Langkah kaki Chayra berjalan dengan terburu-buru. Perasannya panik sebab malam semakin larut, namun dirinya belum juga berada di rumah. Dan sialnya hari ini Valya, teman yang siap sedia menampung Chayra bersinggah tidak berada di kosan karena hari ini adalah hari sabtu. Jadwal Valya untuk pulang ke rumahnya yang berada di Bogor.
Chayra menatap langit yang telah mengelap. Pantas saja jika angkutan umum sudah tidak beroperasi. Ia mengeluh bingung harus bagaimana. Terlebih jarak rumah dengan kampus yang cukup jauh.
Jalan satu-satunya adalah menginap di kosan Ranasya. Namun, bukan Chayra namanya jika tidak merasa sungkan menginap di tempat orang yang baru beberapa hari saling mengenal.
Padahal Ranasya sudah berbaik hati menawarkannya menginap. Tapi mau bagaimana lagi? Ia tidak akan bisa tertidur sampai pagi jika tidak merasa nyaman.
Chayra pun kembali menatap layar ponselnya ingin memesan ojek online. Mengklik tulisan pesan pada aplikasi ojek onlinenya. Namun, kekecewaan harus Chayra terima ketika pada layar ponselnya menampilkan sebuah tulisan Jarak terlalu jauh. Coba atur ulang tujuanmu agar pengemudi tidak pegal-pegal!
Memang terlihat sangat konyol. Benar saja karena siapa yang mau menerima ordernya jika jarak terlalu jauh. Dari Jakarta Selatan menuju bekasi.
Perlahan Chayra pasrah dan memasukkan ponselnya ke dalam tas. Menelisir pandangan pada jalan raya yang terlihat lengang. Tidak lama sebuah bus transjakarta pun ia lihat dari kejauhan. Chayra pun berdiri dari bangku halte menuju pinggir jalan agar terlihat oleh pengemudi bus transjakarta.
Saat bus sudah sampai dihadapanya lagi-lagi Chayra harus menerima kekecewaan. Chayra memberengut ketika membaca tulisan yang tertera pada bus yang bertuliskan Bus tidak melayani PNP.
Dan kini hanya ada satu harapan yaitu Ranasya. Suasana halte pun semakin sepi. Dengan cepat Chayra mengeluarkan ponselnya dan mencari nama Ranasya dan menghubunginya. Tetapi, nomor telepon Ranasya tidak dapat dihubungi, ditelepon tidak dibalas dan di sms ataupun Whatsapp apalagi.
Sungguh Chayra tidak tahu harus bagaimana sekarang. Ia hanya bisa berharap semoga semesta mengirimkan seseorang yang mau mengantarkannya pulang ke rumah dengan selamat sampai tujuan.
Chayra mengeratkan jaket hoodie yang ia kenakan. Kala udara malam yang terasa semakin menusuk tulang. Sambil mengetuk-ngetuk sepatunya pada tiang halte bus, ia menarik napas panjang. Suasana halte pun semakin sepi hanya ada tiga orang ojek online. Yang sejak tadi memperhatikan Chayra. Chayra membuang wajahnya ketika ia bertaut mata dengan salah satu ojek online. Ia bergedik ngeri.
"Chayra, Ra!" Chayra terhening ketika mendengar namanya disebut. Ia berusaha menajamkan pendengarannya. Takut-takut ia hanya berhalusinasi.
"Ra!" Lagi-lagi suara itu terdengar, namun ia tidak tahu di mana dan siapa yang memanggil dirinya.
"Ra! Budek lo ya?"
Seseorang tiba-tiba saja menepuk bahunya, membuat dirinya terperanjat karena terkejut.
"Tafila!" jerit Chayra terdengar sangat melengking. Membuat cowok dihadapanya itu segera menutup kedua telinganya. Dan beberapa ojek online menatap ke arah mereka.
"Lo ngapain di sini?" tanya Tafila heran.
"Gua mau pulang. Tapi udah gak ada angkutan umum. Mau nginep di kosan temen ga bisa dihubungin dan gua ga tau di mana tempat kosan dia."
"Ya udah pulang bareng gua aja yuk? Rumah kita searah 'kan?" Chayra langsung mengangguk setuju.
"Ya udah ke sana yuk? Gua mau ambil motor."
Tafila melirikkan mata ke arah beberapa ojek online yang sejak tadi menatap Chayra. Melihat raut wajah ragu Chayra, Tafila tersenyum hangat. Seakan tahu apa yang ada dalam benak Chayra.
