Loading...
Logo TinLit
Read Story - Lazy Boy
MENU
About Us  

Sepulang sekolah, Mama dan Papa tiba-tiba mengajakku berbicara serius.

“Tadi Mama ketemu dengan ibunya Ray.”

Aku nggak bisa menyalahkan bundanya Ray. Tentu saja Mama dan Papa curiga ada yang salah denganku. Mama bukan tipe yang bisa diam saja melihat anak yang nggak beres dengan anak bungsunya. Akhirnya aku menyerah, aku menceritakan semuanya.

“Maafin Kinan, Ma, Pa. Kinan nggak bermaksud membangkang dengan pacaran sama Ibra.” Air mataku turun dengan deras.

“Sebenarnya Mama tahu soal kamu pacaran dari Astri. Tapi soal pelecehan ini, Mama nggak bisa tinggal diam.”

Mama menelepon Tante Astri. Kejadiannya terasa cepat. Tante Astri datang bersama Ibra. Tante Astri menangis dan meminta maaf kepadaku.

“Ibra! Mami menolong sahabat Mami sendiri! Tapi malah kamu pakai buat mengancam Kinan?! Manusia macam apa kamu? Kinan itu sahabat kamu dari kecil! Seharusnya kamu yang menjaga dia! Pantas saja kamu meminta Papi untuk menelepon sekolah supaya Kinan dikeluarkan dari Russelia GTC. Memangnya kamu pikir sekolah itu mainan?!”

Aku sudah menduganya. Awalnya aku mengira bahwa Ibra berkuasa di Russelia. Namun saat aku nggak diusir oleh Russelia GTC setelah kasus pelecehan itu, aku segera paham. Memang aku bisa lolos dari kasus sontekan berkat Om Rashid, tapi masuk ke Russelia GTC secara gratis merupakan sogokan murni dari Pak David. Ibra itu hanya membual saja. Bodohnya aku percaya begitu saja. Saat itu aku hanya berpikir soal Mama. Kalau Ibra membocorkannya, itu bisa menjadi masalah besar. Di kepalaku hanya terlintas bahwa aku harus mengikuti ucapan Ibra kalau aku ingin Mama selamat.

***

Sebelum tidur, Papa mengajakku berbicara. Tentu saja aku kaget. Papa itu sangat dingin. Aku lebih dekat dengan Mama. Apa Papa akan memarahiku soal pacaran?

“Kenapa Adek mutusin untuk memaafkan Ibra?” tanya Papa.

Aku terkejut. “Adek capek, Pa. Adek kepingin semua masalah ini selesai. Kalau dibawa sampai ke jalur hukum, kapan Adek bisa lupain ini? Adek harus fokus sama ujian dan persiapan kuliah.”

“Maafin Papa ya, Dek.”

Aku kembali terkejut. “Kok Papa yang minta maaf? Adek yang seharusnya minta maaf. Papa udah nasehatin Adek supaya nggak pacaran, tapi Adek malah membangkang. Akhirnya apa yang Papa takutkan terjadi. Papa nggak mau Adek pacaran, karena tahu akibatnya bakal begini, kan?”

“Justru itu salah Papa. Papa terlalu sibuk sampai jarang ada waktu sama Adek. Adek sampe pacaran, ada kesalahan Papa juga. Seharusnya kalau Papa meluangkan banyak waktu buat Adek, Adek nggak bakal mencari perhatian ke lawan jenis.”

“Pa, kan Adek udah pernah cerita kalau Adek nggak ada niatan pacaran. Adek nggak merasa diabaikan sama Papa.”

“Tetap aja, Dek. Seorang anak perempuan bisa memahami laki-laki itu lewat ayahnya. Seharusnya Papa bukan cuma sibuk melarang-larang Adek buat bergaul dengan laki-laki, tapi turut meluangkan waktu untuk Adek.” Papa terdiam. “Bagaimana kalau liburan besok kita pergi berdua? Bukan hanya liburan besok. Untuk seterusnya akan ada jadwal untuk kita berdua.”

Okay. It’s a date.” Aku memeluk Papa.

***

“Kenapa dari tadi ngelirik-lirik gue? Kerjain cepetan soalnya,” sindirku kepada Ray.

“Pret … soal perkataan gue tiga hari yang lalu … itu gue cuma bercanda.”

