Apa ini kencan?
Oh my god! Tiba-tiba saja, satu buah pesan masuk ke ponsel ku dengan sebuah penawaran, ajakan atau... entahlah harus aku sebut apa namanya. Pokoknya pesan itu berisi,
Ayy, sibuk ga? Nonton yuk :)
Mataku langsung terbelalak membacanya. Seluruh hawa panas mendadak berkumpul jadi satu di atasku. Cukup lama aku tak membalas pesan itu. Karena yang ada di pikiranku hanya satu, aku harus menjawab apa?
Lalu beberapa pesan masuk lagi.
Ayy?
Ayy?
Lo masih tidur? Masa sih, udah jam 9 juga! Mentang2 hari Minggu
Ayyana! Woiiii.
Karin!
Awkarinnnnn!
:( :( :’( :’(
Huft! Aku menghela napas panjang. Melihat pesan Reyhan yang bagaikan spam itu.
Apaan sih lo! Berisik!
Nah gitu dong, nge-gas!
Btw lama bgt sih lo bales pesan juga. Elah!
Bodo amat, yonglex! Serah gue!
Galaxxx amat dah! Buset!
Ada apa?
Jalan yuk! Nonton :D
Males
Nanti gue teraktir lo makan deh. Apa aja terserah lo
Beneran?
Iya beneran, Ayy.
Film gue yg milih
Kirimin alamat lo.
Jam satu siang gue jemput
Ok
Aku kirim pesan panjang lebar, kamu balesnya singkat2
Untung sayang, Ayy L
Y
Lop u
Jalan Siliwangi 5 komplek B no 33
Lop u too hhe
Aku terkekeh geli membaca pesan dia yang menggemaskan itu. Aku sudah sangat yakin kalau pipiku kali ini sedang merah merona. Ah manis sekali dia. Eh, apa tadi aku bilang, manis? Ya tuhan! Aku benar-benar sudah gila!
Aku melihat ke jam dinding kamarku. Jam sudah menunjukkan hampir jam sepuluh pagi hari. Aku langsung menyerbu ke lemariku. Sial! Aku baru tersadar kalau aku selama ini memang jarang sekali membeli baju baru. Aku jadi bingung sendiri aku harus memakai baju apa.
Tak lama, Ibu datang ke kamar aku dan memergoki kamarku yang sudah acak-acakan dengan tumpukan baju di atas tempat tidur.
“Sibuk banget, Ayy?” tanya Ibu mengagetkan aku.
Aku melirik kaget kala mendengar suara Ibu yang tiba-tiba menyerbu ke kamarku. “Aduh, Bu, aku sampe kaget loh. He he” kataku.
“Lagi ada perang dunia kedua di kamarmu? Kok berantakan banget?” Ibu duduk di atas tempat tidur sambil mengambil beberapa pakaianku lalu melipatnya.
“Aku lagi milih baju yang pas, Bu.”
“Kencan?”
Aku melirik ke Ibu. “Engga Bu. Reyhan cuma ngajak nonton aja kok.”
Ibu tersenyum kecil. “Jadi kamu mau kencan?”
“Udah aku bilang, aku cuma nonton biasa aja kok.”
“Dulu pas sama Radit, kamu juga diajakin nonton tuh. Tapi kamu gak seribet ini.” kata Ibu. “Jadi ini kencan?” lagi-lagi Ibu mengatakan satu pertanyaan itu. Dan sangat sukses membuat ragaku bertambah semakin panas.
Aku menyerah! Aku melangkahkan kakiku menyerbu ke dekat Ibu. “Aku bingung, Bu.” Kataku.
“Bingung kenapa?”
“Aku juga gak tahu kenapa, aku ngerasa ingin tampil maksimal aja di depan dia. Makanya aku bingung milih baju yang pas.”
“Dia udah nembak kamu?” lagi, pertanyaan Ibuku membuat seorang Ayyana salah tingkah.
Aku menggeleng cepat. “Tapi dia udah bilang suka sih sama aku. he he he,” ucapku dengan tersimpu. Ibu menatapku dengan tatapan menggoda.
“Anak Ibu udah gede ya sekarang.” Ibu mencubit kecil hidungku. “Kalau gitu, gimana kalau kita ke butiknya mbak Renny di depan komplek itu, kali aja kamu ada baju yang cocok di sana.”
“Beneran?”
Ibu mengangguk. “Ayo!”
Wow spechless
Comment on chapter Bab 6 : Bagian 1