"Okeh. Lo mau nantang apa ke gue gue hah?! Lo jual gue beli." Sahutnya dengan nada tegas.
Mendengar ucapan menantang dari Freya, membuat Aqila juga tersenyum miring di sudut bibirnya dan langsung memajukan satu langkahnya tepat dihadapan gadis dengan rambut bergelombang itu.
"Hajar aja. Nggak usah takut Frey, ada gue dan Alya yang selalu dukung lo. Kalau Lo perlu bantuan gue siap kapanpun." Sahut Alin yang berdiri tepat di belakang Freya bersama dengan Alya.
"Tenang kali ini gue mau nantang ini cewek sendiri tanpa bantuan dari kalian berdua." Sahut Freya dengan tatapan yang terus fokus kearah Aqila.
"Okeh. Kalau gitu kita akan terus support Lo." Ujar Alya.
"Hayo ... Buruan! Tadi lo mau nantang gue kan, kenapa tiba-tiba lo malah diem!" Bentak Freya tepat di hadapan wajah gadis berkacamata itu.
"Ngomongnya biasa aja kali, gue dari tadi selow kok."
"Heh gue tahu omongan lu memang selow, tapi muka lo tuh yang ngajak kita berantem mulu!" Bentaknya dengan nada tinggi.
Dari kejauhan, Felix yang tadi sempat mengucapkan kata maaf kepada Freya dan teman-temannya di dekat toilet wanita, kali ini lelaki dengan pakaian rapi dan juga rambut berwarna hitam itu mulai melangkahkan kakinya menuju ke arah koridor sekolah untuk ke tempat lobi sekolah.
Seketika dirinya sudah dekat menuju ke arah loby, Ia pun mendengar perdebatan suara wanita di lobby tersebut.
Sontak, lelaki tampan itu pun langsung menghentikan langkahnya sejenak dan memperhatikan bahwa yang berada di lobi itu adalah Freya dan kedua temannya, beserta dengan sepupunya yaitu Aqila yang sedang berdebat di depan sana.
"Hayo buruan! Katanya tadi lu nantangin gue, sekarang giliran gua beli elu nggak mau ngejual tantangan Lo. Dasar Lo cuma besar mulut doang!" Bentak Freya.
"Iya. Lu kalau nggak berani bilang jangan cuma bisanya nyindir-nyindir Freya doang." Sambung Alya.
"Oh ... Gue tahu. Apa perlu gue gulung lu dulu di sini supaya kita bisa tahu apa sebenarnya tantangan yang mau lo kasih ke Freya." Tambah Alin.
Freya yang sudah benar-benar emosi langsung menarik pergelangan tangan gadis berkacamata itu dengan tatapan yang tajam ke arah matanya. "Heh! Buruan dong Lo ngomong!"
"Ngomong soal apa?"
Tiba-tiba saja suara sahutan muncul di tengah-tengah mereka yang tak lain adalah suara dari Felix.
Pandangan murid yang ada di sana pun langsung tertuju ke arah Felix, termasuk Freya yang langsung melepaskan pergelangan tangan Aqila dan menatap ke arah Felix.
"Dia nantang gue, giliran gue tantang balik dia malah ciut nggak mengeluarkan sepatah kata pun." Balasnya yang langsung memasang wajahn lebih jutek dan bersedekap dada.
Pandangannya langsung tertuju ke arah sepupunya tersebut. "Lo ngomong apa aja sama mereka?" Tanyanya.
Aqila langsung melirik ke arah sepupunya dengan ekor matanya, ia langsung membenarkan pakaiannya dan berbicara tanpa melihat ke arah mereka semua termasuk ke arah sepupunya.
"Gue nggak nantangin apa-apa, gue cuma bilang sama dia kalau mereka itu nggak bisa ngapa-ngapain yang biasanya cuma ngoceh doang." Jawabnya selow namun dengan nada yang nyelekit.
"Tuh kan, memang benar-benar ngeselin Lo ya." Sahut Freya.
Felix langsung menarik pergelangan tangan Aqila pergi dari tempat itu. "ikut gue." Ajaknya.
"Apaan sih, Felix. Lepasin gue." Decak Aqila Serayu mencoba untuk melepaskan pegangan tangan Felix yang erat di pergelangan tangannya.
"Ayo cepet ikut gue." Ajaknya yang terus saja menarik pergelangan tangan sepupunya tersebut menuju ke arah luar logis sekolah.
"Apaan sih. Gue nggak mau. Urusan gue sama Freya belum selesai." Sahutnya.
Tetapp saja lelaki dengan pakaian rapi rambut berwarna hitam itu pun terus menarik pergelangan tangan sepupunya dan tak mau melepaskannya, begitupun juga dengan Aqila yang berkali-kali mencoba untuk melepaskan pergelangan tangan sepupunya.
