 

"Mm, cantik. Cantik banget," jawab Laksmana.

Bella tersipu dibuatnya. Gadis itu kembali menghadap ke arah cermin untuk melihat pantulan dirinya di sana. "Gue mau nikah," lirihnya. 

"Masih ada kesempatan lima belas menit kalau lo mau batalin, Bell."

"Ih, apaan sih, Mana?" gadis itu berbalik kembali menatap sahabatnya. "Nggak, ini keputusan yang udah final."

"Kenapa?" 

Alih-alih menerangkan alasannya, Bella malah menyunggingkan senyuman. Laksmana mendesah pelan seraya memijat keningnya. 

"Lo nyesal, kan? Ayo, kita masih bisa batalin." Laksmana menggamit pergelangan tangan Bella dan hendak membawanya pergi, namun gadis itu tak melangkah sedikitpun. 

"Lo mau tahu alasan gue?"

Berdecak sebal, Laksmana pun kembali membalikkan badan. Kini dia dan Bella berhadapan dengan jarak yang sangat dekat. 

"Apa?" tuntut Laksmana. 

"Karena gue mau nikah, Mana." 

Kening Laksmana berkerut bersamaan dengan denyut di kepalanya. Dia pusing juga menanggapi tingkah Bella yang selalu spontanitas. "Tiba-tiba gini? Seandainya ada tetangga lo yang pengantin ceweknya juga hilang, lo juga bakal gantiin?" cecar Laksmana. 

"Iya, dan iya."

"Lo gila, sinting, nggak waras!" 

Bella tertawa dibuatnya. Alih-alih kesal dimaki-maki begitu, dia malah terhibur oleh ucapan Laksmana. "Hahaha... Kenapa sih lo? Jangan sok tahu, Mana. Ini tuh emang udah kemauan gue sebelum nanti—"

"Apa?"

"Ini kesempatan, maksud gue," kilah Bella. Percuma menjelaskan yang seperti apapun, Laksmana akan tetap marah-marah.

"Kesempatan apa?"

"Kesempatan jadi istrinya Mas Rama yang ganteng."

"Lo udah nggak waras, Bell!" sentak Laksmana. 

"Biarin," pungkas Bella. 

"Pernah nggak lo mikirin gimana perasaan gu—"

Seseorang masuk dan menghentikan ucapan Laksmana. "Bella, ayo, Nak. Acara ijab qobulnya akan segera dimulai."

Sisa kekesalan dan perasaan campur aduk Laksmana tidak dapat tempat sedikitpun karena Bella dengan perasaan bahagia yang tak terbaca mulai menjauh darinya. Dia hanya bisa mengiring gadis itu dari belakang, mengantarkannya kepada sang kakak. 

Ijab qobul dilakukan secara hikmat dengan dihadiri beberapa tamu undangan. Sebagian besar undangan memang tak mengenal Aqila, jadi mereka menyaksikan tanpa curiga. Hal itu menjadi tanda tanya di kepala Laksmana. Pasalnya tak ada satupun teman Aqila yang datang untuk melihat akad, seolah mereka tidak diundang. 

Selama prosesi akad berlangsung, mata Bella tak dapat beralih dari wajah serius Rama. Meskipun wajah itu dari kemarin belum tersenyum sedikitpun, bagi Bella itu tetap pemandangan terindah. 

"Saya terima nikah dan kawinnya Bella Sita Hanivia binti Purwandi dengan mas kawin tersebut, tunai."

"Bagaimana saksi? Sah?"

"Sah!"

"Alhamdulillah..."

Rama menoleh kepada Bella yang sudah menengadahkan telapak tangannya. Lelaki itu pun lantas menyambut tangan Bella untuk disalami gadis itu. 

Bu Mala meneteskan air matanya dengan sangat terharu. Tanpa rencana sebelumnya, putrinya kini menikah dengan perasaan bahagia. Andaikan suaminya masih hidup, kebahagiaan Bu Mala pasti semakin lengkap. 

"Sekarang dilanjut dengan pemasangan cincin pernikahan, silakan...," ucap sang penghulu.