Tafila pun menyakinkan pada Chayra bahwa tidak akan terjadi apa-apa. Cowok itu pun mengengam tangan Chayra menuju motor scoopy berwarna hitam.
Tafila membuka jok motornya, mengambil sebuah helm dan memberikannya pada Chayra. Sementara itu, Chayra hanya terdiam tidak menerima helm yang Tafila berikan. Tafila menjentikkan jarinya tepat di depan wajah Chayra. Membuat Chayra terperangah dan sadar dari lamunan.
"Nih pakai. Apa mau gua yang pakai 'kan?" Chayra mengelengkan kepalanya pelan. Tafila terkekeh.
Dengan perlahan Chayra meraih helm dari tangan Tafila. Pandangan Chayra tertuju pada hiasan di atas helm yang Tafila berikan. Pasalnya helm tersebut dihiasi sebuah boneka yang biasa dipasang pada dasbord mobil. Sebuah hiasan emoticon yang dapat bergerak ke kanan dan ke kiri jika di gerakan.
Tersadar dengan raut wajah Chayra yang berubah menjadi aneh ketika menerima helm darinya. Tafila berkata, "Lucu ya hiasannya kaya gua?"
Chayra langsung menatap Tafila sinis. Tafila hanya biasa tertawa lepas membuat kedua lesung pipinya terlihat jelas. Tidak mau berlama-lama Tafila lalu mengambil helm yang berada di tangan Chayra. Ia segera mengenakan helm tersebut di kepala Chayra, tidak lupa memasangkan pengait helm supaya aman.
Tafila Rayhan nama yang terdengar seperti perempuan. Tapi, jangan salah dia adalah cowok ganteng yang memiliki banyak fans. Semua mahasiswi dari jurusan Geografi mulai dari kakak kelas, teman sekelas, adik kelas bahkan mahasiswi jurusan lain mengidolakan dia.
Salah satu mahasiswa yang supel dan hamble memiliki hubungan pertemanan yang luas. Segala hal yang menyangkut tentang dirinya menjadi pembahasan yang menarik untuk didengar dan dibahas.
'Perfecsionis banget sih lo Tafila!' lirih Chayra.
"Ra ayo!" ucap Tafila. Namun, Chayra hanya terdiam.
Pada akhirnya Tafila yang gemas dengan sikap Chayra langsung mencubit pipi gadis itu. Tidak peduli ia merasa sakit ataupun tidak yang terpenting Chayra sekarang sudah tersadar dari lamunan dan menaiki motornya.
Dari balik udara malam yang sangat terasa dingin dan bulan purnama yang tampak sangat indah dilihat. Chayra hanya dapat berterima kasih kepada semesta karena telah mempertemukan manusia yang dengan sejuta tingkah ini. Meskipun pada awalnya ia merasa terganggu dengan kehadirannya. Semoga saja semesta tidak bosan mengirimkan manusia baik untuk dirinya jika ia sedang merasa kesulitan.
Selepas bertemu tidak sengaja dengan Tafila di halte kampus. Tafila melaju melewati deru malam di jalanan tanpa obrolan panjang. Ia menghentikan laju motornya pada sebuah rumah berpagar putih dengan taman yang terhias cantik di dalamnya. Suasana rumah Chayra tampak sepi, hanya ada pendar cahaya lampu dan bulan purnama.
Chayra mengeluarkan tangannya dari balik saku jaket yang Tafila kenakan. Dalam perjalan Tafila meminta Chayra memasukkan kedua tangannya ke dalam saku jaketnya, dengan alasan udara malam itu dingin tidak baik untuk gadis perawan. Chayra turun dari motor Tafila, melepaskan helm yang ia kenakan.
Tafila memandang dalam sepasang mata cokelat milik Chayra. Membuat sang pemiliknya langsung mengalihkan pandangan karena merasa terusik.
"Gua pamit ya," kilah Tafila menghilangkan kecanggungan di antara mereka. Chayra mengangguk kepalanya.
"Makasih ya. Hati-hati ya," ucap Chayra seraya memberikan helm yang baru saja ia kenakan pada Tafila. Tafila mengambil helm tersebut dan mengantungkannya pada lengan tangan kirinya. Ia tersenyum pada Chayra.
Setelah Tafila mengantar Chayra. Ia pun segera kembali melajukan motor melanjutkan perjalanan menuju rumahnya yang tidak terlalu jauh dari rumah Chayra. Pupil mata Chayra masih bergeming menatap punggung Tafila yang kian menjauh.