"Felix ... Lepasin Gue urusan gue itu belum selesai sama Freya gue itu nggak akan puas hatinya kalau nggak nyelesaiin masalah sama dia. Dia udah bener-bener Hina Gue hanya karena nilai Gue turun dari kelas unggulan dan masuk ke kelas mereka, gue nggak terima jika digituin."
Tetap saja ocehan yang dilontarkan oleh Aqila panjang lebar tak membuat Felix melepaskan pergelangan tangannya. Justru, lelaki tampan itu terus saja menarik pergelangan tangan sepupunya itu hingga sekarang mereka pun menuju ke arah parkiran di sekolah.
"Argh ... Felix!" Teriaknya kuat.
Sedangkan Freya dan kedua temannya yang masih berdiri tepat di lobi sekolah, mereka memperhatikan Aqila dan juga Felix dari kejauhan yang terus menuju ke arah parkiran sekolah.
"Huft ... Lama-lama gue bisa darah tinggi gara-gara ngeladenin sikap tuh cewek yang terlalu sombong sama kepintarannya." Ucap Freya.
"Ah, Gue rasa juga dia bukan siswi terpintar disini, buktinya dia nggak bisa mempertahankan nilainya hingga akhirnya dia dikeluarkan dari kelas unggulan dan dipindahkan ke kelas kita." Sahut Alya.
"That's Right. Gue setuju sama apa yang dikatakan oleh Alya. Yang tetap konsisten mempertahankan kepintaran otaknya itu menurut gue cuma empat yaitu si Felix, Kenan, Sisca dan mantan lo si ketua OSIS." sambung Alin Seraya menegaskan kata ketua OSIS tepat di sebelah Freya.
Sontak saja hal itu membuat saya pun langsung melirik ke arah Alin sekilas. "Maksud Lo Danesh?"
"Ya ... siapa lagi, di sekolah SMA Cakrawala ini kan mantannya cuman Danesh doang. Mantan terindah ya kan." Ledek Alin pelan seraya menyenggol bahu Freya, namun tak membuat Freya pun goyang.
Ia hanya tetap pada posisinya dan masih memasang wajah kesalnya terhadap perlakuan Aqila tadi.
"Udahlah kita nggak usah bahas tentang itu Aqila Mulu. Eneg gue lama-lama." Sahut Alya.
"Iya. Udah deh kita langsung ke parkiran aja yuk. Balik." Ajak Alin.
"Ih ... Mobil gue Pasti lagi dibenerin, gue tadi telat aja gara-gara kelamaan nyari taksi. Kalau gue bareng sama kalian berdua ya nggak mungkin muat lah, kita beneran mau boti gitu? Gue nggak mau jadi cabe-cabean." Sahutnya.
"Iya iyasih. Maksud kita itu ke parkiran sekolah supaya nanti lo nyari taksinya di sana aja biar kita nggak kelamaan di sini. Empet tahu lama-lama di sini nanti tiba-tiba Bu Salma lewat terus kita nggak salah apa-apa malah dihukum lagi sama dia." Ujar Alya.
"Iya ... Udah yik mendingan kita ke parkiran sekolah aja." Ajak Alin sekali lagi.
Mereka bertiga berjalan menuju ke arah parkiran sekolah.
Sementara itu, Aqila dan juga Felix yang masih berada di parkiran sekolah masih saja berdebat. Entah apa yang mereka bicarakan, namun Freya dan kedua temannya melihat hal itu dari kejauhan bahwa kedua sepupu itu sedang berdebat di parkiran tersebut.
'Mereka debatin soal apa sih? Apa mungkin kan Soal gue?' batin Freya yang berjalan menuju ke arah parkiran dengan tatapan yang tertuju ke arah mereka secara terus-menerus.
"Kalau ucapan yang mereka katakan itu benar lu ngomong kayak gitu, mulut Lo itu sama aja kayak nggak di sekolahin." Ucap Felix yang berbicara tugas ke arah sepupunya tersebut.
"Felix, gue ngomong kayak gitu karena mereka tuh menghina gue, mereka menghina kalau otak gue ini udah turun kapasitasnya, hanya gara-gara gue turun ke kelas mereka dari kelas unggulan." Jelas, gue nggak terima."
"Cuma ngomongin gitu doang kan. Gitu aja Lo baper." Sahut Felix.
Jelas apa yang dikatakan Felix membuat gadis berkacamata itu pun langsung tertuju kearah sepupunya. "Apa Lo bilang? Gue baper? Hei. Gue bilangin sama lo ya, Felix Maheswari. Perkataan yang dilontarkan sama si cewek manja itu benar-benar mudah buat gue menjadi merasa terhina."
