Read More >>"> Pacarku Arwah Gentayangan (8-Lagi-Lagi Bukan Dia) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Pacarku Arwah Gentayangan
MENU
About Us  

Berdiri di lantai dua sembari menatap keramain siswa-siswi di koridor dan lapangan ketika lima menit lalu bel pulang berdentang seraya menikmati semilir angin yang dengan lembut mengusap wajah bulat seorang gadis berambut panjang. Senja merentangkan tangan dan berteriak kencang. Entah semasa hidup apakah dia pernah melakukan hal seperti tadi atau baru kali ini. Dia lupa. Namun, yang pasti Senja menyukai berteriak sekeras mungkin tanpa diketahui siapa pun.

"Tempatnya kurang tinggi," protesnya lalu bersiap melangkah ke tempat lain. Ingin hati ke lantai tiga, tetapi suara Aras menahannya.

"Gak usah ke mana-mana, Ja. Gue butuh lo di sini."

Senja berkacak pinggang sembari memasang wajah cemberut. Niat mengunjungi tempat lebih tinggi yang didambakan beberapa detik lalu menguap begitu saja. "Emang gue punya tugas apa, Ras sampai dibutuhin segala?"

Bukannya mendapat jawaban, emosinya malah semakin membara ketika Aras terus berjalan ke arah pintu perpustakaan lalu berhenti di salah satu pilar terdekat. Senja terus mengomel, tetapi tetap mengikuti Aras. Dia tahu yang cowok itu lakukan untuk dirinya dan Senja juga tahu kalau misi kali ini adalah membongkar rahasia Inggrid jika dugaan Aras benar.

"Ras, jelasin tugas gue kalau gitu. Masa lo bisa jelasin misinya Haifa dan gue gak? Pacar lo siapa, sih?"

Aras membuang napas panjang. "Jangan cemburu. Iya, maaf. Gue jelasin. Tapi lo harus serius kerjanya, gak boleh nolak."

Meski merasa aneh, rasa penasaran Senja jauh lebih tinggi. Jadilah gadis itu mengangguk. "Ya udah, apaan?"

Aras menyuruh Senja dekat-dekat posisinya. "Cuma lo yang bisa nembus tembok, Ja. Gue gak bisa. Artinya, cuma lo yang bisa masuk ke dalam perpustakaan dan dengerin percakapan Inggrid, Airis, dan mungkin aja pegawai perpustakaan."

"Lo juga curiga sama pegawai perpustakaan?"

Cowok di depannya mengangkat bahu. Entahlah, Senja malas bertanya lebih jauh. Ada baiknya jika dia segera mencari tahu apa yang sedang Inggrid bicarakan di dalam sana. Bisa jadi dia menemukan fakta yang dapat membuatnya segera terbebas dari predikat arwah. Akan tetapi, jika dia bukan arwah lagi, itu artinya dia tidak akan bisa bertemu Aras.

"Ras, kalau fakta yang gue temuin di dalam buat gue berhenti jadi arwah, berarti kita gak ketemu lagi, kan?"

Aras termenung, menatap Senja tanpa bisa berkata-kata. Dia ingin Senja terus ada di sini, sebagian dirinya justru melarang itu terjadi sebab Senja memang seharusnya sudah ada di alam lain.

Tanpa bersuara lagi, Senja melangkah dan enggan berbalik. Dia yakin setelah ini masih ada pertemuan dengan Aras. Kenapa dia baru merasakan kesedihan sekarang? Mengapa bukan di hari pertama ketika keputusannya memilih Aras sebagai orang yang akan menolongnya untuk membantunya mengingat alasan dia meninggal? Waktu yang diberikan untuknya cukup membuat Senja berat meninggalkan dunia ini.

"Ini uang sisa dari acara OSIS pekan lalu. Satu juta, kita bagi tiga. Ini untuk gue, ini Airis, dan ini untuk Bu Wawa." Inggrid tersenyum puas setelah membagikan uang yang sempat dihitungnya. "Lumayan, kan?"

Senja menggaruk tengkuk, alisnya menyatu. Pembahasan ketiga orang di depannya tak dapat dia mengerti. Lama Senja terdiam sambil melihat tawa lebar tiga perempuan di hadapannya.

"Besok ada acara OSIS lagi. Kayaknya kita bisa ngatur uangnya biar gak keluar banyak, biar kita bisa dapat bagian," jelas Inggrid.

"Urusan makanan tetap serahkan sama saya aja," tambah Bu Wawa, begitu nama yang sempat Senja dengar.

"Siap. Urusan konsumsi Bu Wawa aja terus yang ngurus. Selama makanannya layak dimakan, anggota OSIS gak akan ada yang protes."

Dari situ Senja mulai paham. Jadi benar dugaan dan info yang Haifa dapatkan. Inggrid memang menyalahgunakan jabatannya. Sebelum sempat keluar dari perpustakaan, Senja merasakan kepalanya sangat sakit, berbagai ingatan muncul bergantian dan semua tentang dia dan Inggrid.

