Loading...
Logo TinLit
Read Story - Si 'Pemain' Basket
MENU
About Us  

Dengan napas tersenggal, Dira akhirnya sampai di rumah. Jaraknya memang tidak terlalu jauh dari minimarket tempat dia berteduh tadi, walau begitu dia cukup kelelahan karena mencoba kabur dari Marvin.

"Kamu kenapa, Nak?" tanya Fani, Ibu Dira yang baru saja keluar dari dapur. Dia melihat Dira tengah duduk menyandar di sofa ruang keluarga dengan wajah yang sedikit memucat.

Dira menggeleng pelan karena tidak mau ibunya khawatir, "nggak, aku nggak pa-pa kok, Bu."

"Kamu yakin?" tanya Fani lagi, dia hanya mau memastikan ucapan putrinya itu.

"Iya, aku nggak pa-pa kok, Bu."

"Ya udah, kalau gitu kamu langsung mandi gih terus pergi ke dapur, ambil piring buat makan malam."

"Iya, Bu."

Walau tenaganya sudah terkuras habis, Dira tetap harus melakukan apa yang ibunya suruh. Dia langsung masuk ke dalam kamar, mandi juga berganti baju. Semua itu dia lakukan dengan waktu yang singkat karena harus membantu ibunya.

Di ruang keluarga yang juga dijadikan ruang tamu, semua anggota keluarga Dira sudah berkumpul. Ada Ayah, Ibu, dan kedua adik Dira yang sudah siap untuk makan bersamanya.

Piring yang dibawa Dira langsung perempuan itu taruh tepat di tengah lingkaran yang keluarganya buat. Dira yang duduk tepat di sisi sang ayah kemudian membantu menuangkan air untuk sang ayah minum. "Nih minum buat Ayah," ucap Dira dengan semangat.

"Makasih ya, Nak," balas Adil, Ayah Dira sembari mengusap rambut putrinya dengan lembut.

Keluarga Dira makan dengan hikmat sembari asyik berbincang, makanan yang dihidangkan bukan makanan mewah, hanya makanan sederhana yang terdiri dari ikan goreng, sayur juga beberapa gorengan yang biasa kepala keluarga bawa setelah pulang bekerja.

Gorengan tersebut berasal dari tempat dia bekerja, sisa makan siang teman-teman sekantornya. Daripada dibuang, lebih baik Adil bawa pulang ke rumah dan menjadi hidangan wajib keluarga mereka.

"Hmm, gimana sekolah kamu, Nak?" tanya Adil pada Dira di tengah kegiatan mereka makan.

Pertanyaan itu kemudian membuat Dira berhenti makan sejenak, "baik kok, Yah. Nggak ada masalah."

"Syukurlah. Semoga aman sampai lulus ya."

"Amin."

Adil menanyakan tentang sekolah pada Dira bukan tanpa alasan, mereka berasal dari keluarga sederhana dan Dira sekarang bersekolah di sekolah yang cukup elit karena kepandaiannya. Dia cukup takut anaknya mendapat intimidasi karena berasal dari keluarga sederhana.

"Oh iya, gimana dengan beasiswa yang kamu ajuin?" tanya Adil lagi. Sebenarnya, dia masih bisa membiayai sang anak untuk terus bersekolah di tempat tersebut. Namun saat masuk, Dira sudah mengajukan beasiswa dan uangnya cukup besar untuk putrinya itu gunakan.

"Masih belum tau sih, Yah. Belum ada informasi tentang itu," jawab Dira singkat yang membuat Adil mengangguk pelan.

"Oh gitu. Ya, semoga aja bisa lolos ya."

"Iya, Yah. Amin."

Sebagai anak perempuan satu-satunya di rumah, Dira membantu ibunya setelah selesai makan malam. Dia mencuci piring yang sudah keluarganya gunakan dan Fani bertugas untuk menatapnya di rak piring.

Mereka melakukannya sembari berbincang banyak hal sehingga pekerjaan tersebut terasa ringan juga selesai dengan cepat.

"Akhirnya selesai juga ya, Bu," ucap Dira sembari mengeringkan tangannya dengan lap yang tergantung di sisi kulkas.

"Iya. Kamu langsung tidur aja ya, Nak. Sudah malam soalnya."

