Read More >>"> Si 'Pemain' Basket (Chapter 8) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Si 'Pemain' Basket
MENU
About Us  

"Saya baik-baik aja kok, Kak," tolak halus Dira saat mengetahui Marvin meminta izin kepada guru yang mengajar di kelasnya. Pria itu mengatakan bahwa Dira tengah sakit padahal Dira tetap ingin belajar.

Ponsel yang sebelumnya Marvin lihat, kini terabaikan karena perkataan Dira yang seakan menyepelekan kejadian sebelumnya. "Lo itu harus istirahat, Dir. Kalau perlu kita pulang sekarang."

"Eh, jangan!"

Ucapan Dira yang spontan langsung membuat Marvin menatap tajam ke arahnya. Dia bertanya-tanya alasan Dira menolak untuk pulang padahal tengah dalam keadaan yang kurang baik. "Kenapa? Kenapa lo nggak mau pulang?"

"Saya mau di sini aja, Kak," cicit Dira pelan sembari menundukkan kepala. Jika pulang sekarang, ibunya pasti akan marah. Ya walaupun dia sakit sekarang, hanya saja Dira sudah merasa lebih baik.

Dira mencuri pandang ke arah Marvin yang kembali sibuk dengan ponselnya, perempuan itu bingung alasan Marvin tetap berada di UKS bersamanya. Dengan berani dia pun bertanya, "Hmm, Kak Marvin kok masih di sini?"

Marvin menghela napas setelah mendengar pertanyaan dari Dira. Dia merasa sedikit kesal karena perempuan itu seakan mengusirnya. "Kenapa? Lo nggak suka gue di sini?"

"Bukan gitu, Kak," sanggah Dira dengan cepat. Mata perempuan membelalak sempurna, takut Marvin marah padanya.

"Terus?"

"Saya bingung aja gitu, Kakak masih di sini. Emangnya Kakak nggak ada kelas?"

"Mau ada kelas atau enggak, gue nggak peduli. Gue di sini mau jagain lo."

Marvin kembali mengalihkan pandangannya. Pria itu terlihat begitu sibuk dengan ponselnya. Mengetik beberapa kali seraya terlihat berpikir.

Walau jawaban Marvin terkesan aneh, Dira tidak mempermasalahkannya lagi. Dia tidak mau bertengkar dengan Marvin dan memutuskan untuk beristirahat hingga jam pulang sekolah tiba.

Tidak seperti biasanya, kini Dira bersama Marvin pergi ke parkiran bersama. Bisanya, Dira akan menunggu di depan gerbang jika akan pulang bersama dengan Marvin.

Sepanjang perjalanan menuju parkiran, Dira merasa terus diperhatikan dan lama kelamaan begitu mengganggunya. Marvin terlihat tidak peduli dan terus melangkah hingga sampai di parkiran.

Sebelum naik ke atas motor, Dira tanpa sengaja bertatapan dengan Sela, kakak tingkatnya yang sangat populer. Mata Sela menatap tajam ke arah Dira. Bukan hanya Sela yang melakukan hal itu. Namun, beberapa temannya juga melakukan hal yang sama.

"Heh, ayo, naik," ucap Marvin yang membuat Dira spontan menoleh ke arahnya. Tanpa bantahan, perempuan itu naik ke atas motor dibantu oleh Marvin yang langsung menjulurkan tangannya.

Sabtu pun tiba, Dira sudah siap untuk ikut dalam acara penerimaan anggota baru ekskul PMR. Saat turun sekolah, dia sudah membawa tas lebih berisikan pakaian juga perlengkapannya selama tinggal satu malam di sekolah.

Tinggal satu hal yang perlu dia pikirkan, yaitu cara agar tidak pulang bersama Marvin. Apa aku bohong aja ya sama dia? Tapi, dia kan suka maksa?

Banyak hal yang kemudian Dira pikirkan, apalagi Marvin benar-benar berbeda. Dia bisa mengubah sikapnya dengan mudah. Baik atau bahkan mengajaknya bertengkar walau hanya karena masalah sepele.

"Kamu kenapa?" tanya Santi perlahan. Dia sedikit bingung saat melihat Dira tengah menguak rambutnya hingga berantakan.

Dira terdiam sejenak, wajahnya menoleh ke arah Santi yang terlihat begitu ketakutan. "Kamu nggak kesurupan kan?" tanya Santi lagi yang membuat Dira tertawa kecil.

