Kalau dihitung sudah hampir tiga bulan Alditya dan Chayra saling menghindar dan tidak ada kabar. Alditya mendadak kehilangan sosok Chayra. Ketika Alditya ingin menghubungi Chayra nomor Chayra selalu tidak tersambung dan saat Alditya ingin mengirimkan pesan lewat Instagram pun tidak bisa. Mungkin Chayra telah memblokir nomornya.
Sekarang tidak ada lagi tawa malu-malu dari Chayra. Tidak ada lagi kata 'terserah' ketika diajak pergi makan. Ketika Alditya sedang asik melamun. Seseorang yang menjadi penyebabnya melamun, tampak terlihat dari kejauhan.
"Chayra, Ra!"
Suara teriakan dari Chayra membuat kaki Chayra ingin berhenti. Tetapi, batin Chayra enggan untuk berhenti.
Chayra terus mempercepat langkah berusaha tidak mengubris panggilan Alditya. Salahnya mengapa harus melewati Fakultas Komunikasi. Tempat di mana Alditya berada.
"Ra!"
Alditya masih berteriak. Dan mengejar Chayra. Berharap ia mau menghentikan langkah sejenak. Ketika Alditya melihat Chayra keluar perpustakaan dari lobi Fakultasnya. Ia pun dengan cepat berlari agar bisa berbicara dengan cewek itu.
Suara sepatu Chayra terdengar kencang, sebab suasana kampus sudah sepi. Dikarenakan beberapa mahasiswa sudah selesai UAS dan otomatis perkuliahan libur.
"Ra, tunggu dong." Alditya meraih tangan Chayra. Namun, ditepis Chayra dengan kasar.
Kali ini Alditya melangkah lebih cepat dan menghadang Chayra. Masa bodo dengan urat malu. Tubuh Chayra hampir menabrak Alditya. Jarak di antara mereka menjadi sangat dekat.
Pandangan mata Chayra menatap wajah Alditya. Lebih tepatnya tertuju pada sebuah lebam di sudut bibir Alditya. Batin Chayra berdesir. Ia khawatir, tapi ego-nya lebih kuat mengingat cowok itu menyatakan cinta pada seorang cewek. Di mana cewek tersebut pernah bermasalah dengan Chayra dan padahal Chayra masih kekasih Alditya. Tidak ingin berurusan dengan Chayra sangat terkejut dengan perlakuan Alditya terhadapnya. Salah apa dirinya? Sampai-sampai Alditya terlihat membencinya. Chayra kemudian, membalik tubuh dan ingin pergi. Chayra yang menyadari itu berusaha menarik lengan baju Alditya agar cowok itu berhenti.
"Ra, maafin aku mau jelasin."
"Ga ada yang perlu dijelasin lagi!" Mata Chayra mulai berair, tetapi ia berusaha menahan.
"Ra, maaf."
"Gua buru-buru, sorry," pekik Chayra. Chayra kembali meninggalkan Alditya.
***
To : Chayra ainin mahasiswi fakultas sains
From : Mahasiswa bodoh dari fakultas komunikasi.
Hai Chayra, apa kabar? Semoga harimu tetap menyenangkan ya!
Ini aku yang masih terpaku padamu. Pada setiap cerita yang sudah usang.
Ini aku yang sudah tega menyakiti, melepaskan dan meninggalkan mu pergi begitu saja.
Ini aku manusia bodoh itu.
Tetapi, kau tahu?
Sampai sejauh ini
Aku masih saja mengingat semua tentang perihal rasamu itu
Barangkali rasamu itu telah kehabisan waktu
Andai saja kau sesekali melihat ke arahku
Aku belum berhenti
Meski kau sudah jelas telah pergi
Dari aku yang merindukanmu. Semoga pesan ini sampai ke kamu ya :')
Chayra masih terpaku menatap layar ponselnya. Iya masih saja membaca pesan tersebut. Pesan yang berhasil menjadi trending dan banyak dibicarakan kebanyakan mahasiswa. Termasuk teman-teman kelas Chayra.
Chayra mendapatkan sebuah notifikasi Instagram dari sebuah akun Instagram kampus. Seseorang yang tidak dikenal tiba-tiba saja men-tag Chayra pada kolom akun tersebut. Di mana akun tersebut memuat pesan dan salam dari para mahasiswa Kampus Merah Putih untuk seseorang.
Chayra menghela napasnya menatap langit yang cerah. Dan tanpa sadar Chayra melihat sosok itu. Sosok yang membuat dirinya menjadi terkenal akibat ulah konyolnya itu. Sosok itu tampak tertawa semringah bersama teman-temannya di taman kampus. Chayra suka tawa itu dan wajah tengilnya, tetapi itu dulu.
"Woy ra, melamun aja. Hati-hati kesambet lo! Eh iya, ngomong-ngomong lo ada skandal apa sama anak komunikasi? Widih diam-diam ga nyangka gua, Ra!" ucap Dixita sambil bertepuk tangan tersenyum sinis.
"Iya Ra, skandal apa lo?" ucap Nadifa.
"Bukan urusan kalian!" kelakar Chayra.
"Woy Ra, sombong banget sih lo!"
Chayra pun memilih pergi begitu saja meninggal Dixita dan Nadifa. Ia malas berurusan dengan manusia kepo seperti mereka. Kini, Chaya pun berjalan tanpa arah. Berusaha menenangkan hati dan pikirannya yang berkecamuk. Dalam benaknya andai saja waktu bisa diputar kembali. Ia memilih untuk tidak mengenalnya.
"Chayra.. Ra.. Tunggu." Seorang cowok berlari menghampirinya.
"Jangan ganggu gua dulu, Tafila," ucap Chayra pelan.
"Gua ga ganggu lo. Gua cuma pengen nemenin lo aja Ra. Karena gua tau lagi ga baik-baik aja."
"Ta." Jari telunjuk Tafila diletakkan tepat di bibir Chayra. Membuat Chayra langsung terdiam..
"Udah deh ikut gua aja. Lo tau ga, lo jalan sambil melamun. Orang-orang pada menatap lo aneh!"
Tafila mengandeng tangan Chayra begitu saja membawa ke tempat yang mungkin bisa menenangkan hati dan pikirannya.
"Lo mau nyulik gua ke mana, sih?"
"Beli eskrim sama beli susu kotak strawberry buat lo!" Chayra hanya bisa terdiam sekaligus terheran-heran dengan perlakuan Tafila terhadapnya.