Dira mengangguk pelan setelah mendengar perintah ibunya. Waktu memang sudah menunjukkan pukul sembilan malam dan dia harus segera beristirahat. "Iya, Bu. Ibu juga istirahat ya habis ini. Aku ke kamar dulu."

"Iya, Nak."

Di tengah perjalanan menuju kamar, Dira menyempatkan diri untuk menemui kedua adik kembarnya di kamar mereka. "Loh, belum pada tidur?" tanya Dira pada kedua adiknya yang asyik mengerjakan sesuatu di atas kasur.

"Iya nih, Kak. Kita masih ngerjain tugas," jelas salah satu adik kembar Dira yang bernama Yoga.

Penasaran dengan apa yang kedua adiknya kerjakan, Dira mendekat dan duduk di sisi kasur mereka. "Mau Kakak bantu?" tanya Dira menawarkan diri.

"Nggak usah, Kak. Kami bisa kok," tolak Yogi dengan halus. Dia tidak mau merepotkan kakaknya. Ya walaupun jika tugasnya lebih susah dia harus meminta sang kakak untuk membantu mereka.

"Oh gitu. Kalau udah selesai langsung tidur ya. Kakak ke kamar dulu," ucap Dira sebelum pergi dari kamar Yoga dan Yogi.

Di kamar, Dira langsung menidurkan tubuhnya yang terasa letih. Sayangnya, dia tidak bisa langsung beristirahat karena harus mempersiapkan buku sekolah untuk dia bawa besok juga menyetrika pakaian sekolahnya.

Semua itu dia kerjakan dengan rasa kantuk yang terus menyerang. Beberapa kali, Dira menguap. Matanya juga mulai tak sanggup terbuka lebar. "Duh, aku ngantuk banget," cicitnya pelan sebelum kembali menguap.

Setelah selesai menyetrika, Dira menggantung pakaian sekolahnya di belakang pintu kamar dan bergegas tidur. Jika terus menahannya, mungkin dia akan tertidur di lantai karena tak sanggup lagi.

Keesokan harinya, Dira pergi ke sekolah seperti biasanya. Sesampai di kelas, perempuan itu langsung duduk di kursinya dengan tenang sembari menunggu guru yang mengajar datang.

Tak lama kemudian, seorang guru datang dan memulai kelas. Dira mengikuti kelas dengan baik sehingga apa yang tengah diajarkan mudah untuk perempuan itu pahami.

"Kelas pagi ini sampai di sini ya," ucap guru yang mengajar sembari merapikan beberapa buku yang sebelumnya dia bawa. "Adira Benita, ikut saya ke ruang guru ya," lanjut guru itu sebelum keluar dari kelas.

Dira yang dipanggil namanya menjadi bingung. Namun, perempuan itu langsung mengikuti sang guru tanpa peduli apa yang akan terjadi nantinya.

Di ruang guru, Dira berdiri di hadapan guru yang memanggilnya. Ayu, nama guru tersebut, tengah sibuk dengan laptop di hadapannya. Melupakan Dira yang masih setia berdiri di hadapannya.

Tidak mau menggangu, Dira memutuskan untuk tetap diam menunggu Ayu berbicara padanya walau kaki perempuan itu sudah cukup lelah untuk berdiri.

"Eh, kamu sudah lama berdiri?" tanya Ayu setelah menyadari bahwa Dira sudah ada di hadapannya.

"Nggak kok, Bu. Baru aja."

"Ya udah, silakan duduk."

Dira akhirnya bisa bernapas lega setelah mendapat perintah untuk duduk, setidaknya dia tidak perlu berdiri lagi untuk menunggu urusannya dengan Ayu selesai.

"Jadi gini, saya disuruh kasih tau kamu tentang beasiswa yang sudah kamu ajuin beberapa bulan yang lalu sebelum setelah masuk sekolah."

"Oh iya, Bu. Gimana kelanjutannya?"

"Beasiswa kamu keterima."

Mata Dira membulat sempurna setelah mendengar ucapan Ayu. Dia tidak menyangka bahwa beasiswa yang dia ajukan akan lolos karena beasiswa tersebut cukup susah untuk diperoleh.

"Beneran, Bu?" tanya Dira memastikan, dia takut Ayu mengerjainya apalagi setelah dia merasa benar-benar bahagia.

