Loading...
Logo TinLit
Read Story - LUKA TANPA ASA
MENU
About Us  

Peringatan

Adegan ini mengandung fiksi semata. Mohon tidak untuk ditiru. Disarankan bijak dalam membaca. Terima kasih🙏🙂

 

Ingin sekali aku segera bertemu dengan kak Haru. Padahal baru saja berpisah sebentar. Tapi rasanya sudah rindu saja. Entah kenapa rasanya kak Haru membuat hatiku selalu berdebar-debar tanpa alasan yang jelas. Terkadang dia membuat hatiku senang. Terkadang dia membuatku merasa khawatir dan sedih dibuatnya. Marah ku pun terkadang juga karenanya.

Apakah pantas jika seorang adik merasakan perasaan yang berbeda pada kakaknya? Seharusnya hatiku tidak boleh untuk tidak terkendali seperti ini. Aku penasaran kenapa kak Haru memintaku untuk menemuinya sendirian. Apakah dia ingin menyatakan cintanya padaku? Aih, pikiranku terlalu jauh!


Ku berlari-lari kecil menuju belakang sekolah hingga nafas tidak beraturan. ‘Sepertinya aku kurang berolahraga,’ pikirku di sela-sela berlari. Sesampainya disana, aku dikejutkan dengan kehadiran segerombol cowok yang masing-masing membawa balok kayu.

Ku mundurkan langkahku perlahan. Terdengar suara gemerisik di belakang. Aku pun berbalik. Rupanya ada beberapa cowok lainnya yang membawa balok kayu juga menahan kepergianku disana. Apa ini disengaja? Tetapi aku merasa tidak pernah memiliki masalah dengan mereka.


“Halo, cantik! Kita bertemu lagi,” salah seorang di antara mereka berhadapan denganku. Aku sedikit mengingatnya. Dia kan kakak kelas yang dulu merokok bersama kak Haru. “Kamu masih mengingatku?” tanyanya sambil tersenyum.


“Iya. Kakak kan yang dulu ingin mengajakku bermain, tetapi kak Haru tidak membolehkan kakak untuk pergi membawaku kan?”


Entah kenapa kakak kelas ini tertawa terbahak-bahak saat mendengar ucapanku. Teman-temannya juga ikut-ikutan tertawa. Aku tidak tahu apakah ada yang salah dengan ucapanku. Kakak kelas itu berhenti tertawa dan memegang lengan kiri ku.


“Panggil saja aku kak Rudi. Aku memang ingin sekali mengajakmu bermain. Tetapi Haru menyebalkan itu malah menghalangiku.”


Ku lepaskan lenganku darinya. Dia tidak bisa seenaknya menyentuhku seperti itu.
“Menyebalkan? Kak Haru tidak menyebalkan!” ujarku kemudian. Namun seruanku itu membuat kak Rudi melihatku dengan tatapan tajam.


“Kamu tahu apa tentang dia? Baru ajah kamu mengenalnya. Eh, sudah belagu seperti sudah seratus tahun kamu mengenalnya. Kami ini sahabat dia yang sebenarnya! Kami sangat tahu dia begitu dibenci oleh ayahnya. Kami memberikannya begitu banyak saudara disini untuk lari dari masalahnya dengan menemukan kesenangannya bersama kami. Jadi kamu jangan sok tahu tentang dirinya.”


Aku pun tertawa menyindirnya.


“Apa yang kak Rudi tahu tentang kak Haru?”


“Apa kamu bilang?!”


“Sahabat kak Haru adalah Zeno, Eldo, Iwan, dan Ridwan. Aku memang tidak pernah tahu sebelumnya jika kak Rudi yang selalu ada bersama dengan kak Haru di saat dia mengalami kesulitan. Aku sangat berterima kasih. Tetapi aku ingin mengatakannya juga. Kalau kak Rudi dan teman-teman lainnya adalah teman yang baik untuk kak Haru, kalian tidak mungkin membantunya untuk lari dari masalah. Karena sejauh apapun kak Haru berlari, dia akan tetap menemukan masalah yang sama lagi. Bukankah menghadapinya adalah jalan yang paling mudah? Walaupun rintangan yang dijalani begitu sulit, tetapi pasti dia akan menemukan jalan keluarnya. Sekarang kak Haru sudah menemukan jalan keluarnya. Seharusnya kak Rudi juga turut senang kan?”