Kedua pipiku memanas. Aku nggak sempat memikirkan soal pernyataan cinta Ray yang sepolos anak SD itu. Soalnya sehabis itu banyak kejadian yang menguras pikiran sih.

“Soal nomer tujuh itu caranya begini.” Sengaja aku mengalihkan pembicaraan. Namun jantungku malah berpacu semakin cepat.

“Sebenarnya gue juga nggak bercanda, Pret.”

“Terus mau lo apa, Ray?!” Refleks aku berteriak. Sampai seisi dining room melihat ke arah kami.

“Nggak apa-apa sih. Eh, tapi jangan salah sangka ya. Gue beneran keceplosan waktu itu. Tapi gue nggak ada niatan ngajakin lo pacaran. Sumpah! Gue bisa dilaknat sama Emak. Cuma lo jangan heran ya kalau tiba-tiba gue caper abis sama lo saat ada cowok lain yang coba deketin lo.”

Aku nggak bisa, nggak tertawa. Kalau boleh jujur, aku sepertinya juga mempunyai perasaan yang sama. Tapi untuk apa diucapkan? Aku berniat untuk nggak pacaran. Aku udah janji sama Papa. Dan aku sudah ada niat untuk berubah. Bertransformasi sih lebih tepatnya.

“Oh iya, Bapak’e udah daftarin lo les di Goethe ya. Harinya bareng sama gue. Kata dia, bayaran privatnya dialihin aja buat bayar les di Goethe.”

Aku nggak bisa membendung air mata yang menetes.

“Lah, malah pake acara nangis.”

***

Nggak terasa hari berjalan cepat. Tiba-tiba sudah acara wisuda. Dan … aku menjadi lulusan terbaik di angkatan kami. Pantas saja Mrs. Shelly menyuruhku untuk mempersiapkan pidato perwakilan angkatan.

Rasanya aku mati-matian menahan tangis supaya suaraku tetap stabil. Ternyata cara ampuh balas dendam paling elegan adalah dengan cara bangkit dan sukses. Aku bisa membuktikan kepada Ibra bahwa aku bisa sukses berkat usahaku sendiri. Bukan dia yang berkuasa atas diriku, tapi diriku sendiri.

“Pengumuman yang lolos beasiswa kapan, Mrs?” tanya Papa saat bertemu dengan Mrs. Shelly.

“Nanti pihak Russelia GTC yang akan mengirim email kepada yang lolos, Pak. Tapi saya kasih bocoran. Kinan lolos seleksi beasiswa. Nilai tes seleksi dia termasuk tinggi ditambah prestasi menjadi lulusan terbaik di angkatan tahun ini dan surat rekomendasi dari wali muridnya Ray,” terang Mrs. Shelly.

Papa dan Mama memelukku dengan erat. Lalu ayah dan bundanya Ray menghampiri kami untuk menyelamatiku.

“Oh iya, nanti saat di Jerman nggak usah khawatir dengan Kinan. Adik kami, Brian mempunyai kenalan yang sudah berkeluarga di sana. Nanti saya titipkan Kinan dan Ray kepada mereka. Ya, namanya anak di perantauan. Pasti orangtua khawatir dan kepingin ada yang memantau anak-anak kita,” jelas ayahnya Ray.

“Kami sangat berterimakasih untuk bantuannya. Untuk surat rekomendasinya. Bahkan Kinan sampai diberikan les Bahasa Jerman gratis,” ujar Papa. Yang dimaksud Papa itu les bersama Om Brian ya. Papa nggak tahu-menahu soal privat berbayar itu. Papa juga mengira bahwa les di Goethe itu fasilitas dari Russelia GTC. Hihihi.

“Justru kami yang berterimakasih. Nilai-nilai Ray bisa membaik. Kinan sangat berjasa dalam memperbaiki semangat belajar Ray.”

