Loading...
Logo TinLit
Read Story - Buku Harian Ayyana
MENU
About Us  

Setelah tiga hari berlalu, akhirnya Papa pulang! Dan Papa sudah nampak bugar seperti sedia kala. Syukurlah Papa sudah baik-baik saja sekarang.

             Kirana tersenyum lega melihat tulisan lainnya yang tercatat dalam buku harian.

             Ibu juga sudah kembali sibuk dengan aktivitasnya dengan bahan-bahan kue. Dan kali ini, katanya Ibu mau mencoba resep baru. Aku sungguh antusias ingin ikut membantu. Lalu kalian tahu apa yang tiba-tiba muncul dalam pikiranku saat sedang mengolah adonan-adonan kue itu?

             Kening Kirana mengkerut, seakan penasaran apa yang akan sang Mama tulis selanjutnya.

             Aku malah kepikiran cowok gila itu! Aneh kan ya?

***

Jurnal Ayyana.

            Aku tiba-tiba terdiam untuk beberapa detik kala sedang mengaduk adonan kue itu dengan spatula plastik berwarna merah jambu. Entahlah, kenapa bayangan orang itu tiba-tiba saja melintas dalam otakku. Aku buru-buru menyanggah dan melupakan dia. Lalu kembali fokus pada adonan kue. Tapi sayangnya, aku keburu kepergok sama Ibu karena sempat melamun.

            “Kalau adonannya kamu diamkan tadi lebih lama lagi, kue Ibu pasti gagal, Ayy.” Ucap Ibu dengan mata mendelik namun senyum jelas sekali terpancar di bibirnya.

            “Eh. Maaf, chef. Gak sengaja. He he he,” kataku sedikit malu karena ketahuan.

            “Tuan putri Ibu ini lagi mikiran apa sih? Kok tiba-tiba melamun?”

             Aku menggeleng kecil. “Aku gak apa-apa.” kataku meyakinkan. Dan Ibu tak lagi menanyaiku. Walaupun sepertinya Ibu tak begitu percaya dengan apa yang aku ucapkan tadi.

            Aku menghela napas berat.

            “Bu, boleh gak, kalau nanti hasil dari resep baru ini, aku bawa beberapa?” tanyaku pada Ibu, walaupun agak ragu juga sih. Dan kenapa juga coba aku harus mengatakan itu?

            Ibu melirik kepadaku. Lalu tersenyum. “Boleh. Sekalian titip makasih sama dia ya.” Kata Ibu.

            Aku tak mengerti dengan maksud Ibu. Pada siapa aku harus menyampaikan pesan terimakasih Ibu itu? Apa yang sedang Ibuku bicarakan sih?

            “Sampaikan makasih Ibu sama cowok yang anterin kamu waktu itu! Jelas?” oke aku mengerti, kali ini Ibu sedang berusaha menggodaku. Dan aku menyerah, bagaimana bisa Ibu bisa tahu kalau aku berniat akan memberikan kue ini pada Reyhan? God! Untuk kalian jangan pernah mencoba untuk mengelabui  Ibu kalian, itu tak akan berhasil dengan mudah! Percayalah padaku.

            “Jadi siapa dia? Gebetan atau .... pacar?”

            “Ih Ibu apaan sih? Aku gak ngerti!” Wajahku bisa dipastikan sudah memerah tak karuan.

            “Tapi kalau udah pelukan sih, kayanya calon menantu Ibu ya itu.”

            “Iih Ibu! Rese!” bibirku mengerucut. Namun aku mati kutu tak bisa membalas segala ucapan Ibu tentang hubunganku dan Reyhan. Padahalkan aku dan Reyhan bukan siapa-siapa. Kita tak ada hubungan yang spesial. Tapi kenapa rasanya bahagia saat Ibu menyebutnya dengan sebutan ‘calon menantu’? Ah! Jangan gila kau, Ayyana!

***

Rey, lo di mana? Sibuk?

            Begitulah isi pesan singkat yang aku kirimkan pada Reyhan kala jam istirahat sekolah sedang berlangsung. Di tanganku sudah ada satu kotak kue yang kemarin baru saja aku dan Ibu bikin. Ini adalah resep baru kepunyaan Ibu.