Tanpa sadar tangannya mengenai buku di atas meja pegawai perpustakaan ketika hendak berpegangan pada sisi meja hingga membuat buku itu jatuh ke lantai. Senja tidak peduli ketika ketiga orang di depannya menjerit kaget.

"Lo nyentuh bukunya, Ris?" Inggrid memegang pundak Airis yang menegang.

Airis menggeleng cepat-cepat lalu mereka berdua menengok Bu Wawa yang juga ikut menggerakkan kepala ke kiri dan kanan berulang kali. Mereka saling melempar tatap, mencoba mencerna kejadian barusan. Tidak ada yang menyentuh, bahkan angin pun tak mungkin bisa menjatuhkan buku setebal 300 halaman.

"Terus? Masa jatuh sendiri? Bu Wawa iseng ya?" tuduh Inggrid.

"Enggak. Saya aja baru sadar kalau ada buku pinjaman yang belum dikembalikan ke raknya." Bu Wawa ikut meringset ke sudut meja, badannya tak kalah gemetaran dari dua remaja di depannya.

Senja yang hampir terjatuh akhirnya kembali berdiri tegak setelah kilasan memori barusan berhenti berputar dalam kepala. Saat hendak mendongak, dia melihat Inggrid dan Airis keluar perpustakaan dan tak sadar tengah melewatinya. Semenit kemudian, dia ikut keluar dari ruangan meninggalkan Bu Wawa yang masih ketakutan dan bingung.

Di luar perpustakaan, Aras terkejut melihat kemunculan Inggrid dan Airis sambil lari terbirit-birit disusul Senja yang berjalan gontai sambil meringis. Aras spontan menghampiri pacarnya.

"Kenapa, Ja?" Tangannya memegang kedua pundak Senja.

"Biasa, ingatan tentang Inggrid muncul lagi." Senja bersandar pada tembok. "Inggrid bukan pelakunya, Ras. Gue sama Inggrid emang musuhan, tapi ingatan tadi nunjukin kalau Inggrid gak akan buat sesuatu yang membahayakan nyawa gue. Buktinya, gue masih ada di sini."

Aras ikut bersandar di samping Senja. "Lo bener. Tapi Inggrid harus tetap dihukum karena udah jahat sama lo."

Senja mengangguk dan langsung menceritakan apa yang sempat dia dengar di dalam tadi. Sekarang Aras perlu mengatur rencana untuk mengungkap kesalahan Inggrid agar semua tahu bahwa selama ini mereka salah menilai Senja dan melihat kebenaran yang seharusnya.

"Jadi rencana lo selanjutnya?"

Aras tersenyum miring. "Tunggu tanggal mainnya. Tugas lo cuma satu, Ja. Duduk manis dan tepuk tangan."

Senja tertawa meski dia tidak ingin Aras melakukan sesuatu yang justru dapat membuatnya terjebak dalam masalah serius. Akan tetapi, Senja harus yakin sebab Aras pun demikian.

"Gue percaya lo, Ras."

"Lo harus percaya gue." Aras menepuk-nepuk dadanya dengan bangga.

Senja mengangguk pelan. Dia menatap senyum Aras lebih lama daripada yang pernah dia lakukan sebelumnya. Dia berharap, jika waktunya sudah tidak ada, perasaan Aras bisa ikut memudar. Dia merasakan tekanan di dadanya semakin kuat dan sakit. Mungkin Senja bisa langsung melupakan Aras, tetapi Aras? Tidak akan mudah untuk cowok itu.

"Ras, gue punya permintaan."

Aras berhenti tertawa. Dia langsung menatap Senja, tanda bahwa dia siap mendengarkan permintaan gadis itu.

"Gue mau lo belajar lupain gue, Ras. Gue mau lo terbiasa tanpa gue secepat yang lo bisa. Gue mau ... gue mau lo bahagia tanpa gue." Tak ada yang mampu mendeskripsikan bagaimana perasaannya ketika mengatakan itu semua. Hatinya hancur, Aras pun pasti merasakan hal serupa. "Lo berhak benci gue karena udah egois. Gue gak masalah."

Aras memegang pundak Senja, tak lupa memberikan senyum terbaiknya. "Lo mungkin hilang dari pandangan gue suatu saat nanti, Ja. Tapi, lo gak bakalan bisa hilangin perasaan gue ke lo. Gue gak akan pernah benci lo. Asal lo tau, ninggalin gue berarti kejahatan paling jahat yang pernah lo lakuin. Tapi, itu bukan kehendak gue. Jadi ... gue akan berusaha hidup seperti permintaan lo."

Senja langsung memeluk Aras erat-erat. Sahabat sekaligus pacarnya ini memang selalu mampu menenangkan hatinya.