"Beneran kok, uang beasiswa akan cair mulai bulan depan sampai kamu lulus."

Mendengar jawaban Ayu, Dira sudah bersiap untuk teriak. Namun, wali kelasnya itu kembali berbicara sehingga menahan apa yang dia akan lakukan.

"Tapi inget, kamu harus mempertahankan nilai kamu."

"Iya, Bu. Siap. Makasih ya, Bu."

***

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • aiana

    seru ni, menatikan playboy kena karma. wkakakka

    ada yang tulisannya Dio dan Deo,
    mau berteman dan saling support denganku?

    Comment on chapter Chapter 1
Similar Tags
A Ghost Diary
5402      1758     4     
Fantasy
Damar tidak mengerti, apakah ini kutukan atau kesialan yang sedang menimpa hidupnya. Bagaimana tidak, hari-harinya yang memang berantakan menjadi semakin berantakan hanya karena sebuah buku diary. Semua bermula pada suatu hari, Damar mendapat hukuman dari Pak Rizal untuk membersihkan gudang sekolah. Tanpa sengaja, Damar menemukan sebuah buku diary di tumpukkan buku-buku bekas dalam gudang. Haru...
Snow
3152      1043     3     
Romance
Kenangan itu tidak akan pernah terlupakan
PUBER
2155      905     1     
Romance
Putri, murid pindahan yang masih duduk di kelas 2 SMP. Kisah cinta dan kehidupan remaja yang baru memasuki jiwa gadis polos itu. Pertemanan, Perasaan yang bercampur aduk dalam hal cinta, serba - serbi kehidupan dan pilihan hatinya yang baru dituliskan dalam pengalaman barunya. Pengalaman yang akan membekas dan menjadikan pelajaran berharga untuknya. "Sejak lahir kita semua sudah punya ras...
Transformers
296      248     0     
Romance
Berubah untuk menjadi yang terbaik di mata orang tercinta, atau menjadi yang selamat dari berbagai masalah?
Rindumu Terbalas, Aisha
539      374     0     
Short Story
Bulan menggantung pada malam yang tak pernah sama. Dihiasi tempelan gemerlap bintang. Harusnya Aisha terus melukis rindu untuk yang dirindunya. Tapi kenapa Aisha terdiam, menutup gerbang kelopak matanya. Air mata Aisha mengerahkan pasukan untuk mendobrak gerbang kelopak mata.
fall
4583      1366     3     
Romance
Renata bertemu dua saudara kembar yang mampu memporak-porandakan hidupnya. yang satu hangat dengan segala sikap manis yang amat dirindukan Renata dalam hidupnya. satu lagi, dingin dengan segudang perhatian yang tidak pernah Renata ketahui. dan dia Juga yang selalu bisa menangkap renata ketika jatuh. apakah ia akan selamanya mendekap Renata kapanpun ia akan jatuh?
The Presidents Savior
9650      2111     16     
Action
Semua remaja berbahaya! Namun bahaya yang sering mereka hadapi berputar di masalah membuat onar di sekolah, masuk perkumpulan tidak jelas yang sok keren atau berkelahi dengan sesama remaja lainnya demi merebutkan cinta monyet. Bahaya yang Diana hadapi tentu berbeda karena ia bukan sembarang remaja. Karena ia adalah putri tunggal presiden dan Diana akan menjaga nama baik ayahnya, meskipun seten...
Diskusi Rasa
1127      664     3     
Short Story
Setiap orang berhak merindu. Tetapi jangan sampai kau merindu pada orang yang salah.
Pemeran Utama Dzul
390      260     4     
Short Story
Siapa pemeran utama dalam kisahmu? Bagiku dia adalah "Dzul" -Dayu-
Premium
Cinta Dalam Dilema
37891      4674     0     
Romance
Sebagai anak bungsu, Asti (17) semestinya menjadi pusat perhatian dan kasih sayang ayah-bunda. Tapi tidak, Asti harus mengalah pada Tina (20) kakaknya. Segala bentuk perhatian dan kasih sayang orang tuanya justru lebih banyak tercurah pada Tina. Hal ini terjadi karena sejak kecil Tina sering sakit-sakitan. Berkali-kali masuk rumah sakit. Kenyataan ini menjadikan kedua orang tuanya selalu mencemas...