Loading...
Logo TinLit
Read Story - Si 'Pemain' Basket
MENU
About Us  

Sesuai janji, Dira menemui Bagas di ruang ekskul PMR saat istirahat. Perempuan itu masuk perlahan layaknya seorang maling dan membuat Bagas yang hanya seorang diri di dalam ruangan tersenyum kecil.

"Mau maling apa, Mbak?" tanya Bagas dengan nada bercanda. Hal itu membuat Dira sedikit malu dan menundukkan kepala. "Ayuk, sini. Duduk di hadapan saya," ucap Bagas lagi.

Perlahan Dira melangkah sampai di hadapan Bagas dengan wajah yang masih tertunduk. "Silakan duduk," pinta Bagas yang membuat Dira duduk tanpa mengeluarkan suara apapun.

Bagas memperhatikan wajah Dira yang masih tertunduk, senyumnya terlukis saat menyadari jika perempuan di hadapannya masih malu saat menanggapi candaan Bagas sebelumnya. "Maaf ya, tadi becanda doang kok."

Ucapan Bagas membuat wajah Dira terangkat, perempuan itu langsung mengibaskan tangannya seraya berkata, "nggak pa-pa kok, Kak."

"Oke, untuk mempersingkat waktu. Saya mau jelasin kenapa kita harus ketemu hari ini."

Bagas membuka pembicaraan dan Dira mendengarkannya dengan saksama. "Karena acara hari sabtu sampai minggu nanti adalah acara yang cukup besar, saya butuh asisten untuk mengurus segalanya. Hmm, kamu kira-kira bisa nggak?"

"Asisten?"

Dahi Dira mengerut saat mendengar penjelasan Bagas. Dia masih kelas satu SMA dan juga adalah anggota baru ekskul PMR. Sepertinya, dia tidak akan mampu melakukan apa yang Bagas inginkan.

"Iya, asisten."

"Duh, gimana ya, Kak." Dira menggaruk kepalanya yang terasa gatal karena gugup. Wajahnya bingung untuk menjawab keinginan Bagas yang terlalu tiba-tiba tersebut. "Bukannya saya nggak berminat, Kak. Tapi ... ."

"Tapi apa?" potong Bagas dengan cepat yang membuat keduanya saling bertatapan. Namun, Dira segera memutus tatapan mereka.

"Saya belum mampu jika harus melakukan apa yang Kakak perintahkan, saya juga baru masuk PMR. Belum mengenal lebih dalam. Takutnya, saya nggak bisa ngelakuin apa yang Kakak suruh."

Kali ini, Bagas yang terdiam sembari mencerna penolakan halus yang Dira ucapkan. Dengan tangan yang terlihat di depan dada, Bagas memperhatikan wajah Dira yang masih tertunduk.

"Hmm, saya paham. Memang salah saya karena tiba-tiba ingin kamu menjadi asisten saya dalam acara nanti, tapi saya melihat ada potensi di diri kamu."

Merasa ada yang aneh dengan ucapan Bagas, Dira mengangkat wajahnya dengan dahi mengerut tanda kebingungan ada di benaknya." Maksud kakak? "

"Kamu pasti paham maksud saya," ucap Bagas singkat. Namun, Dira tetap tak paham dengan ucapan pria di hadapannya. "Ya sudah, kalau gitu. Kamu bisa balik ke kelas kamu. Lain kali, bisa kan kamu jadi asisten saya."

"Hmm, kita liat nanti ya, Kak. Saya nggak bisa matiin. Tapi, saya akan coba."

Bagas mengangguk pelan sebelum akhirnya Dira pamit pergi dari hadapannya, pria itu terdiam sesaat sebelum akhirnya kembali membuka Proposal berisi acara yang akan diselenggarakan akhir pekan nanti.

Setelah bertemu dengan Bagas, Dira memutuskan untuk pergi ke kantin untuk membeli roti. Sejak pagi, dia belum makan sehingga perutnya memberontak siap melahap apapun yang dapat dia makan. "Bu, roti coklatnya satu sama air mineral dingin ya," ucap Dira pada salah satu penjual di kantin sekolahnya.

Saat akan membayar, sebuah tangan terlebih dahulu memberikan selembar uang kepada penjual tersebut. Dengan spontan, Dira menoleh dan mendapati Marvin tengah tersenyum ke arahnya. "Ngapain kakak bayarin makanan aku," ucap Dira dengan wajah bingungnya.

"Ya nggak pa-pa, lagian cuman segitu kok."