            Namun, Reyhan tak juga membalas pesanku bahkan untuk beberapa menit kemudian. Aku menghela napas panjang. Sial! Kenapa juga aku begitu berharap? Kenapa juga aku merasa kecewa Reyhan tak juga membalas pesanku?

            Aku menyerah! Kotak kue yang dari tadi aku pegang, aku simpan kembali di atas mejaku. Lalu aku hanya bisa bermalas-malasan saja di ruang kelas. Pipi kananku ku tempelkan ke meja, sehingga kali ini aku hanya bisa melihat arah tembok yang memang ada di sampingku.

            Isyana beberapa kali menggangguku dengan mencoba mengajakku ke kantin. Tapi aku menolak! Tentu saja karena rasanya sangat tidak bergairah.

            “Ayy!” Isyana terus mencolek-colek bahuku, merengek minta di antar.

            “Hem.” Kataku malas.

            “Ayolah, ke kantin. Laper nih!”

            “Ogah! Males gue!”

            “Elah, Ayy! Temenin gue atuh,

            “Sendiri aja, Sya. Benerannya gue lagi males,” ucapku tanpa melirik sedikitpun ke arah Isyana.

            “Huh!” dia menggerutu kesal. “Ya udah. Awas ya kalau nanti lo minta jajanan gue! Bye,” dan suara rengekan Isyana pun tak lagi terdengar di telingaku. Syukurlah!

            Setelah itu, aku kembali memikirkan si cowok gila itu! Ah, aku semakin kesal saja. Kenapa nama Reyhan terus saja melintas di otakku? Kenapa rasa cemas ini terus menghantuiku? Kenapa aku bolak balik menengok ponselku yang sudah bisa dipastikan tak ada notif satupun yang masuk?

            Tak berapa lama. Bahuku kembali di colek-colek dengan kasar. Sudah bisa dipastikan itu adalah Isyana! Aku menghela napas berat, kenapa dia balik lagi ke kelas sih? Padahal kan waktu istirahat juga masih lama?

            “Sya, udah gue bilang, gue gak mau ke kantin!” ucapku ketus. Sama seperti tadi, aku bahkan malas untuk sekedar melirik ke arah Isyana dan sudah terlanjur PW dengan posisiku saat ini.

            Tapi Isyana terus saja menggangguku. Beberapa kali, dia juga mencubit-cubit kecil lenganku. Hal itu membuat aku jengkel!

            “Sya, gue kan uda....” ucapanku terhenti seketika kala melihat orang yang sedang berdiri di sisi samping mejaku ternyata bukanlah Isyana, melainkan Reyhan. Dan entah ada energi apa yang melingkupi seluruh ruangan kelasku, seakan-akan oksigen berkurang begitu saja! Aku melongo kaget, lalu bangkit dengan segera dari tempat duduk.

            “Reyhan? Lo ngapain ke kelas gue?”

            Reyhan melihat ke sekitar ruangan kelas ku untuk beberapa saat, lalu kembali melihat padaku.

            “Bukannya lo nyari gue?” kata Reyhan.

            “Gue? Nyariin lo? Ngarang!”

            “Kayanya lo yang ngarang!” ucap Reyhan. “Soalnya lo juga ngirim pesan ini ke gue?” Reyhan menunjukkan ponsel berisi pesan yang masuk ke nomornya. Dan itu beneran pesan dariku. Aku tak bisa lagi mengelak. Aku mati kutu!

            “Jadi lo ada apa?”

            Saat Reyhan mengatakan itu, entah bagaikan sudah di setting atau bagaimana, beberapa temanku yang saat itu juga ada di kelas, malah keluar berbondong-bondong dari kelas meninggalkan aku dan Reyhan hanya berdua saja di ruangan. Dan di saat itu juga, aku mendadak gugup! Suluruh kata-kata seakan terbakar membuat aku tak mampu untuk mengeluarkan kalimat apapun pada Reyhan.

            “Lo?” tangan Reyhan terangkat, lalu menyeka sebelah wajahku. “Kenapa keringetan sih? Gerah? Yuk keluar kelas aja!” kata Reyhan.