Kotak cincin diulurkan oleh Bu Salya kepada Rama. Lelaki itu membukanya, lalu termenung sesaat. Ya Tuhan, itu adalah cincin yang selama ini dia idamkan untuk dipasang pada jari manis Aqila. Tidak pernah ia menyangka kalau cincin itu justru berakhir di tangan orang lain. 

Rama mengambil satu cincin dengan ukuran kecil. Dia mendongak pada Bella sebentar, mengamati gadis itu. Setelah memantapkan hatinya, Rama akhirnya memasang cincin itu di jari manis Bella. 

Selanjutnya giliran Bella yang mengambil cincin untuk dipasang di jari manis Rama. Gadis itu tersenyum ketika cincinnya sudah terpasang. Mereka akhirnya mengangkat tangan bersamaan untuk dipotret beberapa kali. 

"Mas Rama jangan khawatir, saya akan balikin cincinnya sama Mbak Aqila nanti," bisik Bella pelan. 

Rama mendengarnya dengan jelas. Dia pun menoleh pada Bella. Menatap gadis ajaib itu dengan ekspresi datar. 

Lagi dan lagi, Rama masih sangat tidak bisa menebak jalan pikiran Bella. Bagaimana bisa dia setegar itu menggantikan orang lain untuk sesuatu sebesar pernikahan? 

 

###

 

Bella berganti ke gaun berikutnya untuk menyambut tamu undangan karena acara resepsi diadakan setelah akad berlangsung. Dia dan Rama memakai warna yang senada, duduk berdampingan di kursi pelaminan, saling menyalami tamu undangan yang memberi selamat pada mereka. 

Sepanjang acara demi acara yang dilalui, Rama senantiasa memperhatikan wajah Bella. Gadis ajaib itu seperti benar-benar tokoh utama yang sesungguhnya, seolah dia bukan pengganti, wajahnya berseri-seri tanpa penyesalan sama sekali. 

Ketika tamu undangan mereda, keduanya duduk bersamaan. Rama menoleh pada Bella, menyodorkan air mineral yang sudah dia beri pipet. "Ini, minum dulu," ujar Rama. 

Bella menerimanya dengan senang hati. "Makasih, Mas."

"Kamu capek?"

Bella menggeleng cepat. "Tidak, sama sekali, hehe..."

"Sebentar lagi juga selesai kok."

"Iya, Mas."

Begitu acara selesai, Rama mengajak Bella untuk pergi ke kamarnya. Dia menyuruh Bella tidur di sana karena bagaimanapun dia juga sudah bagian dari keluarganya. Rama sendiri akan menumpang tidur di kamar adiknya. 

Bu Mala masih belum pulang ke rumah, dia menemui putrinya untuk mengobrol. Ibu dan anak itu tengah melepas rindu karena setelah hari ini Bella akan ikut tinggal dengan Rama di apartemen lelaki itu. 

"Bunda...," rengek Bella seraya memeluk tubuh ibunya yang baru saja memasuki kamar pengantinnya.

Mala menyeka sudut matanya yang berair ketika mengamati hiasan di kamar tersebut. Tangannya terulur mengusap lembut punggung Bella. "Selamat ya, sayang. Sekarang kamu sudah menjadi seorang istri."

"Makasih, Bunda." Bella menjauhkan tubuhnya. Dia memegang kedua telapak tangan sang ibu dan membawanya ke pangkuan. "Makasih karena Bunda selalu menuruti keinginanku. Aku sangat bahagia."

"Kamu bahagia, Bunda jauh lebih bahagia. Mulai sekarang, jangan memikirkan hal yang tidak perlu, ya. Jalani harimu seceria biasanya, dan jauhkan bayangan burukmu."

Bella mengangguk. "Siap, Bunda."

"Sini Bunda bantu lepasin riasannya, biar kamu bisa segera istirahat."

Sementara tanpa diketahui kedua perempuan itu, Laksmana ada di balik pintu untuk mendengarkan obrolan mereka. Tadinya dia datang untuk mengobrol dengan Bella, namun niatnya pupus setelah mendengar ucapan Mala. Kalau Mala saja selaku ibunya Bella mendukung keputusan gadis itu, lalu kenapa Laksmana yang hanya sekedar temannya harus repot-repot menentang? 

