Malam itu dua keluarga besar sedang melakukan jamuan makan malam mewah di sebuah restoran. Sudah sangat jelas, kedua keluarga itu adalah keluarga kaya raya, alias keluarga konglomerat. Mereka bercakap-cakap dengan gaya mereka yang khas. Obrolan-obrolan yang menurut ketiga remaja yang ikut berbaur di sana adalah sebuah obrolan yang membosankan.
Ada dua pasang remaja cewek kembar yang masing-masing memakai gaun dengan warna yang berbeda. Satu cewek memakai gaun berwarna biru langit lengkap dengan uraian rambutnya yang nampak indah. Itu adalah Syahara. Atau lebih di kenal dengan sebutan Ara.
Remaja cewek yang satunya lagi adalah kembaran Ara tentunya. Itu Syakira. Atau bisa kalian sebut juga Ira. Riasan dia nampak lebih simple dari kembarannya. Ya mungkin memang karena Ira juga di kenal sebagai cewek yang agak sangar dan tegas di sekolah! Maklum dia dulunya mantan ketua komisi disiplin siswa di organisasi OSIS. Dia memakai dress selutut warna navy dengan rambut sebahunya dia biarkan saja polos seperti biasanya. Sama sekali tak dia sentuh.
Pertemuan ini adalah pertemuan dua keluarga. Yaitu antara keluarga Ara-Ira dan keluarga remaja cowok yang sangat tampak tidak suka menghadiri acara ini. Itu adalah keluarga dari seorang Daalex Reyhan Megantara. Dia bahkan menghadiri acara ini dengan memakai kemeja biasa saja. Benar-benar tak punya persiapan seperti orang-orang yang lainnya, yang datang ke acara ini.
Muka Reyhan terus menekuk sepanjang malam. Sampai satu suara membunyarkan segala lamunannya.
“Gimana tadi?”
Reyhan melirik ke sumber suara yang ada di samping kirinya. Itu adalah Ira. Reyhan menghela napas panjang dan tak mengerti apa maksud dari obrolan teman seangkatannya itu.
“Gue tahu lo tadi anterin si adek kelas kita itu kan? Jadi gimana?”
Reyhan menongok, merasa tak percaya seakan habis kepergok maling ayam. Raganya mendadak panas seketika. Takut kalau-kalau Ira mengadukan kejadian itu pada Orang tua Reyhan. Cowok dengan rambut yang malam ini tak terlalu rapi itu lebih memilih untuk tak menjawab pertanyaan Ira. Dia takut malah jadi salah ngomong.
Ira tersenyum, seakan tahu apa yang sedang dikhawatirkan oleh Reyhan.
“Lo suka dia?”
Reyhan melirik ke Ira. Kemudian melirik ke sekitar. Nampaknya obrolan mereka tak menjadi perhatian. Karena memang iringan musik di sini di pasang cukup mendominasi, sedangkan kedua keluarga mereka nampak masih sibuk dengan obrolan membosankannya.
“Lo ngomong apa sih, Ra? Gue gak ngerti!”
Ira terkekeh. “Gue tanya, lo suka dia?”
“Bisa gak, kita jangan ngebahas itu di sini?”
“Gue cuma mau kasih tahu sama lo aja. Kalau lo emang suka sama dia, lo musti kejar dia! Jangan jadi cowok cupu lo!”
Reyhan melihat kesal ke arah Ira. “Kalau gue ngejar dia, terus orang tua gue gimana? Orang tua lo gimana? Hubungan kita apa kabar? Hah!”
Ira terkekeh sambil geleng-geleng kepala. “Reyhan, Reyhan, lo kira gue beneran mau sama lo? Ngaco! Gue juga punya pilihan sendiri kali! Lagian lo inget ya, di saat pertemuan keluarga kaya gini, gue emang pacar lo. Tapi, saat di luar, kita bukan siapa-siapa. Lo ngerti kan maksud gue?”
Reyhan melongo tak percaya mendengarkan ucapan dari cewek yang di sebut-sebut harus menjadi istrinya di masa depan oleh orang tuanya.
“Ra, lo gak salah? Emangnya lo gak takut kejadian yang menimpa kembaran lo bakalan menimpa lo juga nanti?”
“Bodo amat lah! Yang penting gue harus bahagia sama pilihan gue sendiri. Persetan sama perjodohan, Rey! Emangnya gue Siti Nurbaya pake segala maen jodoh-jodohan? Preettttt!”
Reyhan terkekeh geli mendengar ocehan dari Ira itu. “Gila, untung gue di jodohinnya sama lo, bukan sama Ara.”
“Emangnya kenapa sama adek gue?”
“Adek lo gak mungkin se-geblek lo, Ira sayang!”
“Kampret lo!” Ira melemparkan beberapa biji kentang goreng pada Reyhan. Yang langsung di ambil Reyhan lalu di makannya saat itu juga. Kelakuan mereka berdua sempat beberapa detik mengundang perhatian. Namun kemudian teralihkan lagi. Reyhan dan Ira hanya bisa saling terkekeh geli melihat pertemuan konyol kedua keluarga mereka. Perjodohan mereka itu tak lebih hanya sebuah perjodohan sampah untuk semakin memperluas bisnis dan kepentingan perusahaan dari masing-masing keluarga.
Sampah!
Wow spechless
Comment on chapter Bab 6 : Bagian 1