=====
"... Sarapan saja." Ucapnya pada akhirnya memilih untuk membela putrinya sendiri.
Apa yang perlu ia pikirkan lama-lama untuk memihak pada putrinya? Ia tahu bahwa putrinya sedikit berbeda dari hari biasanya, tapi tak menyangkal fakta bahwa putrinya lah yang merupakan darah dagingnya sendiri.
Lebih baik ia mengambil sisi karena bias, karena bagaimanapun yang benar atau salah, yang lebih membutuhkan kehadirannya sekarang adalah putrinya, yang baru saja menangis dan melukai tangannya.
Pasangan ibu dan anak itu terdiam tak percaya. Itu adalah sang anak yang merasa sangat tak adil.
"Ayah! Bagaimana ayah bisa membela sister yang jelas-jelas meremehkan ibu?! Aku pikir kita adalah keluarga.. hiks.." Rengeknya dengan air mata yang sudah menetes saja.
Namanya Mai, adik perempuan tiri Rosetta yang akan memasuki sekolah tingkat tinggi tahun ini, tepat setelah kelulusan Rosetta.
Mai adalah anak dari pernikahan terdahulu yang dibawa oleh ibu tiri Rosetta. Dia tumbuh besar dengan dimanja dengan segala keinginannya yang selalu dituruti. Hanya suka menghabiskan uang dan sangat memperhatikan penampilan.
Sangat berbeda dengan Rosetta yang sangat mempedulikan orang sekitarnya dan memiliki harga diri yang tinggi, Mai hanya mementingkan sendiri dan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. Ia dan Rosetta selalu menjadi perbandingan dan bahan pembicaraan tetangga, dimana tentunya citra Rosetta yang sempurna dan sangat baik dan Mai sebaliknya. Tak aneh jika Mai merasakan inferiority complex terhadap Rosetta dalam segala hal apapun, terlepas sebaik apapun Rosetta lakukan selama masa kehidupannya yang lalu.
Sama seperti keadaan sekarang. Mai bisa saja membuat tangisan palsu agar Rosetta menjadi pihak yang bersalah dan sedikit senang melihat saudara tirinya yang biasanya 'sempurna' dalam hal apapun berada di posisi lebih rendah darinya.
Biasanya Rosetta akan menerima semua kesalahan yang bukan miliknya dengan rela karena bagaimanapun ia tak suka membesarkan masalah dan juga kewajibannya sebagai kakak perempuan untuk adiknya. Tapi, tentunya itu di masa lalu.
Ia membalas dengan tangis juga, "... Benar, aku pikir kita adalah keluarga,.. hiks jadi kenapa little sister membesarkan masalah saat kita sarapan??.. aku sedang menahan kesakitan dan hanya Daddy yang sangat kubutuhkan sekarang.. hiks.. Mengapa little sister tidak bisa mengerti diriku sedikit saja?? Tuduhan dan teriakanmu menyakiti perasaanku.." Ia terbiasa menangis di kehidupan lalunya, jadi membuat dirinya menangis hanyalah masalah yang mudah.
Mai dibuat tercengang dan tak bisa berkata-kata. Ia membalas dengan tergagap, "Je-Jelas-jelas..!! Kamu yang memulai duluan!! Bagaimana bisa menuduhku ketika kamu yang pertama kali memulai!!" Ia masih muda, tentu saja dengan mudah kehilangan posisi.
Ia lebih menaikkan volume suaranya dan bahkan menunjuk Rosetta dengan tidak sopan karena telah dipermalukan.
Rosetta yang memiliki trauma oleh kekerasan yang sering dilakukan oleh Saint sebelumnya, secara reflek melindungi dirinya dengan tangannya sebagai perisai. Ia tersentak dan tubuhnya secara tidak sadar ke belakang dengan gemetaran yang hebat. Nafasnya menjadi tak beraturan dan tatapannya tak fokus.
...Ia tak menyangka bahwa tidak hanya ingatan yang ia bawa, tetapi juga trauma.
Ayahnya segera dengan sigap memberinya pelukan, "Baby, semua baik-baik saja, okey? Daddy disini.. hm? Apa yang kau takutkan... Daddy akan melindungimu" Ucapnya perlahan mencoba memberikan rasa aman.
Ia benar-benar tak tahu apa yang sebenarnya telah terjadi. Dirinya tidak terlalu ada di rumah dikarenakan pekerjaannya yang mengharuskan bepergian kemana-mana. Dan ketika ia berada di rumah, hubungan mereka terlihat baik-baik saja. Istrinya terdahulu meninggal ketika melahirkan putrinya, dan ia sengaja menikah lagi agar ada yang merawat dan menemani putrinya saat ia sibuk bekerja.
Ia pikir semuanya baik-baik saja.
....Tapi, ada perbedaan yang terasa sangat jelas dari putrinya.