 

###

 

Keesokan harinya keluarga Rama sudah bersiap untuk mengiring kepergian pengantin baru itu ke apartemen. Oma dan keluarga yang lain sudah pulang lebih dulu semalam, setelah acara selesai. 

Rama sudah siap-siap karena hanya membawa beberapa barang pribadinya saja. Bu Salya sudah mengetap makanan sejak pagi-pagi sekali. Mereka kini hanya menunggu Bella yang masih di rumahnya karena sibuk membereskan barang-barang. 

Tiga puluh menit menunggu, akhirnya gadis itu muncul bersama ibunya mendekati rumah orangtua Rama. 

"Maaf Bella lama, Pak, Bu..." 

Bu Salya menggeleng sambil tersenyum. Dia berjalan mendekati Bella untuk mengusap lembut pipi menantunya itu. "Tidak sayang, mau selama apapun kamu, keluarga kami pasti akan menunggu."

"Semoga kamu betah tinggal bareng Rama ya, Nak. Kalau dia macam-macam, kamu lapor saja pada kami," tambah Pak Danu. 

"Siap!" seru Bella. 

Gadis itu kemudian memeluk Bu Salya, menyalami tangannya. Begitupun kepada Pak Danu dan ibu kandungnya sendiri—Mala. Rama juga melakukan hal yang sama. Meskipun masih dengan wajah datarnya, Rama berusaha berpamitan sesopan mungkin.

"Ibu minta tolong buat jagain Bella ya, Nak Rama. Meskipun dia cuma sementara menjadi istrimu, Ibu harap kamu bisa melindunginya seperti layaknya pasangan hidup pada umumnya," pesan Mala pada Rama. 

"Saya akan menjaga dan melindungi Bella semampu saya, Bu. Bu Mala jangan khawatir."

Diusapnya pelan bahu Rama, Bu Mala berusaha menahan air matanya. "Sekarang Ibu percaya kalau kamu sudah bilang begitu."

Selesai berpamitan pada para orangtua, barulah Laksmana yang maju mendekati Bella. Lelaki itu mengulurkan sebuah kotak kado yang telah dirangkainya beberapa hari lalu. 

"Buat gue?" tanya Bella sungkan. 

Laksmana mengangguk samar. "Ya, hadiah pernikahan."

Tanpa malu-malu Bella merebut paksa kotak kado itu dari tangan Laksmana. Kado yang berisi tas pilihan Bella sendiri waktu itu. "Thank you, Mana!"

"Jangan macam-macam sama kakak gue, jaga diri, selesain skripsi, tidur yang nyenyak, telepon gue kalau—"

"Siap, bawel!" potong Bella. 

Laksmana menghela napas agak lama. Dia mengangkat lengannya untuk mendarat di atas kepala Bella. "Gue selalu ada buat lo, Bell. Kalau ada apa-apa, hubungi gue."

"Kenapa kayak mau pisah alam, sih? Gue cuma pindah tempat tinggal sementara aja, Mana. Kita masih bisa main," sahut Bella. 

"Justru itu, Bell. Karena lo sama gue nggak tetanggaan lagi, gue ngerasa kita berjauhan. Jadi inget, hubungi gue kapanpun lo butuh," titah Laksmana dengan tatapan sedalam palung lautan. 

"Siap, adik ipar!"

Adik ipar? 

Ya Tuhan, takdir macam apa ini. Bagaimana mungkin gadis yang lama dia perhatikan berakhir menjadi kakak iparnya? Apakah ini bagian dari kisah di sinetron itu? 

 

 

 

 

 

###

Haha... Si Mana kebanyakan nonton sinetron tuh, guys. Jadinya sampai galau berlebihan... 

Terima kasih sudah membaca kisah Bella, mantemaaan...