            “Eh?” aku terhentak kala melihat tangan Reyhan kini sedang sibuk menyeka bulir-bulir keringat yang tiba-tiba saja jatuh! Ini sangat memalukan! “Ih apaan sih, pake pegang-pegang segala! Gak sopan!” aku langsung menjauhkan tangan Reyhan dari wajahku.

            “Idih! Galak banget sih, bu!” katanya.

            “Nih!” aku langsung mengambil kotak berisi kue itu. Lalu menyerahkannya pada Reyhan. Reyhan agak terheran kala melihat sekotak kue itu berada tepat di depan wajahnya. Dia lalu menurunkan sodoran kotak kue itu dari hadapannya.

            “Buat gue?” katanya.

            “BUKAN! BUAT RADIT!” kataku ketus. “YA BUAT LO, LAH. GIMANA SIH!” sambungku.

            “Buseeetttt. Galak banget deh lo! Dasar. Pas kasiin kue ke Radit aja lo so imut parah. Eh pas kasiin ke gue kok malah serem sih? Ngeri tahu!” kata Reyhan protes.

            “Jadi kenapa lo harus protes? Antara Radit dan lo ya harus beda perlakuan lah. Gimana sih, mau aja di sama-samain!”

            “Emang apanya yang ngebedain gue sama Radit?” tanya Reyhan nampak tak setuju dengan ucapanku tadi. “Pinter? Gue juga pinter! Anak IPA? Sama! Mantan OSIS? Juga sama! Masalah ganteng? Itu mah gantengan gue ke mana-mana!”

            “Preeetttt!” suara itu keluar dari mulutku sebagai tanda ejekan dan tak setuju dengan ucapannya. “Oke kalau lo keukeuh sama pendapat lo. Tapi asal lo tahu aja, ada satu hal yang membedakan lo sama Radit tahu!”

            “Apa coba, gue pengen tahu!”

            “Radit itu, cinta pertama gue. Sedangkan lo kan bukan!”

            Reyhan terdiam tak mengeluarkan kata lagi.

            “Jadi, lo mau terima kue ini apa engga?” kataku kembali menyodorkan kotak kue itu. Dia mengangguk sambil nyengir-nyengir. Sampai-sampai deretan giginya yang rapi kelihatan. Menyilaukan!

            “Itu resep baru Ibu gue kemarin baru kita coba, jadi sorry ya kalau gak enak. Sekalian juga gue mau sampaikan pesan makasih dari Ibu buat lo. Karena lo udah anterin gue ke rumah sakit waktu itu!”

            “Ayy?” Dia melotot bungkam kala mengigit satu potong kue yang ku berikan. Ekspersinya itu membuat aku ketakutan karena bisa saja kan kue nya tak enak.

            “Kenapa? Gak enak ya?” tanyaku cemas.

            “Parah!”

            “Hah?”

            “Enak banget, Ayy!” katanya.

            “Benerannya? Enak?”

            Dia mengangguk sambil menggigit kembali potongan kue yang masih ada di tangannya. “Beneran! Gue suka!”

            “Syukurlah!” ucapku lega.

            “Maksudnya lo!”

            Aku terdiam dan tak mengerti maksud dari perkataannya.

            “Maksudnya gue suka lo!” katanya mengatakan lagi ucapannya yang tadi.

            “A... Apaan sih lo. Jangan ngarang deh, Rey!” aku mengalihkan perhatianku ke sekeliling ruang kelas. Berusaha tak melihat ke arah Reyhan yang sedang berada di hadapanku. Aku mengipas-ngipasi wajahku dengan telapak tangan. Suasana kembali mendadak panas! Perasaanku lagi-lagi berdebar. Sial! Perasaan apa sih ini?

            Reyhan mengangkat tangan kanannya lalu meletakkannya di pangkal kepalaku. Dia mengacak-acak rambutku sambil tersenyum kecil. “Lo gemesin, Ayy!”

            “Heh?!” aku menongok kepadanya yang memang memiliki tubuh yang lebih tinggi dariku.

