Suasana gedung olahraga Sekolah Panjar Bakti berubah meriah setelah kapten tim basket mereka yang bernama Marvin kembali mencetak angka untuk timnya. Pria dengan rambut comma hair itu berlari ke arah teman-temannya dan langsung melakukan selebrasi setelah dinyatakan menang dalam pertandingan antar sekolah.
Tidak hanya satu atau dua siswi yang berteriak memanggil nama Marvin, tetapi nyaris semua penonton yang ada memanggil nama pria tampan itu. "Marvin!"
Dengan senyuman manis, Marvin melambaikan tangan 'bak' artis yang sedang naik daun ke arah penonton. Bukan hanya siswa/i sekolahnya yang menonton pertandingan kali ini. Melainkan ada siswa/i sekolah lawan yang juga ikut menonton.
Karena terlalu asyik melakukan 'jumpa fans'. Marvin sampai tak menyadari bahwa kini hanya tinggal dia yang masih berada di pinggir lapangan, teman-teman se-timnya sudah berdiri sejajar di tengah lapangan.
Dengan cepat Marvin ikut bergabung dan berdiri tepat di tengah barisan tersebut guna menerima piala kemenangan untuk tim basketnya.
Sebelum membubarkan diri, Marvin dan timnya melakukan foto bersama. Tak lupa, dia juga saling bersalaman dengan tim lawan yang dia kalahkan dalam pertandingan kali ini.
"Sorry ya, bro," ucap Marvin dengan nada bercanda pada kapten tim lawan yang dia kenal dengan nama Gani.
"Ngapain minta maaf? Santai aja, namanya juga pertandingan pasti ada yang menang, ada yang kalah. Btw, selamat ya."
"Thank you, bro."
Marvin sudah kehabisan tenaga setelah pertandingan yang memakan waktu hampir dua jam itu. Saat dia baru saja ingin pergi ke ruang ganti, tiba-tiba ada beberapa perempuan datang menghampirinya.
"Hai, Kak Marvin," sapa salah satu perempuan itu dengan semu di wajah mungilnya.
Sebelum menjawab, Marvin menatap para perempuan itu dari bawah hingga atas. Salah satu alis pria itu terangkat setelah menyadari bahwa perempuan di hadapannya bukan berasal dari sekolah yang sama dengannya karena seragam mereka berbeda.
"Hai, ada apa ya?" tanya Marvin lembut yang langsung membuat perempuan di hadapannya, menyodorkan sebuah paper bag berwarna pink.
"Ini buat Kakak," ucap perempuan itu lagi dengan wajah tertunduk malu.
Dengan ragu, Marvin menerima paper bag tersebut. Namun, belum sempat dia mengucapkan terima kasih. Perempuan yang tidak dia ketahui namanya itu, berlari meninggalkan Marvin. Aneh banget sih.
Karena ingin menghargai pemberian perempuan tadi, Marvin membawa masuk paper bag berwarna pink itu ke dalam ruang ganti.
Saat sudah di dalam, salah satu teman Marvin yang bernama Dion langsung merampas paper bag yang pria itu bawa. Karena tarikan Dion yang cukup kuat, paper bag itu terbuka dan keduanya dapat melihat isi di dalamnya dengan jelas.
"Wah, kali ini lo dapet kue. Gue makan ya."
Tanpa menunggu jawaban Marvin, Dion mulai memakan kue coklat pemberian salah satu penggemar temannya itu.
Setiap hari, ada saja bingkisan yang Marvin terima dan kebanyakan dari bingkisan tersebut adalah makanan. Marvin yang tidak terlalu suka dengan makanan-makanan yang dia dapat, memilih untuk memberi bingkisan itu pada teman-temannya termasuk kepada Dion, sahabatnya yang bertubuh sedikit gempal.
Meninggalkan Dion yang tengah sibuk makan, Marvin memutuskan untuk mandi. Tubuhnya sangat berkeringat dan terasa kurang nyaman.
Setelah masuk ke salah satu bilik kamar mandi, tiba-tiba terdengar suara dari bilik sebelah. "Mangsa lo lagi?" tanya orang itu yang malah membuat Marvin tersenyum licik.
"Bukan urusan lo," sanggah Marvin dengan cepat. Pria itu tau siapa yang berada di sebelah biliknya. Roy, nama pria itu, dia adalah teman satu tim Marvin. Bisa dibilang bahwa Roy adalah saingan terberat Marvin dalam permainan basket. Untungnya, Marvin bisa menjadi kapten tim basket tahun ini setelah mengalahkan Roy pada tes fisik.
"Gue kasian sama mangsa lo, abis lo pake, malah lo tinggalin gitu aja. Hati-hati kena karma lo!"
Setelah puas berbicara seperti itu, Roy segera keluar dari biliknya tanpa rasa bersalah.
Di sisi lain, ucapan Roy yang benar adanya membuat Marvin sangat kesal. Dengan cepat pria itu menyelesaikan kegiatan mandinya dan langsung keluar. Dion yang masih berada di tempatnya kemudian merasa bingung dengan sikap temannya itu yang langsung pergi tanpa mempedulikan lagi kehadirannya.
