"Hai Cantik!" sapa Tafila dengan nada menggoda kepada seorang cewek. Ketika dirinya melewati meja cewek tersebut untuk membayar makanan yang telah dipesan. Cewek itu tersipu malu.
Chayra memejamkan mata, lalu mengeleng. Dalam hati yang terdalam ia merasa sangat malu dengan tingkah Tafila. Sudah berkali-kali cowok itu mengoda para cewek yang berada di warung makan. Terutama pada cewek yang terang-terangan menatapnya.
Rasanya ingin membungkus Tafila mengunakan trash bag. Supaya cowok itu tidak tebar pesona sembarangan lagi.
'Punya teman begini amat.'
Chayra terkejap matanya segera membuka ketika seseorang tiba-tiba saja datang dan mengebrak meja. Ia menelan ludah.
"Heh lo cewek kegatelan! Udah berapa kali gua bilang jangan deketin cowok gua!" bentak seorang cewek dengan rambut panjang hitam tergerai. Dan penampilan yang stylish.
Chayra tercengang. Ia menatap heran pada seorang cewek yang sekarang tengah berdiri dihadapanya. Dengan kedua tangan terlipat di depan dada dan tatapan menghujam.
"Heh! Denger gak lo!" Ia mengebrak kembali. Lantaran kesal dengan Chayra yang tidak kunjung menjawab.
Chayra menarik napas. Ia sebenarnya sangat malas berurusan dengan masalah. Dengan ragu Chayra memberanikan diri untuk menjawab.
"Maaf saya gak merasa merebut pacar Anda. Lagi pula, saya tidak tau siapa pacar Anda!"
Mendengar penuturan Chayra cewek tersebut semakin geram. Tanpa aba-aba ia menarik rambut Chayra, dengan tatapan seakan ingin memakan Chayra hidup-hidup.
"Lo cari masalah sama gua!" teriaknya tepat di telinga Chayra. Tangannya semakin menarik rambut Chayra dengan gemas. Membuat Chayra meringis kesakitan.
"Gua gak rebut cowok lo. Dan gua gak tau siapa juga cowok lo itu!" jawab Chayra penuh penekanan. Dengan tangan yang berusaha melepas jengutan dari cewek yang tidak dikenalnya itu.
"Cerelia, Stop!"
Tafila menahan tangan Cerelia agar ia tidak semakin menjambak rambut Chayra lagi. Sedangkan Cerelia terlonjak kaget dan melotot dibuatnya. Chayra menyipitkan mata.
"Jadi dia kan orang yang udah membuat hubungan kita hancur? Iya kan?" Tafila tertegun.
"Jawab!" bentak Cerelia.
"Ada dia atau engga. Hubungan kita memang sudah harus selesai."
"Bohong! Lo, bohong!"
"Gak gua gak bohong! Karena, gua udah muak dengan sikap kekanak-kanak kan lo itu. Dan terbukti sekarang. Sikap lo masih gak berubah!" kelakar Tafila. Tidak segan ia menunjuk Cerelia dengan jari telunjuknya seraya mengebrak meja.
Kini, suasana warung menjadi menegangkan. Beberapa mahasiswa yang sedang asik makan langsung menghentikan aktivitas makannya. Seolah tidak mau kehilangan moment yang jarang terjadi ini. Mereka menyimak dengan saksama.
"Pergi, pergi sekarang lo!" ucap Tafila.
Cerelia menahan emosi. Rahangnya beradu kuat. Ia kalah telak. Dengan hentakan kaki kanan yang cukup kencang, ia pun melangkah pergi meninggalkan warung makan. Tentunya masih dengan tatapan sangat tidak suka mengarah pada Chayra.
Chayra menangis, ia tidak bisa menahan air mata yang ingin keluar dari pelupuk matanya. Sudah ia tahan sebisa mungkin tapi, mau bagaimana lagi akibat kejadian tersebut membuat Chayra terkejut. Tafila terus memperhatikan Chayra yang kini, rambutnya terlihat sudah tidak rapi lagi.
"Ra, jangan nangis lagi. Lo gak mungkinkan nangis terus. Kan udah gua usir dia?" komentar Tafila, menatap cemas.