Hening. Aku kira kak Rudi bisa menerima pendapatku, tetapi aku merasakan kemarahan yang memuncak yang ada pada dirinya. Dia meremas kedua pundakku sampai sakit rasanya. Aku pun meringis kesakitan.


“Jadi benar apa kata dia kalau kamu yang selama ini menghasut Haru untuk meninggalkan kami?!”


“Dia? Dia itu siapa ya, kak?”


“Ckckck...okeh lupakan Haru! Aku juga mendengar banyak tentangmu.”


“Tentangku?”


“Ya! Tentang rambutmu yang berwarna seperti nenek tua itu dan pembulian di sekolahmu sebelumnya.”


Aku pun terkejut mendengarnya.


“Aa.. tidak! Aku tidak pernah dibuli di..,”


“Dibuli di sekolah. Disiksa oleh ayahmu sendiri di rumah. Ckck.. kasihan sekali ya.”


Wajahku langsung menunduk. Jujur, kini aku agak sedikit ketakutan karena luka lama terbuka kembali. Siapa orang yang menceritakan kisah itu padanya? Nggak mungkin kak Haru kan? Ataukah...


“Betapa tidak beruntungnya Haru memiliki adik tiri sepertimu. Bagaimana rasanya dipukuli, hah? Enak? Ataukah.. sudah mati rasa?”


Glek! Aku menelan ludah sesaat. Kenapa kak Rudi bisa mengetahui masa laluku sebanyak itu. Disini aku hanya menceritakan kisah itu pada tiga orang. Ibu, kak Haru, dan Zuna. Tetapi kalau orang itu adalah Zuna.. itu tidaklah mungkin!!! Zuna adalah sahabat terdekatku. Dia tidak mungkin melakukan hal semacam ini.


“Hee.. kenapa diam? Punya mulut nggak?!”


Diriku mencoba menahan tubuhku yang mulai bergetar. Aku begitu ketakutan berhadapan dengannya. Ku coba untuk menatapnya lagi, walaupun dengan wajah ketakutan sekalipun. Sepertinya kak Rudi tahu akan ketakutanku, dia tertawa lagi.


“Si.. siapa..?”


“Apanya?!”


“Siapa yang memberitahumu? Kak Haru atau..,”


“Peduli setan siapa dia! Hmm.. tapi kalau aku bilang dia adalah kakakmu tersayang, bagaimana? Apakah kamu sudah bisa merasakan rasa sakit yang sebenarnya.”


Jantungku berdegup kencang. Hampir saja aku mempercayai kata-katanya. Kak Haru tidak mungkin melakukan semua ini kepadaku. Aku pun berjongkok dan menutup wajah sembari mengusap air mata yang kian meleleh.


“Aish! Malah nangis! Teman-teman, kita hajar ajah dia langsung,” komando kak Rudi membuat semua temannya dari bagian depan dan belakangku segera melingkariku. Ku dongakkan kepala. Mereka sudah siap dengan balok kayu yang mereka pegang. Aku tahu apa yang ingin mereka lakukan. Aku pun berusaha untuk berdiri tegar sambil memeluk erat tas ransel kak Haru.

“Kenapa kak Rudi melakukan ini padaku? Apakah kak Haru yang menyuruh kalian?” tanyaku lagi. Kak Rudi menghela nafas panjang.


“Kakean cangkem arek iki! (Banyak bicara anak ini!) Kita lihat apakah tubuhmu memang mati rasa atau tidak. Hajar, bro!!!” balok kayu yang mereka bawa masing-masing langsung dihantamkan ke tubuhku secara bersamaan.


“AAAAAA.... TIDAAKKK!!!! KAK HARUUU!!!!” sebuah balok kayu juga menghantam tengkuk leherku yang membuat pandanganku kian kabur dan menghitam.


***


Haru berjalan bersama teman-teman satu band-nya ke arah tempat parkir. Belum sampai disana, mereka melihat Reta dan Kusniyah sedang berjalan tergesa-gesa dengan pak satpam. Zeno menyuruh teman-temannya untuk menghentikan langkahnya. Reta menunjuk ke arah mereka dan ketiganya berlari menghampiri Zeno.


“Kenapa kalian seperti panik gitu sih?” tanya Zeno. Dia mencari sosok Hana di antara mereka. Namun Hana tidak sedang bersama mereka. “Pak, teman-teman saya kenapa pak?” pertanyaan Zeno membuat Kusniyah menangis secara tiba-tiba.


“Seharusnya aku tidak membiarkannya pergi sendirian.”


