Di saat murid lain sedang bersuka cita di pinggir lapangan, karena hari itu di sekolah sedang diadakan pekan olahraga sekolah, Kirana lebih memilih untuk menetap di dalam perpustakaan. Dia sudah berniat akan menyelesaikan urusannya dengan buku harian Ayyana. Dia sudah sangat penasaran, kisah seru dan menarik apalagi yang akan dia dapatkan dari buku itu.
Seperti biasa, kursi dipojokkan perpustakaan selalu menjadi pilihannya. Tempatnya tidak terlalu tersorot oleh sinar mentari, menjadikan suasananya amat sejuk dan sangat cocok untuk membaca sambil bersantai.
Kirana mulai membuka lembaran-lembaran terakhir yang sudah dia tandai dengan pembatas buku. Tapi dia agak terdiam beberapa detik saat melihat tulisan itu. Dia sudah bisa menebak, kalau tulisan di lembar itu bukanlah tulisan yang biasa dia lihat sebelum-sebelumnya. Dia sangat yakin itu bukan tulisan Mamanya.
Lalu, tulisan siapa itu?
***
Hallo, saya Kaishar. Suami Ayyana sekaligus ayah dari anak kami yang dua minggu lalu baru saja terlahir ke dunia ini dengan selamat, sehat walafiat. Alhamdullilah
Kirana tersenyum. Akhirmya dia sudah tahu kalau itu tulisan Papanya bahkan saat dia baru menyelesaikan satu paragraf bacaan dalam tulisan itu.
Berhubung Ayyana menitipkan buku kesayangannya ini pada saya, saya jadi tergerak untuk menulis di sini walaupun saya tak punya bakat menulis sedikitpun. Tapi entahlah, saya rasa saya juga harus menulis di sini. Berhubung kata Ayyana, dia akan memberikan buku ini untuk anak kami nanti. Semoga kamu tidak marah ya sayang.
Kirana kembali tersenyum sambil geleng-geleng kepala.
Awal mula saya bertemu dengan gadis cantik bermata coklat itu, mungkin kalian sudah tahu kan? Jujur, saya sudah jatuh cinta pada dia pada pertama kali kami bertemu. Dan saya sangat yakin, Ayyana bahkan tak mengetahui soal ini.
Perasaan cinta yang menggebu itu harus saya tahan saat tahu dari Papa, kalau ternyata Ayyana sudah mempunyai pacar bahkan sejak dia duduk di bangku SMA. Saya semakin tergerak mundur untuk mendapatkan Ayyana, saat saya tahu kalau Reyhan, yang tak lain adalah sahabat lama saya ternyata pacarnya.
Hari demi hari saya lalui dengan sebuah perasaan semu dan harapan kosong. Senyumannya selalu mampu meluluh-lantahkan pondasi hati saya yang selalu menolak untuk berhenti mencintainya.
Suatu ketika, saya mendengar problematika kisah cinta mereka yang rumit sekali. Dan itu ditenggarai oleh Pak Aiman, Papanya Reyhan! Hati saya ikutan hancur. Saya hanya bisa menghela napas sesak. Saya sangat bisa merasakan bagaimana perihnya perasaan mereka berdua. Saya ingin bisa membantu tapi saya tahu saya tak bisa berbuat banyak selain terus mendukung mereka walau dari samping.
Lalu Papa sakit. Hampir setiap hari saya mengunjungi beliau untuk memastikan keadaannya. Sampai beliau mengatakan satu hal yang membuat hati saya bagai teriris oleh sembilu. Ngilu
Wow spechless
Comment on chapter Bab 6 : Bagian 1