"Ya enggak lah," jawab Dira singkat. Karena jawaban tersebut, Santi malah semakin yakin bahwa teman sebangkunya tengah kesurupan.

Perlahan, Santi menjauhkan dirinya dari Dira dan melihat hal itu, Dira mengerutkan dahinya. "Kenapa jauh-jauh? Aku nggak pa-pa, San."

Dira mencoba untuk menarik tubuh Santi agar kembali mendekat padanya. Namun sayang, Santi menolak bahkan memberontak. "Ah! Nggak mau!" tolak Santi dengan mendorong tubuh Dira.

Untungnya, Ibu Irma datang dan membuat Santi terdiam. Keduanya berusaha untuk fokus pada pelajaran, walau Santi masih percaya Dira tengah kerasukan.

Saat istirahat tiba, Dira terus menerus menjelaskan bahwa dia baik-baik saja. Bahkan Santi menyuruh perempuan itu untuk berdoa dan tentu saja Dira bisa melakukannya. "Udah percaya kan?" tanya Dira yang langsung membuat Santi mengangguk pelan.

"Terus, tadi kenapa ngacak-ngacak rambut?"

Santi benar-benar ingin tau alasan Dira mengusak rambutnya. Namun, sepertinya Dira belum bisa menjawabnya karena tiba-tiba Marvin datang. "Kak Marvin," cicit Santi dengan pelan.

Mata perempuan itu membelalak kaget dan membuat Dira yang duduk di hadapannya ikut menoleh menatap arah Santi melihat.

Seperti di drama-drama korea, Marvin berjalan bak pangeran dan semua mata tertuju pada pria dengan tinggi nyaris 190cm itu.

Sesampai di depan Dira, Marvin mengunci perempuan itu dengan meletakkan kedua tangannya di dua meja. Wajah pria itu kemudian mendekat bahkan nyaris bersentuhan dengan wajah Dira, untungnya Dira segera menjauh dengan perasaan gugup.

"Kakak ngapain ke sini?" tanya Dira dengan pelan tanpa menatap ke arah Marvin. Pria itu dengan santainya mengambil salah satu kursi yang kosong dan duduk di atasnya.

Dia duduk tepat di hadapan Dira dan terus menatap perempuan itu. "Emangnya gue nggak boleh ke sini?" tanyanya dengan lembut.

"Boleh, tapi ... ."

Belum sempat Dira menjawab, Marvin memegang wajah perempuan itu dan membuat mereka saling bertatapan. "Tapi apa?"

Dengan cepat, Dira menarik dan menjauhkan tangan Marvin dari wajahnya. "Kak, mending jelasin sekarang. Kakak mau ngapain ke sini?"

Mendengar pertanyaan Dira, Marvin tersenyum kecil kemudian  menyadarkan tubuhnya. Dia ingin berbicara santai dengan Dira, sayangnya perempuan itu memberi batasan untuk mereka lebih dekat.

"Gue cuman mau bilang, gue nggak bisa anter lo balik entar."

Layaknya mendapatkan hadiah termahal, mata Dira membulat sempurna. Nyata tak percaya pada ucapan Marvin.

Sejak pagi tadi, dia terus memikirkan cara agar tidak diantar pulang dengan Marvin. Untungnya pria itu sendiri yang mengatakannya.

"Lo pasti sedih ya," ucap Marvin tiba-tiba sembari melipat kedua tangannya di depan dada. "Gue juga maunya anter lo balik, tapi gue ada acara keluarga gitu. Jadinya nggak bisa. Nggak pa-pa kan?"

Dira menggeleng dengan cepat setelahnya, "nggak pa-pa kok, Kak."

Melihat reaksi cepat dari Dira membuat Marvin sedikit bingung, sebenarnya bukan reaksi seperti itu yang dia ingin lihat seperti perempuan-perempuan lainnya yang pernah dia dekati. Semuanya menolak jika Marvin tidak bisa mengantar mereka.

"Lo yakin?" tanya Marvin lagi memastikan.

Merasa Marvin akan salah paham dengan sikapnya, Dira mencari cara agar pria itu tidak mencurigainya. "Hmm, sebenernya enggak sih, Kak. Tapi, saya tau acara kakak itu penting. Jadi, lebih baik kakak ke sana aja. Saya bisa kok pulang sendiri."

Marvin menghembuskan napasnya pelan dan perlahan beranjak dari tempat duduknya. "Ya udah, gue balik ya."