“Udah, Kus, tenang dulu. Hana pasti baik-baik saja,” ucap Reta mencoba menenangkannya. Haru mendekati Reta dan segera meminta penjelasan darinya.


“Ada apa dengan Hana?”


“Seharusnya aku yang tanya begitu sama kamu. Bukannya tadi kamu memintanya untuk bertemu di belakang sekolah?! Mana?! Mana, dia sekarang?!!” Reta menarik kerah Haru kuat-kuat. Haru mengernyitkan dahinya dengan kebingungan. Ridwan mencoba memisahkan mereka berdua.


“Reta, sedari tadi Haru di ruang studio bersama kami. Dia nggak mungkin memiliki janji untuk bertemu dengan Hana disana,” ucapan Zeno membuat Reta dan Kusniyah saling pandang.


“Tapi tadi Zuna bilang..,” belum sempat selesai berbicara, Haru merasakan bahwa Hana berada dalam bahaya. Apalagi kalau sampai berkaitan dengan Zuna dan tempat belakang sekolah. Membayangkannya saja sudah membuatnya begitu takut akan terjadi apa-apa pada adik tirinya itu. Haru segera berbalik pergi. Pak satpam dan teman-temannya pun segera mengikutinya juga. Mereka semua berlari kencang menuju halaman belakang sekolah.

Hampir saja sampai disana, langkah Haru terhenti saat mendengar suara teriakan perempuan memanggil namanya. ‘Brengsek!’ pikirnya. Kemudian dia berlari lagi dan menemukan pemandangan yang menyakitkan. Hana yang sudah terbaring tidak berdaya di tanah sedang dipukuli oleh Rudi dan teman-temannya dengan balok kayu. Haru segera mendorong dan menghantam pelipis mereka semua. Ia menyuruh mereka untuk berhenti. Namun mereka tidak kunjung berhenti. Mereka hanya mengikuti perintah dari Rudi yang dengan santainya mengamati pemandangan itu.


Terdengar suara peluit yang nyaring di telinga. Rudi terkejut saat melihat kedatangan pak satpam, Reta, Kusniyah, dan teman-teman band Haru. Teman-teman Rudi berhenti memukul dan segera berhamburan untuk kabur.

Zeno dan ketiga temannya merasa tidak terima dengan apa yang dilakukan siswa-siswa berandal itu. Mereka segera memukuli para remaja liar itu habis-habisan. Haru juga menghadang Rudi yang hendak kabur dan menghantamnya juga. Sementara Reta dan Kusniyah segera menolong Hana yang masih tidak sadarkan diri.


“DASAR BRENGSEK! SUDAH GILA YA KAMU?!! Dia itu perempuan! NGGAK PUNYA HATI!!!!” Zeno menghantam tinjunya bertubi-tubi di wajah Rudi. Walaupun sudah berdarah-darah, Rudi tetap tergelak. “SAKIT LO!” satu hantaman lagi yang pada akhirnya membuat Rudi oleng dan hilang kesadaran. Sebagian dari mereka ada yang kabur, namun ada juga yang sudah tertangkap dan memohon ampun. Haru tidak mempedulikan Rudi dan yang lainnya. Ia segera menghampiri Hana dan berusaha menyadarkannya. Saat melihat lebam-lebam di sekujur tubuhnya membuat hatinya semakin sakit.

“Haru, kita harus membawanya ke rumah sakit!” tegas Reta. Kusniyah masih menangis sesenggukkan. Pak satpam melihat kondisi Hana yang sudah tidak sadarkan diri. Beliau pun berinisiatif untuk membawa Hana ke rumah sakit dengan mobil milik sekolah.

Pak satpam meminta Haru untuk tetap tinggal nantinya di sekolah untuk dimintai keterangan oleh pihak sekolah. Mau tidak mau kejadian ini juga harus diketahui oleh mereka. Karena kejadian ini berada di area sekolah, maka pihak sekolah juga masih harus bertanggungjawab dengan apa yang terjadi dengan para siswanya. Dengan segera Haru menggendong Hana sampai masuk ke dalam mobil. Dia mengikuti saran pak satpam untuk menjadi saksi atas penyiksaan yang terjadi pada Hana.