            “Kata lo yang membedakan gue sama Radit adalah perihal status cinta pertama kan?” ucap Reyhan kepadaku. Aku sama sekali tak merespon itu karena aku lebih sibuk mengendalikan perasaanku sekarang.

            “Kalau gitu... gimana kalau gue jadi cinta terakhirnya lo aja? Gak masalah kalau gue bukan yang pertama, tapi yang terakhir adalah orang yang akan menemani mereka sampai habis usia bukan?”

            Deg!!! Hatiku terhujam bertubi-tubi oleh kata-katanya yang begitu manis itu menurutku. Aku... entahlah aku sedang terserang apa sekarang. Seluruh kakiku rasanya lemas. Tak menapak bumi. Dibawa terbang oleh kata-katanya yang seakan bersayap. Meninggalkan ragaku sendirian. Ah, tolong lah aku!

            “Gue ke kelas dulu! Ucapin makasih gue buat Ibu lo. Byeee.”

            Aku terpana. Kali ini hanya bisa melihat dia melangkah dengan riang gembira menuju ke pintu ruang kelasku. Tanpa aku mengatakan satu patah katapun pada dia. Aku bingung sendiri dengan situasi ini. Ini adalah yang pertama kalinya dalam hidupku aku mendengarkan sebuah pengakuan suka dari cowok.

Ini adalah yang pertama kalinya aku dibuat mati kutu! Ini yang pertama kalinya aku merasakan debaran kencang bertubi-tubi, melebihi debaran kala aku merasakan jatuh cinta pada Radit. Tuhan, ini aku kenapa sih? Masa iya aku suka sama Reyhan? Bodoh, aku saja sekolah di sini baru enam bulan. Aku saja mulai mengenal nama ‘Reyhan’ baru sekitar empat bulanan yang lalu. Bagaimana bisa ada yang namanya perasaan suka dalam waktu yang sesingkat itu? Apakah mungkin?

Tags: twm23

How do you feel about this chapter?

0 0 1 0 0 0
Submit A Comment
Comments (12)
  • sendirimenjadi

    Wow spechless

    Comment on chapter Bab 6 : Bagian 1
  • sendirimenjadi

    Ibu nya bikin iri

    Comment on chapter Bab 2 : Bagian 2
  • sendirimenjadi

    Ngakak part ini

    Comment on chapter Bab 1 : Bagian 3
  • sendirimenjadi

    Seru juga lumayan

    Comment on chapter Bab 1 : Bagian 2
  • nafraj

    Ayyana 🤣

    Comment on chapter Bab 6 : Bagian 2
  • nafraj

    Plot twisttt makin seruuuu

    Comment on chapter Bab 6 : Bagian 1
  • nafraj

    Sad :'

    Comment on chapter Bab 5 : Bagian 2
  • nafraj

    Rada males sama radit cuy. Kesannya kaya manfaatin ayyana

    Comment on chapter Bab 3 : Bagian 2
  • nafraj

    Agak mundeng. Jadi di cerita ini ada dua pov ya thor. Pov kirana . Sama ayyana. Baru ngeh eyke 🤣 lanjutttt