Perkataan itu langsung membuat Felix pun langsung tertawa kecil. "Ngehina? Dia itu cuman sedikit merendahkan lo aja Bukan menghina. Lo nya aja yang terlalu baper hanya karena nilai Lo turun, bukan berarti kapasitas otak lu juga menurun. Mungkin aja waktu itu lo lagi nggak konsentrasi hingga nilai lo turun."
"Nggak. Gue tetap nggak terima sama Apa perkataan yang udah dilontarkan ke gue. Gue bener-bener dibuat ngerasa malu dengan perkataannya kayak gitu." Ucapnya dengan nada yang tegas.
"Terus ... Lo mau apa? lu mau nantang dia kan. Lo mau nantangin dia apa? Lo ngajak dia berantem?" Tanya Felix.
"Hello ... gue, Diah Aqila yang punya kepintarandi atas rata-rata, nggak mungkin ngajakkin cewek manja itu untuk berantem karena hal itu sama dia nyapein badan gue."
"Ya terus .... Apa?" Tanya Felix lagi dengan nada yang sedikit lembut kepada sepupunya itu.
Aqila terdiam sejenak. Ia pun memikirkan apa yang harus ia lakukan supaya cewek manja itu tidak semena-mena lagi terhadap dirinya, dan tidak menghina lagi bahwa kapasitas otaknya menurun hanya karena dirinya yang turun ke kelas mereka dan keluar dari kelas unggulan.
"Eh, ada si mata empat." Celetuk Alin yang baru saja sampai di parkiran tersebut bersama dengan Freya dan juga Alya.
Sontak saja perkataan yang dilontarkan oleh Alin itu jelas membuat Aqila dan juga Felix yang masih berada di sana pun langsung tertuju ke arah mereka bertiga.
"Heh! Lu bilangin gue apa tadi?" Tanya Aqila dengan nada tinggi dan mata yang tertuju kearahnya.
"Ow, Jadi lu selain punya empat mata, tapi tuli juga ya, nggak dengar apa yang gue ucapin barusan?" Ucap Alin serayah menyindir Aqila.
Aqila yang tak terima diucapkan dengan kalimat seperti itu membuat gadis berkacamata itu pun langsung saja ingin melayangkan tamparan ke pipi Alin namun, dengan cepat langsung dicegah oleh Felix Seraya menarik pergelangan tangannya.
"Lebih baik kita pulang." Ajaknya yang berjalan menuju ke arah sepeda motornya yang tak jauh dari posisi Mereka berdiri.
"Felix ih .. lepasin gue!"
"Ayo Aqila kita pulang."
"Ih .. Felix!" dekatnya Seraya mencoba untuk melepaskan pergelangan tangannya dari genggaman tangan sepupunya tersebut.
Ting.
Sebuah notifikasi pesan membuat Felix pun langsung mengambil ponselnya yang berada di saku celananya dan seketika itu karena sang Mama yang mengirimkan pesan.
Sontak saja tangannya pun melepaskan genggamannya dari pergelangan tangan sepupunya, alhasil itu membuat Aqila pun menjadi kesempatan bagus untuk segera pergi dan menuju ke arah Freya kembali.
"Kan Lo lihat sendiri jadi dia itu cuman kecil sekecil butiran debu, dia nggak bakal berani melawan kita." Ucap Alya.
"Yap, bener banget baru diocehin gitu aja dia itu udah takut, gue yakin dia nggak bakal berani macam-macam lagi sama lo." Sambung Alin yang menuju ke arah Freya.
"Nggak berani kenapa? Gue tetap mau nantang lo."
Tiba-tiba saja perkataan tegas muncul dari arah belakang mereka dan sontak saja.
Ketiga siswi itu pun langsung menoleh kearah belakang.
Melihat bahwa ternyata Aqila sudah berdiri kembali di hadapan mereka. Hal itu bener-bener membuat ketiga siswi itu pun menghela nafasnya dengan gusar. Freya pun langsung menatapnya dengan tatapan tajam.
"Ngapain lagi sih Lo masih disini. Bukannya Lo udah di bawa pergi sama Felix."
"Suka-suka gue. Ini kan sekolah gue."
"Ini juga sekolah gue. Ini sekolah kita semua." Ucap Aqila dengan nada tinggi.
Tak suka karena Aqila berbicara dengan nada tinggi. Membuat Freya kesal. Hingga ia pun ingin sekali menjambak rambut Aqila yang di kuncir kuda itu seperti butut kuda.
"Ih ... Dasar Lo ya---'
Tiba-tiba saja ponselnya berdering yang membuatnya pun mengurungkan niatnya untuk melakukan hal tersebut.
'Akh! Sial. Hp gue pake bunyi segala lagi.' batinnya.
Seru di chapter ini
Comment on chapter Kesombongan Aqila