Read More >>"> Pacarku Arwah Gentayangan (16-Berpikir) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Pacarku Arwah Gentayangan
MENU
About Us  

Aras berusaha mengatur ritme napas ketika melihat gapura pemakaman. Hampa terus menyesaki dada, tak ada langkah menuju tempat orang yang selama enam tahun ini mewarnai hari-harinya. Dia termenung, membiarkan banyak ingatan bermain dalam kepala. Bukannya tak ingin mengusir kenangan, hanya saja dia sudah lelah. Semakin tidak dipikir, malah semakin banyak yang berdatangan.

Dia melirik Senja yang ikut mematung di sebelahnya. Bagaimana bisa dia mengunjungi makam dari orang, bukan, lebih tepatnya arwah yang dapat berinteraksi dengannya? Aneh, tetapi beginilah adanya.

"Tujuan lo ke sini untuk apa, Ras?"

Aras tersenyum sedih, menatap mata Senja sedalam mungkin. "Pengen ketemu lo, Ja."

Senja ikut tersenyum pilu. Tentu saja bertemu dengannya. Dia saja yang aneh karena bisa muncul di depan Aras. "Ayo."

Mereka berdua berjalan bersisian ke tempat tujuan. Setelah tiba di depan batu nisan bertuliskan nama Senja Eltasya, Aras langsung bersimpuh, membiarkan Senja yang masih mematung menatap namanya melekat di batu itu.

Aras menarik rerumputan yang ada di atas gundukan, lalu tangannya meraih beberapa batang bunga lili yang telah layu. Mata memerah Aras semakin merah akibat luapan emosi. Dugannya benar, Daren memang ke sini. Namun, yang tidak bisa Aras simpulkan adalah mengapa Daren? Ada apa dengan Nino? Apa yang salah dari kakak-adik itu?

"Ras, bunga itu ... bunga itu Daren yang bawa, kan?" lirih Senja. Tak dapat dipungkiri, pikiran gadis itu pasti sama dengan Aras.

"Gue harus ketemu Daren. Dia harus jelasin ini semua. Daren mungkin aja yang jadi pembunuh lo, Ja."

Aras meremas bunga itu dan melemparnya sejauh mungkin. Tidak peduli bunga itu jatuh ke gundukan siapa, yang jelas bukan di tempat Senja. Dia balik badan, hendak meninggalkan pemakaman. Sudah cukup, tidak ada tebak-tebakan lagi. Aras sudah muak dengan Daren dan tidak akan membiarkan cowok itu lepas begitu saja.

"Ras." Namun, panggilan dan sentuhan tangan Senja di pundaknya membuat dia urung. Kepalan tangannya memang masih mengetat, tetapi napasnya sudah tidak memburu lagi.

"Gue emang gak tau diuntung, Ras. Tapi gue mohon, jangan langsung ngelabrak. Gue takut lo dalam masalah." Senja berharap mata berkaca-kacanya dapat menyentuh hati Aras. Dia takut terjadi hal buruk jika Aras nekat. Senja tidak ingin melihat wajah pacarnya babak belur lagi.

Aras menggeram seraya menarik rambutnya kasar. Pandangannya menatap langit biru tanpa awan di sana. Dia tertawa kecut, bisa-bisanya langit di sana cerah di saat hatinya mendung. Ke mana ucapan orang-orang yang mengatakan langit selalu mengikuti perasaan orang yang menatapnya? Bullshit!

"Gue butuh lo tenang, Ras. Kita pikir jalan keluarnya sama-sama." Meski tidak yakin, demi menenangkan Aras dia terpaksa berbohong. Bagaimana bisa dia memikirkan jalan keluar di saat Senja sendiri yang meminta pertolongan?

Aras kembali menggeram lalu bersimpuh. Tangannya meremas tanah kuburan Senja di depannya. "Senja ... Senja kenapa lo harus ngalamin ini semua? Lo orang baik. Mereka gak tau lo baik, mereka yang jahat. Mereka gak kenal lo, Ja. Tapi kenapa mereka bisa segampang itu menilai elo. Mereka bahkan asing buat lo, Ja, tapi kenapa mereka bisa nyebarin cerita yang enggak-enggak tentang lo? Kenapa mereka sok tau?"

Senja tak bisa menjawab, dia hanya mampu terisak. Sepertinya memang Senja tak memiliki arti di dunia ini, makanya dia pantas pergi. Akan tetapi, apa kesalahannya sampai harus menjadi arwah? Kenapa dia tak langsung menghilang saja? Dia tetap tersiksa sebab harus menyaksikan kesedihan orang-orang terdekatnya, melihat mereka berjuang melawan hampa dan membangun kebiasaan tanpa dirinya. Ini tidak adil. Di dunia dia hidup penuh kebencian, sekarang pun setelah menjadi arwah dia tetap dibenci sebagian orang.