Jangan lupa tekan jempolnyađź‘Ť

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • aiana

    tanda-tanda bel takdir berbunyi ini mah

    Comment on chapter Prolog
Similar Tags
Tetesan Air langit di Gunung Palung
396      267     0     
Short Story
Semoga kelak yang tertimpa reruntuhan hujan rindu adalah dia, biarlah segores saja dia rasakan, beginilah aku sejujurnya yang merasakan ketika hujan membasahi
Gareng si Kucing Jalanan
6536      2772     0     
Fantasy
Bagaimana perasaanmu ketika kalian melihat banyak kucing jalanan yang sedang tertidur sembarangan berharap ketika bangun nanti akan menemukan makanan Kisah perjalanan hidup tentang kucing jalanan yang tidak banyak orang yang mau peduli Itulah yang terjadi pada Gareng seekor kucing loreng yang sejak kecil sudah bernasib menjadi kucing jalanan Perjuangan untuk tetap hidup demi anakanaknya di tengah...
Petualangan Angin
136      120     1     
Fantasy
Cerita tentang seorang anak kecil yang bernama Angin. Dia menemukan sebuah jam tangan yang sakti. Dia dengan kekuatan yang berasal dari jam itu, akan menjadi sesuatu kekuatan yang luar biasa, untuk melawan musuhnya.
Stay With Me
157      130     0     
Romance
Namanya Vania, Vania Durstell tepatnya. Ia hidup bersama keluarga yang berkecukupan, sangat berkecukupan. Vania, dia sorang siswi sekolah akhir di SMA Cakra, namun sangat disayangkan, Vania sangat suka dengan yang berbau Bk dan hukumuman, jika siswa lain menjauhinya maka, ia akan mendekat. Vania, dia memiliki seribu misteri dalam hidupnya, memiliki lika-liku hidup yang tak akan tertebak. Awal...
mutiara hati
697      283     1     
Short Story
sosok ibu
Bulan dan Bintang
5244      1396     1     
Romance
Orang bilang, setiap usaha yang sudah kita lakukan itu tidak akan pernah mengecewakan hasil. Orang bilang, menaklukan laki-laki bersikap dingin itu sangat sulit. Dan, orang bilang lagi, berpura-pura bahagia itu lebih baik. Jadi... apa yang dibilang kebanyakan orang itu sudah pasti benar? Kali ini Bulan harus menolaknya. Karena belum tentu semua yang orang bilang itu benar, dan Bulan akan m...
Premium
GUGUR
3481      1677     9     
Romance
Ketika harapan, keinginan, dan penantian yang harus terpaksa gugur karena takdir semesta. Dipertemukan oleh Kamal adalah suatu hal yang Eira syukuri, lantaran ia tak pernah mendapat peran ayah di kehidupannya. Eira dan Kamal jatuh dua kali; cinta, dan suatu kebenaran yang menentang takdir mereka untuk bersatu. 2023 © Hawa Eve
Me & Molla
493      275     2     
Short Story
Fan's Girl Fanatik. Itulah kesan yang melekat pada ku. Tak peduli dengan hal lainnya selain sang oppa. Tak peduli boss akan berkata apa, tak peduli orang marah padanya, dan satu lagi tak peduli meski kawan- kawannya melihatnya seperti orang tak waras. Yah biarkan saja orang bilang apa tentangku,
Aku baik-baik saja Âż?
2315      1020     2     
Inspirational
Kayla dituntut keadaan untuk menjadi wanita tangguh tanpa harus mengeluh, kisah rumit dimulai sejak ia datang ke pesantren untuk menjadi santri, usianya yang belum genap 17 tahun membuat anak perempuan pertama ini merasa banyak amanah yang dipikul. kabar tentang keluarganya yang mulai berantakan membuat Kayla semakin yakin bahwa dunianya sedang tidak baik-baik saja, ditambah dengan kisah persaha...
Acropolis Athens
3798      1649     5     
Romance
Adelar Devano Harchie Kepribadian berubah setelah Ia mengetahui alasan mendiang Ibunya meninggal. Menjadi Prefeksionis untuk mengendalikan traumanya. Disisi lain, Aram Mahasiswi pindahan dari Melbourne yang lamban laun terkoneksi dengan Adelar. Banyak alasan untuk tidak bersama Aram, namun Adelar terus mencoba hingga keduanya dihadapkan dengan kenyataan yang ada.