Tangan Dira mulai merogoh saku roknya untuk membayar Marvin kembali. Namun, tangan pria itu menahan pergerakannya. "Nggak usah dibayar, gue traktir lo."

"Tapi, Kak ... ."

"Nggak ada tapi-tapi-an," potong Marvin dengan cepat. Pria itu bahkan dengan santainya merangkul tubuh Dira dan membawanya pergi dari kantin. "Ikut gue ke lapangan, yuk."

Karena kedekatan Marvin dan Dira, keduanya menjadi pusat perhatian siswa di kantin. Bahkan beberapa di antara mereka saling berbisik membicarakan kedua orang tersebut.

Dira tentu risih dengan sikap Marvin. Saat di lapangan, perempuan itu segera melepaskan diri dari rangkulan Marvin.

"Lo kenapa?" tanya Marvin bingung. Dira menggeleng pelan tanpa menjawab. Mata perempuan itu kemudian menatap sekeliling dan dia menyadari bahwa sekarang tengah menjadi pusat perhatian.

"Saya mau ke kelas, Kak," ucap Dira sembari bersiap pergi. Namun, tangan Marvin terlebih dahulu menahannya.

"Nggak, lo nggak boleh pergi. Temenin gue latihan basket," perintah Marvin dengan tegas. Pria itu kemudian membawa Dira untuk duduk di sisi lapangan.

Sebelum meninggalkan Dira, Marvin mengusap kepala perempuan itu sehingga membuat orang-orang menatap ke arah mereka. "Temenin gue latihan sampe istirahat selesai ya."

Tanpa sadar, Dira mengangguk pelan. Entah kenapa, ucapan Marvin tidak bisa dia tolak. Mungkin karena tatapan pria itu yang terlalu membekas sehingga membuat Dira tidak bisa menolaknya.

Selama Marvin latihan, Dira hanya memperhatikannya sembari memakan roti yang perempuan itu beli sebelumnya. Beberapa kali, Marvin memasukkan bola ke dalam ring sehingga membuat orang-orang yang menonton latihan tersebut bersorak dan membuat Dira terkejut.

"Marvin!" sorak mereka bersamaan. Karena suara orang-orang yang mendukung Marvin begitu ramai, Dira sampai tersedak roti yang dia makan.

Beberapa kali, Dira memukul dadanya yang terasa sesak. Marvin yang melihat hal itu langsung berlari ke arahnya. Pria itu berlutut di hadapan Dira yang terlihat begitu pucat. "Lo nggak pa-pa?"

Dira menggeleng pelan, namun terus memukul dadanya.

"Ayo ke UKS," ajak Marvin yang lagi-lagi di jawab gelebgan oleh Dira.

"Nggak, Kak. Aku nggak pa-pa," jawab Dira terbatas.

Tidak menerima penolakan, Marvin langsung menggendong Dira dan membawa perempuan itu ke UKS sekolah.

Sesampai di sana, Marvin memberitahu keadaan Dira pada dokter yang menjaga. "Dia kayanya tersedak deh, Dok," ucap Marvin setelah membaringkan tubuh Dira ke atas kasur UKS.

"Ya udah, biar saya cek ya. Kamu tunggu di luar."

Sesuai perintah, Marvin keluar dari ruang UKS. Dia cukup khawatir dengan keadaan Dira. Namun, tidak ada yang bisa dia lakukan sekarang selain berdoa agar keadaan Dira cepat membaik.

Tak lama kemudian, Dokter yang menangani Dira membuka pintu UKS dan membiarkan Marvin masuk ke dalam.

Saat masuk, mata Marvin melihat Dira tengah tidur dengan wajah yang sedikit pucat. Lebih baik dari sebelumnya. Namun, masih tetap tidak sesegar biasanya.

"Jadi, gimana keadaan Dira?" tanya Marvin dengan cepat.

Dokter Sasa yang menangani Dira kemudian tersenyum kecil melihat Marvin yang begitu khawatir pada Dira. "Aman kok, dia udah nggak pa-pa. Tapi, kayanya dia harus istirahat dulu di sini. Kamu bisa kan izin ke kelas dia?"

"Bisa kok, Dok."

"Ya udah kalau gitu, saya tinggal ya."

"Iya, Dok."

***

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • aiana

    seru ni, menatikan playboy kena karma. wkakakka

    ada yang tulisannya Dio dan Deo,
    mau berteman dan saling support denganku?