Senja merangkul Aras yang semakin tersedu-sedu. Dia tidak bisa menenangkan seseorang yang sedang sedih-sedihnya, apalagi biang dari air mata itu adalah dirinya.

"Gue gak boleh lengah. Gue harus dengar penjelasan Daren, Ja."

"Enggak, Ras. Gue mohon. Kita tunggu bentar lagi, mungkin kita bisa dapat informasi penting tanpa berhubungan langsung sama Daren. Gue gak mau lo kenapa-napa."

Derap langkah di belakang mereka membuat percakapan terhenti. Aras mendongak, berusaha melerai air matanya turun. Meskipun sedih, dia tidak mau Selena melihatnya menangis separah ini. Aras melihat Selena yang kini bersimpuh di depan makam, tepat di hadapannya. Ada Nino di sebelah Selena yang kini meletakkan bunga lili di atas pusara.

Ketika pasangan sejoli itu mengirimkan doa, Aras menatap Nino lamat-lamat. Jika dia tidak bisa berbicara baik-baik dengan Daren, mungkin dia bisa menanyakan tentang Senja di Nino.

"Lo pasti sedih, ya, ditinggal pacar dan sahabat lo, Ras. Gue aja yang gak begitu dekat sama Senja pun sedih." Nino membuka percakapan seraya mengelus lembut punggung tangan Selena yang menatap nanar batu nisan adiknya.

"Senja gak pernah ngomong aneh-aneh sebelum pergi. Gue gak tau kenapa dia bunuh diri. Gue gagal jadi kakaknya. Gue selalu sibuk kerja, cari duit tanpa tau ada sesuatu yang terjadi dengan adik gue." Selena semakin terisak ketika Nino memeluknya.

Aras masih menatap Nino, seolah mencari sesuatu yang salah dari cowok di depannya. "Kak Nino tau kalau Daren pernah ke sini?"

Senja membulatkan mata ketika Aras langsung menanyakan hal itu tanpa embel-embel pembahasan lain. "Ras, lo sadar gak, sih, lagi ngomong sama siapa? Dia kakaknya Daren, lho!"

Aras mengabaikan Senja dan lebih memilih fokus melihat ekspresi keterkejutan di wajah Nino, tetapi Selena malah menampilkan ekspresi bingung.

"Emang kenapa, Ras, kalau Daren ke sini?" Selena mencoba masuk ke dalam pembicaraan meski masih sesak karena terus menangis.

Nino berdeham sebelum menjawab. Kalau Aras tidak salah menilai, Nino terlihat berhati-hati mengeluarkan susunan kalimatnya.

"Emang Daren atau Senja gak pernah ngomong sama lo? Daren pernah ngomong ke gue kalau dia suka sama Senja. Gak ada yang salah kalau dia ke sini."

Selena ikut menimpali, "Lagian mereka juga satu sekolah, kan?"

Aras membuang napas panjang. Kenapa jadi dia yang dipojokkan di sini. Dia kembali menatap Nino dan mengabaikan Selena. "Kak Nino emang janjian bawa bunga lili?"

Nino terdiam sejenak lalu menggeleng. "Enggak, tapi emang kebiasaan bawa bunga lili ke pemakaman. Soalnya bunga lili adalah bunga kesukaan almarhumah ibu kami."

Aras terdiam. Masuk akal. Namun, yang tak masuk akal adalah terlalu banyak kelopak bunga lili di atas gundukan tanah Senja yang telah layu. Apa mungkin Daren atau Nino yang rajin ke sini?

"Udah ke berapa kali Kak Nino ke sini?"

Nino tertawa kecil, merasa dirinya diinterogasi. "Lo kenapa nanya-nanya? Gak suka kalau gue rajin ke sini? Atau lo gak suka Daren ke sini?"

Sebelum Aras sempat menjawab, Selena melerai sebab merasakan hawa pekat mulai mengerubungi mereka. Dia tidak mau terjadi keributan di makam adiknya.

"Ras, jangan kelepasan. Udah, lo tenangin diri dulu. Kita pergi dari sini," ajak Senja, dan tanpa diduga Aras bangkit, pergi begitu saja tanpa pamit.

Kelakuan Aras tentu menciptakan perang dingin antara dia dan Nino, begitupun dengan Daren nantinya. Akan tetapi, Aras tidak bisa mempercayai ketulusan cowok itu begitu saja setelah mengingat status-status yang Senja kirim ke akun Facebook dan juga catatan aneh yang Aras temukan. Dia harus mengurai itu semua sebelum keadaan semakin rumit.

"Sikap Aras gak usah dipikiran, ya. Dia lagi sedih aja," bujuk Selena dan Nino mengangguk sambil tersenyum tipis.