Tafila lalu, mengusap air mata Chayra dengan tangan kanannya. Chayra masih sesenggukkan, ia mengusap air mata sendiri dengan jaket hoodie yang dikenakan. Meskipun seseorang telah berbaik hati mengusap air matanya. Tafila duduk mengubah posisi, menghadap Chayra.
"Mulai sekarang, gua gak mau jadi temen lo lagi. Jangan deket-deket sama gua lagi," pekik Chayra dengan nada bergetar.
"Tapi Ra—"
Chayra segera mengeblok tas ransel. Batinnya emosi. Chayra tidak tahu menahu biduk permasalahan antara Tafila dan pacarnya itu. Tapi kenapa ia harus teseret. Permasalahan manusia memang pelik. Mengingat hal itu kini, jantung Chayra menjadi berdetak lebih cepat dan dadanya menjadi sesak.
"Ra!" panggil Tafila.
Cepat-cepat Tafila mengejar Chayra agar tidak kehilangan jejak.
Chayra benar-benar meninggalkan Tafila begitu saja. Sambil menyeka air mata yang masih tersisa Chayra berjalan cepat.
Rambut panjang sebahunya, ia ikat mengunakan ikatan rambut berwarna biru. Membuat leher jenjang berwarna kuning langsat terlihat dengan jelas. Ia rapikan sedikit ikatan rambut yang setelah itu jatuh pada ke bagian kiri. Dan setelah itu ia menarik penutup hoodie ke atas kepala. Membuat dirinya terlihat seperti seorang cowok sekarang.
Chayra menatap ke arah belakang sekilas. Ia mengaja melakukan hal itu supaya Tafila terkecoh dan tidak bisa mencegahnya pergi. Dari balik ke ramaian dengan langkah cepat Chayra telah menghilang.
Chayra berlari melewati lorong yang menghubungkan antara Fakultas Sains dengan perpustakaan. Namun, langkah kakinya harus terhenti sesaat ketika dirinya tidak sengaja menabrak tubuh seseorang.
"So ... Sory. Gua gak sengaja," tutur
Chayra
Chayra menundukkan kepalanya. Ia tidak ingin orang yang harus ditabraknya itu tahu jika dirinya menangis. Alditya berdehem. Menatap Chayra dari atas hingga bawah.
"Kalau minta maaf itu, orangnya ditatap."
Merasa disindir oleh orang yang baru saja ia tabrak. Pada akhirnya Chayra mendongakkan wajahnya menatap orang tersebut. Raut wajah serta sorotan mata Chayra menatap orang yang baru saja ia tabrak dengan terkejut.
Duh! Kenapa dia sih!
"Maaf. Saya gak sengaja."
Sesudah mengucapkan kalimat tersebut. Chayra segera melengang pergi meninggalkan Alditya. Ia sedang tidak mau berhubungan dengan siapa pun. Termasuk Alditya.
Mendengar jawaban serta tingah laku Chayra yang agak aneh, membuat Alditya penasaran. Perasaan dalam hati mengatakan bahwa ia harus mengejar Chayra.
"Lo kenapa?" tanya Alditya.
Ia menyejajarkan langkah kakinya. Chayra berusaha menutup kupingnya. Tidak ingin mendengar pertanyaan dari Alditya.
"Hei?" Alditya menghadang langkah Chayra.
"Gak apa-apa. Gua gak kenapa-kenapa Kak."
Alditya tersenyum lebar kala Chayra menjawab pertanyaan yang ia lontarkan.
"Masa sih? Tapi gua rasa, lo lagi kenapa-kenapa. Gua bisa tau dari raut wajah lo. Ya meskipun ucapan lo itu, mengatakan lo gak apa-apa."
Chayra memutar bola matanya jengah. Ia memasukkan kedua telapak tangan ke dalam saku jaket hoodie. Meremas-meremas saku jaket tersebut. Berusaha menahan rasa amarah yang kian memuncak.
"Hei?"
"Berisik lo ah!" jawab Chayra kesal. Ia segera berlari pergi meninggalkan Alditya. Membuat Alditya bertanya-tanya.
"Loh kok, pergi sih?"