Sebelum benar-benar pergi, Marvin mengusap rambut Dira sehingga membuat perempuan itu menjadi pusat perhatian. Sebenarnya sejak tadi mereka menjadi pusat perhatian, bahkan kelas Dira sampai hening sejenak saat Marvin dan perempuan itu berbincang. Memang agak aneh, tapi itulah yang terjadi.

***

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • aiana

    seru ni, menatikan playboy kena karma. wkakakka

    ada yang tulisannya Dio dan Deo,
    mau berteman dan saling support denganku?

    Comment on chapter Chapter 1
Similar Tags
Aranka
3546      1240     6     
Inspirational
Aranka lebih dari sebuah nama. Nama yang membuat iri siapa pun yang mendengarnya. Aland Aranka terlahir dengan nama tersebut, nama dari keluarga konglomerat yang sangat berkuasa. Namun siapa sangka, di balik kemasyhuran nama tersebut, tersimpan berbagai rahasia gelap...
Cecilia
437      226     3     
Short Story
Di balik wajah kaku lelaki yang jarang tersenyum itu ada nama gadis cantik bersarang dalam hatinya. Judith tidak pernah menyukai gadis separah ini, Cecilia yang pertama. Sayangnya, Cecilia nampak terlalu sulit digapai. Suatu hari, Cecilia bak menghilang. Meninggalkan Judith dengan kegundahan dan kebingungannya. Judith tak tahu bahwa Cecilia ternyata punya seribu satu rahasia.
Nona Tak Terlihat
1633      1043     4     
Short Story
Ada seorang gadis yang selalu sendiri, tak ada teman disampingnya. Keberadaannya tak pernah dihiraukan oleh sekitar. Ia terus menyembunyikan diri dalam keramaian. Usahanya berkali-kali mendekati temannya namun sebanyak itu pula ia gagal. Kesepian dan ksedihan selalu menyelimuti hari-harinya. Nona tak terlihat, itulah sebutan yang melekat untuknya. Dan tak ada satupun yang memahami keinginan dan k...
Hoping For More Good Days
433      290     7     
Short Story
Kelly Sharon adalah seorang gadis baik dan mandiri yang disukai oleh banyak orang. Ia adalah gadis yang tidak suka dengan masalah apapun, sehingga ia selalu kesulitan saat mengahadapinya. Tapi Yuka dan Varel berhasil mengubah hidup Sharon menjadi lebih baik dalam menghadapi segala rintangan.Jujur dan saling percaya, hanya itu kunci dari sebuah tali persahabatan..
Can You Love Me? Please!!
3155      932     4     
Romance
KIsah seorang Gadis bernama Mysha yang berusaha menaklukkan hati guru prifatnya yang super tampan ditambah masih muda. Namun dengan sifat dingin, cuek dan lagi tak pernah meperdulikan Mysha yang selalu melakukan hal-hal konyol demi mendapatkan cintanya. Membuat Mysha harus berusaha lebih keras.
To The Girl I Love Next
342      237     0     
Romance
Cinta pertamamu mungkin luar biasa dan tidak akan terlupakan, tetapi orang selanjutnya yang membuatmu jatuh cinta jauh lebih hebat dan perlu kamu beri tepuk tangan. Karena ia bisa membuatmu percaya lagi pada yang namanya cinta, dan menghapus semua luka yang kamu pikir tidak akan pulih selamanya.
Puisi, Untuk...
17912      2832     10     
Romance
Ini untuk siapa saja yang merasakan hal serupa. Merasakan hal yang tidak bisa diucapkan hanya bisa ditulis.
MAHAR UNTUK FATIMAH
495      366     2     
Short Story
Cerita tentang perjuangan cinta seorang pria dengan menciptakan sebuah buku khusus untuk wanita tersebut demi membuktikan bahwa dia sangat mencintainya.
Shine a Light
748      481     1     
Short Story
Disinilah aku, ikut tertawa saat dia tertawa, sekalipun tak ada yang perlu ditertawakan. Ikut tersenyum saat dia tersenyum, sekalipun tak ada yang lucu. Disinilah aku mencoba untuk berharap diantara keremangan
Trainmate
2036      811     2     
Romance
Di dalam sebuah kereta yang sedang melaju kencang, seorang gadis duduk termangu memandangi pemandangan di luar sana. Takut, gelisah, bahagia, bebas, semua perasaan yang membuncah dari dalam dirinya saling bercampur menjadi satu, mendorong seorang Zoella Adisty untuk menemukan tempat hidupnya yang baru, dimana ia tidak akan merasakan lagi apa itu perasaan sedih dan ditinggalkan. Di dalam kereta in...