***
 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Untuk Takdir dan Kehidupan Yang Seolah Mengancam
443      309     0     
Romance
Untuk takdir dan kehidupan yang seolah mengancam. Aku berdiri, tegak menatap ke arah langit yang awalnya biru lalu jadi kelabu. Ini kehidupanku, yang Tuhan berikan padaku, bukan, bukan diberikan tetapi dititipkan. Aku tahu. Juga, warna kelabu yang kau selipkan pada setiap langkah yang kuambil. Di balik gorden yang tadinya aku kira emas, ternyata lebih gelap dari perunggu. Afeksi yang kautuju...
Cinta Pertama Bikin Dilema
3126      1015     3     
Romance
Bagaimana jadinya kalau cinta pertamamu adalah sahabatmu sendiri? Diperjuangkan atau ... diikhlaskan dengan kata "sahabatan" saja? Inilah yang dirasakan oleh Ravi. Ravi menyukai salah satu anggota K'DER yang sudah menjadi sahabatnya sejak SMP. Sepulangnya Ravi dari Yogyakarta, dia harus dihadapkan dengan situasi yang tidak mendukung sama sekali. Termasuk kenyataan tentang ayahnya. "Jangan ...
Khalisya (Matahari Sejati)
2322      788     3     
Romance
Reyfan itu cuek, tapi nggak sedingin kayak cowok-cowok wattpad Khalisya itu hangat, tapi ia juga teduh Bagaimana jika kedua karakter itu disatukan..?? Bisakah menjadi satu kesatuan yang saling melengkapi..?? Semuanya akan terjawab disini. Ketika dua hati saling berjuang, menerobos lorong perbedaan. Mempertaruhkan hati fan perasaan untuk menemukan matahari sejati yang sesungguhnya &...
ARMY or ENEMY?
9298      2878     142     
Fan Fiction
Menyukai idol sudah biasa bagi kita sebagai fans. Lantas bagaimana jika idol yang menyukai kita sebagai fansnya? Itulah yang saat ini terjadi di posisi Azel, anak tunggal kaya raya berdarah Melayu dan Aceh, memiliki kecantikan dan keberuntungan yang membawa dunia iri kepadanya. Khususnya para ARMY di seluruh dunia yang merupakan fandom terbesar dari grup boyband Korea yaitu BTS. Azel merupakan s...
Ich Liebe Dich
9812      1455     4     
Romance
Kevin adalah pengembara yang tersesat di gurun. Sedangkan Sofi adalah bidadari yang menghamburkan percikan air padanya. Tak ada yang membuat Kevin merasa lebih hidup daripada pertemuannya dengan Sofi. Getaran yang dia rasakan ketika menatap iris mata Sofi berbeda dengan getaran yang dulu dia rasakan dengan cinta pertamanya. Namun, segalanya berubah dalam sekejap. Kegersangan melanda Kevin lag...
Story of April
1353      560     0     
Romance
Aku pernah merasakan rindu pada seseorang hanya dengan mendengar sebait lirik lagu. Mungkin bagi sebagian orang itu biasa. Bagi sebagian orang masa lalu itu harus dilupakan. Namun, bagi ku, hingga detik di mana aku bahagia pun, aku ingin kau tetap hadir walau hanya sebagai kenangan…
Aku Benci Hujan
4510      1304     1     
Romance
“Sebuah novel tentang scleroderma, salah satu penyakit autoimun yang menyerang lebih banyak perempuan ketimbang laki-laki.” Penyakit yang dialami Kanaya bukan hanya mengubah fisiknya, tetapi juga hati dan pikirannya, serta pandangan orang-orang di sekitarnya. Dia dijauhi teman-temannya karena merasa jijik dan takut tertular. Dia kehilangan cinta pertamanya karena tak cantik lagi. Dia harus...
Listen To My HeartBeat
391      232     1     
True Story
Perlahan kaki ku melangkah dilorong-lorong rumah sakit yang sunyi, hingga aku menuju ruangan ICU yang asing. Satu persatu ku lihat pasien dengan banyaknya alat yang terpasang. Semua tertidur pulas, hanya ada suara tik..tik..tik yang berasal dari mesin ventilator. Mata ku tertuju pada pasien bayi berkisar 7-10 bulan, ia tak berdaya yang dipandangi oleh sang ayah. Yap.. pasien-pasien yang baru saja...
Alfazair Dan Alkana
220      179     0     
Romance
Ini hanyalah kisah dari remaja SMA yang suka bilang "Cieee Cieee," kalau lagi ada teman sekelasnya deket. Hanya ada konflik ringan, konflik yang memang pernah terjadi ketika SMA. Alkana tak menyangka, bahwa dirinya akan terjebak didalam sebuah perasaan karena awalnya dia hanya bermain Riddle bersama teman laki-laki dikelasnya. Berawal dari Alkana yang sering kali memberi pertanyaan t...
Pantang Menyerah
201      174     0     
Short Story
Rena hanya ingin mengikuti lomba menulis cerpen tetapi banyak sekali tantangannya, untuk itu dia tidak akan menyerah, ia pasti akan berhasil melewati semua tantangan itu dengan kegigihan yang kuat dan pantang menyerah