Karena merasa ada yang tidak beres, Dion mengejar Marvin hingga sampai ke parkiran. "Eh, lo mau kemana? Kita kan mau makan-makan."
Marvin tidak langsung menjawab ucapan Dion dan malah menaiki motor sport miliknya. "Gue mau balik," jawab Marvin singkat sembari menjalankan motornya dengan kecepatan tinggi.
"Nggak asyik banget sih lo!" teriak Dion setelah motor Marvin semakin jauh meninggalkannya.
Di tengah perjalanan, tiba-tiba saja hujan turun. Marvin segera memarkirkan motornya di depan sebuah minimarket guna berteduh menghindari hujan.
Di depan minimarket tersebut, ada beberapa orang yang juga ikut berteduh sama seperti yang Marvin lakukan. Sejak dulu, pria itu tidak memiliki jas hujan. Lebih tepatnya, malas untuk membeli barang tersebut walau harganya tidak seberapa.
Biasanya, Marvin akan memilih untuk kehujanan bersama dengan motornya. Namun mengingat dia baru saja mandi, pria itu memutuskan untuk berteduh saja hingga nantinya langit sedikit cerah.
Saat tengah menunggu, beberapa orang kembali datang dan memenuhi depan minimarket tersebut. Marvin yang kurang menyukai kondisi seperti itu ingin masuk ke dalam minimarket. Namun, matanya menangkap sosok perempuan yang mengenakan baju sekolah seperti yang dia gunakan juga.
Perempuan itu berlari mendekat ke arah minimarket dengan wajah tertunduk. Setelah menyadari tempat itu cukup ramai, langkahnya terhenti dan membuat air hujan membasahi tubuhnya padahal kepalanya sudah dia tutupi dengan tas sekolah.
Entah apa yang dipikirkan Marvin sekarang, karena dia tiba-tiba saja menarik tangan perempuan itu dan membiarkannya berdiri di hadapan Marvin.
Bukan hanya Marvin yang terkejut akan sikapnya. Namun, perempuan di hadapannya juga merasakan hal yang sama. Apalagi setelah dia merasa hembusan napas Marvin yang sedikit menggelitik di telinganya.
Perempuan bernama Dira itu kemudian mencoba untuk menjauhi Marvin. Namun, pria di belakangnya langsung menahan pergerakan perempuan tersebut. Jangan bergerak.
Layaknya perintah yang tidak terelakkan, Dira kembali terdiam sembari menatap air hujan yang terus turun tanpa henti.
Di sisi keduanya, orang-orang yang menunggu hujan reda asyik berbincang. Namun, mereka malah membuat suasana canggung mereka sendiri.
Langit perlahan menggelap, diikuti dengan berhentinya hujan. Beberapa orang sudah mulai pergi dari minimarket tersebut dan meninggalkan Marvin bersama dengan Dira yang masih terdiam bersama.
"Maaf, aku mau balik," cicit Dira dengan pelan tanpa berani menoleh ke belakang.
Di belakang, Marvin menghirup aroma rambut Dira yang begitu menggoda sehingga tidak menyadari bahwa perempuan itu tengah berbicara padanya.
Karena tak kunjung mendapat jawaban, Dira mencoba untuk pergi dan seperti sebelumnya. Langkah perempuan itu dihentikan oleh tangan Marvin yang menarik dari belakang.
"Biar gue anter."
Perlahan, Dira menoleh ke arah Marvin dan terkejutnya dia saat menatap wajah pria itu. Kak Marvin.
Dira mencoba untuk melepaskan cengkeraman tangan Marvin di pergelangan tangannya
"Aku bisa balik sendiri kok."
"Tapi, bentar lagi udah gelap. Gue takut lo kenapa-kenapa. Biar gue anterin."
Marvin terus mencoba untuk membuat Dira pergi bersamanya. Sayangnya, perempuan itu mengenal Marvin walau hanya sebatas dia seorang playboy.
Aku nggak boleh jadi korban dia selanjutnya!
Itulah kalimat yang terlintas di benak Dira saat ini. Walau tidak tau pasti dengan kebenaran gosip tersebut, Dira tetap tidak ingin menjadi korban Marvin yang sebenarnya adalah kakak kelasnya.
"Nggak, aku bisa pulang sendiri," tolak Dira lagi yang malah membuat cengkeraman di pergelangan tangannya mengerat.
Mata keduanya bertemu dan Dira menyadari bahwa Marvin tengah marah padanya. Terlihat dari tatapannya yang semakin tajam.
"Gue nggak nerima penolakan!" Marvin membawa Dira ke arah motornya terparkir.
Setelah naik ke atas motor, Marvin menunggu Dira untuk naik juga. Sayangnya, perempuan itu terlalu pintar untuk masuk ke dalam permainan Marvin dan memutuskan untuk kabur dengan cara berlari sekuat tenaga.
***
seru ni, menatikan playboy kena karma. wkakakka
Comment on chapter Chapter 1ada yang tulisannya Dio dan Deo,
mau berteman dan saling support denganku?