Ia tak pernah melihat sikap benci dan memusuhi yang sangat jelas ditunjukkan oleh putrinya untuk pasangan ibu dan anak itu.
"Ah... Ro-Rosetta,.. apakah kau tidak apa? Mai terlalu berlebihan, tetapi ia tak benar-benar serius marah padamu.. uh.." Bingung ibu tiri tak bisa mengolah apa yang baru saja terjadi pada Rosetta.
Mai hanya membuat ulah seperti gadis seusianya, jadi Mengapa reaksi yang diberikan oleh Rosetta sangat berlebihan?
Rosetta mencoba menenangkan dirinya dan setelahnya kembali makan seperti kejadian yang baru saja terjadi tak pernah terjadi.
Ketiganya bingung terhadap sikap Rosetta. Sang ayah yang pulih lebih awal dan kembali melanjutkan sarapannya seperti hal tadi juga tidak pernah terjadi begitu saja. Ibu tiri dan Mai pada akhirnya hanya bisa duduk diam di tempatnya masing-masing dan makan dengan ekspresi yang masam.
Mai masih merasa sangat kesal. Ia mencoba mengambil makanan yang dituju oleh tangan Rosetta dengan sengaja. Ia berpikir bahwa Rosetta tak akan berkelahi atas hal sepele dan kecil ini. Ia meneruskan tindakannya dan sengaja mengambil bagian yang disukai oleh Rosetta.
Ibu tiri sama sekali tidak berniat menghentikan dan pura-pura tak tau, sedangkan untuk sang ayah sendiri hanya menghela nafas lelah.
"Sister... Mai ingin bagian yang ini.. kau tidak akan mempermasalahkannya, kan~? Karena kau selalu mendapatkan ini setiap saat... Pliss..?"
Rosetta lagi-lagi memilih untuk tak mempedulikan nada provokasi milik Mai dan hanya sibuk memakan makanannya. Tetapi, Mai menjadi-jadi dan bahkan langsung mengambil dari piring Rosetta.
"... Jauhkan tanganmu dari makananku." Rosetta lama-lama merasa terganggu. Semua makanan di atas piringnya adalah khusus diambilkan oleh ayahnya pribadi.
Namun, Mai tidak mendengarkan dan masih melanjutkan tindakannya.
'Jleb' Rosetta dengan impulsive mengarahkan garpu ditangannya ke arah tangan Mai berada. Garpu itu berhasil menancap di salah satu jari milik Mai.
Semuanya terjadi sangat tiba-tiba dan dalam sekejap mata.
Mai baru tersadar ketika rasa sakit mulai menyerang dirinya dan dengan histeris berteriak, "AAAHHH!!! JARIKU!!! LEPASKAN!! SAKIT!!" Ia sangat ketakutan karena Rosetta sama sekali tak berniat melepaskan genggamannya dari garpu yang mengakibatkan tangannya tidak bisa bergerak.
Ibu tiri dengan panik berteriak, "ROSETTA, LEPASKAN GARPUNYA!! JARI MAI BERDARAH!! ROSETTA!!"
Ayahnya segera menarik Rosetta agar melepaskan garpu itu dari tangannya. Ia tak bisa membiarkan kekacauan lebih memburuk dan dengan perlahan berkata, "... Baby,... apa kau baik-baik saja?" Ia bertanya pada Rosetta karena melihat putrinya tak terlalu memiliki banyak reaksi dan tatapannya kosong.
Mai menjadi tidak percaya bahwa kekhawatiran sang ayah pertama kali jatuh kepada Rosetta, bukan dirinya yang menjadi orang yang baru saja terluka. "AYAH! AKU YANG TERLUKA, MENGAPA KAU MENANYAKAN KEADAAN KEPADA ORANG YANG BARU SAJA MELUKAI DIRIKU?!! SISTER PASTI SUDAH GILA!! ORANG NORMAL MANA YANG MENUSUK JARI DENGAN GARPU?!!"
Itu adalah Rosetta yang membalas kemarahan Mai, "... Aku hanya berniat mengambilkan beberapa bagian favoritku padamu, well, aku tidak berpikir bahwa tanganmu ada disana.. ku pikir itu adalah daging favoritku" Lirihnya perlahan dengan senyum girang di wajahnya membuat baik ibu dan anak itu merinding hingga ke tulang.
Apa yang harus ia perhatikan?
Apa yang harus ia jaga?
Ini adalah kehidupan keduanya.
Apakah perlu ia menjaga sikapnya dan pura-pura berbuat baik dan bersikap baik hati kepada orang-orang yang memanfaatkan dirinya?
Itu tidak perlu.
Benar.
Ia hampir lupa.
Ia hidup untuk pembalasan.
Hidupnya untuk Balas Dendam.
Ia tak perlu mempedulikan hal lain selain daripada itu.
=====