Lalu bundanya Ray menyodorkan sekotak hadiah. Aku bisa menebak isinya. Beberapa waktu yang lalu aku sempat bertanya sesuatu kepada bundanya Ray. Kepada Ustazah Nuri juga. Dan dua hari yang lalu aku juga mendapatkan paket hadiah dari Ustazah Nuri. Mau tahu apa hadiahnya? Jilbab.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Cinta Sebatas Doa
613      430     0     
Short Story
Fero sakit. Dia meminta Jeannita untuk tidak menemuinya lagi sejak itu. Sementara Jeannita justru menjadi pengecut untuk menemui laki-laki itu dan membiarkan seluruh sekolah mengisukan hubungan mereka tidak lagi sedekat dulu. Padahal tidak. Cukup tunggu saja apa yang mungkin dilakukan Jeannita untuk membuktikannya.
MERAH MUDA
516      374     0     
Short Story
Aku mengenang setiap momen kita. Aku berhenti, aku tahu semuanya telah berakhir.
Tyaz Gamma
1538      951     1     
Fantasy
"Sekadar informasi untukmu. Kau ... tidak berada di duniamu," gadis itu berkata datar. Lelaki itu termenung sejenak, merasa kalimat itu familier di telinganya. Dia mengangkat kepala, tampak antusias setelah beberapa ide melesat di kepalanya. "Bagaimana caraku untuk kembali ke duniaku? Aku akan melakukan apa saja," ujarnya bersungguh-sungguh, tidak ada keraguan yang nampak di manik kelabunya...
Too Late
8083      2093     42     
Romance
"Jika aku datang terlebih dahulu, apakah kau akan menyukaiku sama seperti ketika kau menyukainya?" -James Yang Emily Zhang Xiao adalah seorang gadis berusia 22 tahun yang bekerja sebagai fashionist di Tencent Group. Pertemuannya dengan James Yang Fei bermula ketika pria tersebut membeli saham kecil di bidang entertainment milik Tencent. Dan seketika itu juga, kehidupan Emily yang aw...
KEPINGAN KATA
518      331     0     
Inspirational
Ternyata jenjang SMA tuh nggak seseram apa yang dibayangkan Hanum. Dia pasti bisa melalui masa-masa SMA. Apalagi, katanya, masa-masa SMA adalah masa yang indah. Jadi, Hanum pasti bisa melaluinya. Iya, kan? Siapapun, tolong yakinkan Hanum!
When I Met You
644      371     14     
Romance
Katanya, seorang penulis kualat dengan tokohnya ketika ia mengalami apa yang dituliskannya di dunia nyata. Dan kini kami bertemu. Aku dan "tokohku".
Your Secret Admirer
2297      796     2     
Romance
Pertemuan tak sengaja itu membuat hari-hari Sheilin berubah. Berubah menjadi sesosok pengagum rahasia yang hanya bisa mengagumi seseorang tanpa mampu mengungkapkannya. Adyestha, the most wanted Angkasa Raya itulah yang Sheilin kagumi. Sosok dingin yang tidak pernah membuka hatinya untuk gadis manapun, kecuali satu gadis yang dikaguminya sejak empat tahun lalu. Dan, ada juga Fredrick, laki-l...
Are We Friends?
4185      1257     0     
Inspirational
Dinda hidup dengan tenang tanpa gangguan. Dia berjalan mengikuti ke mana pun arus menyeretnya. Tidak! Lebih tepatnya, dia mengikuti ke mana pun Ryo, sahabat karibnya, membawanya. Namun, ketenangan itu terusik ketika Levi, seseorang yang tidak dia kenal sama sekali hadir dan berkata akan membuat Dinda mengingat Levi sampai ke titik paling kecil. Bukan hanya Levi membuat Dinda bingung, cowok it...
Bintang, Jatuh
3798      1528     0     
Romance
"Jangan ke mana mana gue capek kejar kejar lo," - Zayan "Zay, lo beneran nggak sadar kalau gue udah meninggal" - Bintang *** Zayan cowok yang nggak suka dengan cewek bodoh justru malah harus masuk ke kehidupan Bintang cewek yang tidak naik kelas karena segala kekonyolannya Bintang bahkan selalu mengatakan suka pada Zayan. Namun Zayan malah meminta Bintang untuk melupakan perasaan itu dan me...
L.o.L : Lab of Love
3156      1138     10     
Fan Fiction
Kim Ji Yeon, seorang mahasiswi semester empat jurusan film dan animasi, disibukan dengan tugas perkuliahan yang tak ada habisnya. Terlebih dengan statusnya sebagai penerima beasiswa, Ji Yeon harus berusaha mempertahankan prestasi akademisnya. Hingga suatu hari, sebuah coretan iseng yang dibuatnya saat jenuh ketika mengerjakan tugas di lab film, menjadi awal dari sebuah kisah baru yang tidak pe...