    Comment on chapter Bab 2 : Bagian 1
  • nafraj

    Ayyana rada sengklek ya seru

    Comment on chapter Bab 1 : Bagian 2
Similar Tags
Aku Biru dan Kamu Abu
834      487     2     
Romance
Pertemuanku dengan Abu seperti takdir. Kehadiran lelaki bersifat hangat itu benar-benar memberikan pengaruh yang besar dalam hidupku. Dia adalah teman curhat yang baik. Dia juga suka sekali membuat pipiku bersemu merah. Namun, kenapa aku tidak boleh mencintainya? Bukannya Abu juga mencintai Biru?
Dandelion
513      332     1     
Inspirational
Masa lalu yang begitu menyakitkan, membuatnya terpuruk. Sampai pada titik balik, di mana Yunda harus berjuang sendirian demi sebuah kesuksesan. Rasa malas dan trauma dari masa lalu ditepis demi sebuah ambisi yang begitu berat. Memang, tidak ada yang bisa mengelak dari masa lalu. Namun, bisa jadi masa lalu itu merupakan cambukan telak untuk diri sendiri. Tidak masalah pernah terpuruk dan tertin...
Listen To My HeartBeat
596      363     1     
True Story
Perlahan kaki ku melangkah dilorong-lorong rumah sakit yang sunyi, hingga aku menuju ruangan ICU yang asing. Satu persatu ku lihat pasien dengan banyaknya alat yang terpasang. Semua tertidur pulas, hanya ada suara tik..tik..tik yang berasal dari mesin ventilator. Mata ku tertuju pada pasien bayi berkisar 7-10 bulan, ia tak berdaya yang dipandangi oleh sang ayah. Yap.. pasien-pasien yang baru saja...
Premium
SHADOW
6353      1902     0     
Fantasy
Setelah ditinggalkan kekasihnya, Rena sempat mencoba bunuh diri, tapi aksinya tersebut langsung digagalkan oleh Stevan. Seorang bayangan yang merupakan makhluk misterius. Ia punya misi penting untuk membahagiakan Rena. Satu-satunya misi supaya ia tidak ikut lenyap menjadi debu.
Kungfu boy
3187      1207     2     
Action
Kepalanya sudah pusing penglihatannya sudah kabur, keringat sudah bercampur dengan merahnya darah. Dirinya tetap bertahan, dia harus menyelamatkan Kamalia, seniornya di tempat kungfu sekaligus teman sekelasnya di sekolah. "Lemah !" Musuh sudah mulai menyoraki Lee sembari melipat tangannya di dada dengan sombong. Lee sudah sampai di sini, apabila dirinya tidak bisa bertahan maka, dirinya a...
SEMPENA
4377      1401     0     
Fantasy
Menceritakan tentang seorang anak bernama Sempena yang harus meraih harapan dengan sihir-sihir serta keajaiban. Pada akhir cerita kalian akan dikejutkan atas semua perjalanan Sempena ini
Susahnya Jadi Badboy Tanggung
6151      1922     1     
Inspirational
Katanya anak bungsu itu selalu menemukan surga di rumahnya. Menjadi kesayangan, bisa bertingkah manja pada seluruh keluarga. Semua bisa berkata begitu karena kebanyakan anak bungsu adalah yang tersayang. Namun, tidak begitu dengan Darma Satya Renanda si bungsu dari tiga bersaudara ini harus berupaya lebih keras. Ia bahkan bertingkah semaunya untuk mendapat perhatian yang diinginkannya. Ap...
Luka atau bahagia?
5060      1465     4     
Romance
trauma itu sangatlah melekat di diriku, ku pikir setelah rumah pertama itu hancur dia akan menjadi rumah keduaku untuk kembali merangkai serpihan kaca yang sejak kecil sudah bertaburan,nyatanya semua hanyalah haluan mimpi yang di mana aku akan terbangun,dan mendapati tidak ada kesembuhan sama sekali. dia bukan kehancuran pertama ku,tapi dia adalah kelanjutan dari kisah kehancuran dan trauma yang...
Play Me Your Love Song
4814      1663     10     
Romance
Viola Zefanya tidak pernah menyangka dirinya bisa menjadi guru piano pribadi bagi Jason, keponakan kesayangan Joshua Yamaguchi Sanjaya, Owner sekaligus CEO dari Chandelier Hotel and Group yang kaya raya bak sultan itu. Awalnya, Viola melakukan tugas dan tanggung jawabnya dengan tuntutan "profesionalitas" semata. Tapi lambat laun, semakin Viola mengenal Jason dan masalah dalam keluarganya, sesu...
Samudra di Antara Kita
35572      5777     136     
Romance
Dayton mengajar di Foothill College, California, karena setelah dipecat dengan tidak hormat dari pekerjaannya, tidak ada lagi perusahaan di Wall Street yang mau menerimanya walaupun ia bergelar S3 bidang ekonomi dari universitas ternama. Anna kuliah di Foothill College karena tentu ia tidak bisa kuliah di universitas yang sama dengan Ivan, kekasihnya yang sudah bukan kekasihnya lagi karena pri...