***

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Pembuktian Cahaya
471      346     0     
Short Story
Aku percaya, aku bisa. Aku akan membuktikan bahwa matematika bukanlah tolak ukur kecerdasan semua orang, atau mendapat peringkat kelas adalah sesuatu yang patut diagung-agung \'kan. Aku percaya, aku bisa. Aku bisa menjadi bermanfaat. Karena namaku Cahaya. Aku akan menjadi penerang keluargaku, dan orang-orang di sekitarku
Catatan 19 September
26553      3397     6     
Romance
Apa kamu tahu bagaimana definisi siapa mencintai siapa yang sebenarnya? Aku mencintai kamu dan kamu mencintai dia. Kira-kira seperti itulah singkatnya. Aku ingin bercerita sedikit kepadamu tentang bagaimana kita dulu, baiklah, ku harap kamu tetap mau mendengarkan cerita ini sampai akhir tanpa ada bagian yang tertinggal sedikit pun. Teruntuk kamu sosok 19 September ketahuilah bahwa dir...
HIRAETH
490      340     0     
Fantasy
Antares tahu bahwa Nathalie tidak akan bisa menjadi rumahnya. Sebagai seorang nephilim─separuh manusia dan malaikat─kutukan dan ketakutan terus menghantuinya setiap hari. Antares mempertaruhkan seluruh dirinya meskipun musibah akan datang. Ketika saat itu tiba, Antares harap ia telah cukup kuat untuk melindungi Nathalie. Gadis yang Antares cintai secara sepihak, satu-satunya dalam kehidupa...
Chrisola
1051      621     3     
Romance
Ola dan piala. Sebenarnya sudah tidak asing. Tapi untuk kali ini mungkin akan sedikit berbeda. Piala umum Olimpiade Sains Nasional bidang Matematika. Piala pertama yang diraih sekolah. Sebenarnya dari awal Viola terpilih mewakili SMA Nusa Cendekia, warga sekolah sudah dibuat geger duluan. Pasalnya, ia berhasil menyingkirkan seorang Etma. "Semua karena Papa!" Ola mencuci tangannya lalu membasuh...
Kisah Alya
321      232     0     
Romance
Cinta itu ada. Cinta itu rasa. Di antara kita semua, pasti pernah jatuh cinta. Mencintai tak berarti romansa dalam pernikahan semata. Mencintai juga berarti kasih sayang pada orang tua, saudara, guru, bahkan sahabat. Adalah Alya, yang mencintai sahabatnya, Tya, karena Allah. Meski Tya tampak belum menerima akan perasaannya itu, juga konflik yang membuat mereka renggang. Sebab di dunia sekaran...
Langkah yang Tak Diizinkan
166      139     0     
Inspirational
Katanya dunia itu luas. Tapi kenapa aku tak pernah diberi izin untuk melangkah? Sena hidup di rumah yang katanya penuh cinta, tapi nyatanya dipenuhi batas. Ia perempuan, kata ibunya, itu alasan cukup untuk dilarang bermimpi terlalu tinggi. Tapi bagaimana kalau mimpinya justru satu-satunya cara agar ia bisa bernapas? Ia tak punya uang. Tak punya restu. Tapi diam-diam, ia melangkah. Dari k...
Bentuk Kasih Sayang
418      284     2     
Short Story
Bentuk kasih sayang yang berbeda.
She's (Not) Afraid
1937      859     3     
Romance
Ada banyak alasan kecil mengapa hal-hal besar terjadi. Tidak semua dapat dijelaskan. Hidup mengajari Kyla untuk tidak mengharapkan apa pun dari siapa pun. Lalu, kehadiran Val membuat hidupnya menjadi lebih mudah. Kyla dan Val dipertemukan ketika luka terjarak oleh waktu. Namun, kehadiran Sega mengembalikan semua masalah yang tak terselesaikan ke tempat semula. Dan ketika kebohongan ikut b...
Navia and Magical Planet
563      390     2     
Fantasy
Navia terbangun di tempat asing tak berpenghuni. Pikirnya sebelum dia dikejar oleh sekelompok orang bersenjata dan kemudian diselamatkan oleh pemuda kapal terbang tak terlihat bernama Wilton. Ah, jangan lupa juga burung kecil penuh warna yang mengikutinya dan amat berisik. Navia kaget ketika katanya dia adalah orang terpilih. Pasalnya Navia harus berurusan dengan raja kejam dan licik negeri ters...
Code: Scarlet
25216      4924     16     
Action
Kyoka Ichimiya. Gadis itu hidup dengan masa lalu yang masih misterius. Dengan kehidupannya sebagai Agen Percobaan selama 2 tahun, akhirnya dia sekarang bisa menjadi seorang gadis SMA biasa. Namun di balik penampilannya tersebut, Ichimiya selalu menyembunyikan belati di bawah roknya.