***
 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Untuk Takdir dan Kehidupan Yang Seolah Mengancam
443      309     0     
Romance
Untuk takdir dan kehidupan yang seolah mengancam. Aku berdiri, tegak menatap ke arah langit yang awalnya biru lalu jadi kelabu. Ini kehidupanku, yang Tuhan berikan padaku, bukan, bukan diberikan tetapi dititipkan. Aku tahu. Juga, warna kelabu yang kau selipkan pada setiap langkah yang kuambil. Di balik gorden yang tadinya aku kira emas, ternyata lebih gelap dari perunggu. Afeksi yang kautuju...
Cinta Pertama Bikin Dilema
3129      1018     3     
Romance
Bagaimana jadinya kalau cinta pertamamu adalah sahabatmu sendiri? Diperjuangkan atau ... diikhlaskan dengan kata "sahabatan" saja? Inilah yang dirasakan oleh Ravi. Ravi menyukai salah satu anggota K'DER yang sudah menjadi sahabatnya sejak SMP. Sepulangnya Ravi dari Yogyakarta, dia harus dihadapkan dengan situasi yang tidak mendukung sama sekali. Termasuk kenyataan tentang ayahnya. "Jangan ...
Khalisya (Matahari Sejati)
2324      790     3     
Romance
Reyfan itu cuek, tapi nggak sedingin kayak cowok-cowok wattpad Khalisya itu hangat, tapi ia juga teduh Bagaimana jika kedua karakter itu disatukan..?? Bisakah menjadi satu kesatuan yang saling melengkapi..?? Semuanya akan terjawab disini. Ketika dua hati saling berjuang, menerobos lorong perbedaan. Mempertaruhkan hati fan perasaan untuk menemukan matahari sejati yang sesungguhnya &...
ARMY or ENEMY?
9300      2878     142     
Fan Fiction
Menyukai idol sudah biasa bagi kita sebagai fans. Lantas bagaimana jika idol yang menyukai kita sebagai fansnya? Itulah yang saat ini terjadi di posisi Azel, anak tunggal kaya raya berdarah Melayu dan Aceh, memiliki kecantikan dan keberuntungan yang membawa dunia iri kepadanya. Khususnya para ARMY di seluruh dunia yang merupakan fandom terbesar dari grup boyband Korea yaitu BTS. Azel merupakan s...
Ich Liebe Dich
9813      1455     4     
Romance
Kevin adalah pengembara yang tersesat di gurun. Sedangkan Sofi adalah bidadari yang menghamburkan percikan air padanya. Tak ada yang membuat Kevin merasa lebih hidup daripada pertemuannya dengan Sofi. Getaran yang dia rasakan ketika menatap iris mata Sofi berbeda dengan getaran yang dulu dia rasakan dengan cinta pertamanya. Namun, segalanya berubah dalam sekejap. Kegersangan melanda Kevin lag...
Story of April
1357      564     0     
Romance
Aku pernah merasakan rindu pada seseorang hanya dengan mendengar sebait lirik lagu. Mungkin bagi sebagian orang itu biasa. Bagi sebagian orang masa lalu itu harus dilupakan. Namun, bagi ku, hingga detik di mana aku bahagia pun, aku ingin kau tetap hadir walau hanya sebagai kenangan…
Aku Benci Hujan
4511      1305     1     
Romance
“Sebuah novel tentang scleroderma, salah satu penyakit autoimun yang menyerang lebih banyak perempuan ketimbang laki-laki.” Penyakit yang dialami Kanaya bukan hanya mengubah fisiknya, tetapi juga hati dan pikirannya, serta pandangan orang-orang di sekitarnya. Dia dijauhi teman-temannya karena merasa jijik dan takut tertular. Dia kehilangan cinta pertamanya karena tak cantik lagi. Dia harus...
Listen To My HeartBeat
391      232     1     
True Story
Perlahan kaki ku melangkah dilorong-lorong rumah sakit yang sunyi, hingga aku menuju ruangan ICU yang asing. Satu persatu ku lihat pasien dengan banyaknya alat yang terpasang. Semua tertidur pulas, hanya ada suara tik..tik..tik yang berasal dari mesin ventilator. Mata ku tertuju pada pasien bayi berkisar 7-10 bulan, ia tak berdaya yang dipandangi oleh sang ayah. Yap.. pasien-pasien yang baru saja...
Alfazair Dan Alkana
220      179     0     
Romance
Ini hanyalah kisah dari remaja SMA yang suka bilang "Cieee Cieee," kalau lagi ada teman sekelasnya deket. Hanya ada konflik ringan, konflik yang memang pernah terjadi ketika SMA. Alkana tak menyangka, bahwa dirinya akan terjebak didalam sebuah perasaan karena awalnya dia hanya bermain Riddle bersama teman laki-laki dikelasnya. Berawal dari Alkana yang sering kali memberi pertanyaan t...
Pantang Menyerah
201      174     0     
Short Story
Rena hanya ingin mengikuti lomba menulis cerpen tetapi banyak sekali tantangannya, untuk itu dia tidak akan menyerah, ia pasti akan berhasil melewati semua tantangan itu dengan kegigihan yang kuat dan pantang menyerah