    Comment on chapter Chapter 1
Similar Tags
Because I Love You
992      620     2     
Romance
The Ocean Cafe napak ramai seperti biasanya. Tempat itu selalu dijadikan tongkrongan oleh para muda mudi untuk melepas lelah atau bahkan untuk menghabiskan waktu bersama sang kekasih. Termasuk pasangan yang sudah duduk saling berhadapan selama lima belas menit disana, namun tak satupun membuka suara. Hingga kemudian seorang lelaki dari pasangan itu memulai pembicaraan sepuluh menit kemudian. "K...
THROUGH YOU
1323      838     14     
Short Story
Sometimes beautiful things are not seen; but felt.
CEO VS DOKTER
244      203     0     
Romance
ketika sebuah pertemuan yang tidak diinginkan terjadi dan terus terulang hingga membuat pertemuan itu di rindukan. dua manusia dengan jenis dan profesi yang berbeda di satukan oleh sebuah pertemuan. akan kah pertemuan itu membawa sebuah kisah indah untuk mereka berdua ?
Untuk Reina
24690      3726     30     
Romance
Reina Fillosa dicap sebagai pembawa sial atas kematian orang-orang terdekatnya. Kejadian tak sengaja di toilet sekolah mempertemukan Reina dengan Riga. Seseorang yang meyakinkan Reina bahwa gadis itu bukan pembawa sial. Bagaimana jika sesuatu yang buruk terjadi pada Riga?
Asa
4402      1311     6     
Romance
"Tentang harapan, rasa nyaman, dan perpisahan." Saffa Keenan Aleyski, gadis yang tengah mencari kebahagiaannya sendiri, cinta pertama telah di hancurkan ayahnya sendiri. Di cerita inilah Saffa mencari cinta barunya, bertemu dengan seorang Adrian Yazid Alindra, lelaki paling sempurna dimatanya. Saffa dengan mudahnya menjatuhkan hatinya ke lubang tanpa dasar yang diciptakan oleh Adrian...
Love Dribble
10203      1933     7     
Romance
"Ketika cinta bersemi di kala ketidakmungkinan". by. @Mella3710 "Jangan tinggalin gue lagi... gue capek ditinggalin terus. Ah, tapi, sama aja ya? Lo juga ninggalin gue ternyata..." -Clairetta. "Maaf, gue gak bisa jaga janji gue. Tapi, lo jangan tinggalin gue ya? Gue butuh lo..." -Gio. Ini kisah tentang cinta yang bertumbuh di tengah kemustahilan untuk mewuj...
Listen To My HeartBeat
520      319     1     
True Story
Perlahan kaki ku melangkah dilorong-lorong rumah sakit yang sunyi, hingga aku menuju ruangan ICU yang asing. Satu persatu ku lihat pasien dengan banyaknya alat yang terpasang. Semua tertidur pulas, hanya ada suara tik..tik..tik yang berasal dari mesin ventilator. Mata ku tertuju pada pasien bayi berkisar 7-10 bulan, ia tak berdaya yang dipandangi oleh sang ayah. Yap.. pasien-pasien yang baru saja...
Cinta untuk Yasmine
2063      902     17     
Romance
Yasmine sama sekali tidak menyangka kehidupannya akan jungkir balik dalam waktu setengah jam. Ia yang seharusnya menjadi saksi pernikahan sang kakak justru berakhir menjadi mempelai perempuan. Itu semua terjadi karena Elea memilih untuk kabur di hari bahagianya bersama Adam. Impian membangun rumah tangga penuh cinta pun harus kandas. Laki-laki yang seharusnya menjadi kakak ipar, kini telah sah...
Smitten With You
8860      2232     10     
Romance
He loved her in discreet… But she’s tired of deceit… They have been best friends since grade school, and never parted ways ever since. Everything appears A-OK from the outside, the two are contended and secure with each other. But it is not as apparent in truth; all is not okay-At least for the boy. He’s been obscuring a hefty secret. But, she’s all but secrets with him.
Golden Cage
477      273     6     
Romance
Kim Yoora, seorang gadis cantik yang merupakan anak bungsu dari pemilik restaurant terkenal di negeri ginseng Korea, baru saja lolos dari kematian yang mengancamnya. Entah keberuntungan atau justru kesialan yang menimpa Yoora setelah di selamatkan oleh seseorang yang menurutnya adalah Psycopath bermulut manis dengan nama Kafa Almi Xavier. Pria itu memang cocok untuk di panggil sebagai Psychopath...