Alditya menyugar rambutnya ia tengah duduk santai, sambil meminum kopi serta sesekali menghisap rokoknya. Adiba, Adam dan Chayra sejak tadi hanya berdiri memperhatikan Alditya dari jarak yang cukup dekat tidak ada yang berani menghampiri Alditya. Cowok berambut sebahu itu. Tiba-tiba saja Alditya menyadari keberadaan mereka.
"Hei kalian bertiga mau apa?" ucap Alditya tegas sambil menaikkan sebelah alis.
Mereka bertiga terdiam, sebelum akhirnya saling dorong-mendorong menunjuk satu dengan yang lain untuk menghampiri Alditya.
Alditya yang mulai kesal dengan tingkah mereka pun berdiri dari tempat duduknya dan berkata, "Lo yang pake hoodie cokelat cepat ke sini!"
Chayra meneguk salivanya dengan getir. Kedua temannya memberikan kertas tugas artikel pada Chayra dengan seenaknya. Setelah itu, Adiba dan Adam mendorong tubuh Chayra agar cepat melangkahkan kakinya menuju Alditya. Chayra dibuat terkejut dengan perlakuan kedua temannya itu. Ia membelalakkan mata.
"Maaf kak, saya mau mengumpulkan tugas artikel." Alditya mengambil kertas artikel tersebut dari tangan Chayra dan memeriksa dengan teliti.
"Nama lo siapa?"
"Chayra kak." Alditya mengangguk-anggukkan kepala sambil terus memeriksa artikel. Sesekali ia memperhatikan Chayra dengan diam-diam. Sedangkan Chayra terdiam dengan perasaan tidak enak.
"Lo berdua kenapa berdiri di sana? Ga sopan banget ya sama kakak kelas?" kelakar Alditya pada Adiba dan Adam.
Adiba dan Adam yang merasa disebut gelagapan. Chayra hanya bisa memperhatikan raut wajah panik pada kedua temannya itu dan tertawa puas dalam hati. Adiba dan Adam pun berjalan pelan menghampiri Andrian.
"Maaf kak," ucap mereka bersamaan. Andrian hanya melirik sekilas pada Adiba dan Adam.
"Nama kalian siapa?"
"Saya Adiba kak."
"Saya Adam kak."
"Lo berdua Adiba dan Adam--" Alditya mematikan rokoknya dan membuang puntung rokok tersebut pada sebarang tempat. Asap yang tadinya mengepul kini mulai menghilang dari mulutnya.
"Tugas kalian selesai dan boleh pergi. Tapi, lo masih di sini," ucap Alditya menunjuk Chayra. Chayra yang mendengar perkataan Alditya mengumpat kesal.
"Oh, oke kak. Makasih ya!" tutur Adam semringah.
"Makasih kak. Ra, gua duluan ya!" ucap Adiba.
"Yah, tungguin gua dong Adiba," rengek Chayra. Alditya menatap Adiba dengan tajam.
"Eh ... Emm ... Maaf Ra gua ada kelas. Maaf ya gua duluan!" Adiba langsung pergi begitu saja setelah bersalaman dengan Alditya.
"Gua juga duluan ya Ra. Ada kelas juga." Adam berlari kecil menyusul Adiba.
Alditya pun duduk bersama dua orang temannya dan menyandarkan tubuhnya pada dinding tembok Fakultas Komunikasi. Sambil menandai beberapa penulisan yang dianggapnya salah.
Alditya menghentikan aktivitasnya mengehela napas kasar. Ia melihat Chayra yang masih asik berdiri menatap sekitar.
"Heh lo. Mau sampai kapan berdiri di sana?" tanya Alditya kepada Chayra. Kedua teman Alditya yang saat itu sedang sibuk memainkan ponsel. Seketika menatap Chayra.
Chayra menolehkan kepalanya saat Alditya mengatakan hal tersebut pada dirinya. Chayra melangkah ragu duduk dihadapan Alditya. Setelah itu, Alditya kembali fokus meniti setiap kata dan kalimat dari artikel yang Chayra buat.
Tangan Alditya memijat pelipis kepalanya, pusing. Banyak kesalahan dalam penulisan artikel yang Chayra buat. Ia pun meminum kopi yang masih tersisa sedikit pada gelas plastik.
"Nih, buat ulang sekarang juga!" Alditya memberikan kertas hasil koreksinya pada Chayra.
"Hah? Gimana kak?"
"Lo gak denger? Buat ulang sekarang juga!"
Chayra memberengut menatap dalam artikel yang sudah penuh dengan coretan dari Alditya. Rasanya ingin menangis detik itu juga. Artikel yang ia buat semalam penuh ditambah dengan pengerjaan usai kelas berlangsung sudah tidak berbentuk akibat coretan dari Alditya.
"Tapi kak, saya ada kuis. Sebentar lagi masuk?"
Alditya mendelik. "Gua ga peduli. Kerjain sekarang atau nama lo gua hapus dari daftar peserta."
Chayra memajukan bibirnya merasa kesal harus berurusan dengan manusia menyebalkan seperti Alditya.
"Ini kertas folionya. Gua ada jadi lo ga perlu beli dulu."
Chayra mengambil kertas folio tersebut. Ia menyalin kembali artikel yang sudah banyak perbaikan dari beberapa coretan Alditya. Namun, saat sedang asik menyalin artikel. Ia merasa ada yang aneh dengan gaya bahasa serta tulisan pada artikel tersebut. Chayra pun melirik nama yang tertera pada bagian bawah pojok kertas artikel yang bertuliskan Adiba Khansa.
Chayra merutuki kebodohannya sendiri. Bagaimana bisa sejak tadi, ia tidak bisa mengenal tulisannya sendiri?
Alditya yang menyadari Chayra berhenti menulis pun berkata, "Heh lo, udah selesai?"
"Jangan-jangan galak woy, Dit. Kasian dia takut sama lo," tutur salah satu teman Alditya yang mengenakan jaket denim. Tetapi Alditya tidak mengubris perkataan Jaya, temannya.
"Heh ... Ditanya jawab!"
"Kak, ini artikel punya Adiba bukan punya saya kak!"
Alditya terperangah mendengar perkataan Chayra. "Maksud lo?"
"Iya, kertas artikel ini punya Adiba kak bukan punya saya!" ucap Chayra tegas.
Alditya langsung mengambil kertas artikel dari tangan Chayra. Ia kemudian, memeriksa kedua artikel lain. Tetapi, kedua artikel tersebut sudah cukup benar dalam hal penulisan serta menggunaan ejaannya.
Alditya meneguk salivanya. "Jangan bohong lo."
Chayra tersenyum sinis. "Engga kak! Orang benar kok artikel itu punya Adiba bukan punya saya."
"Kok bisa salah sih?" batin Alditya.
"Coba gua liat kartu mahasiswa lo. Mana tahu lo bohong!" dalih Alditya.
Chayra segera mengambil kartu mahasiswa dari dompet yang berada di dalam tasnya. Setelah itu, Chayra memberikan kartu tersebut pada manusia menyebalkan yang duduk tepat dihadapanya.
Bola mata Alditya menatap tajam dan menelisik. Membaca sebuah nama yang tertera pada kartu tersebut serta nama yang tertulis pada artikel. Tidak lupa juga mengamati wajah Chayra dengan wajah dikartu mahasiswanya.
Sadar dirinya diperhatikan oleh Alditya. Chayra mengambil paksa kartu mahasiswanya dari tangan Alditya.
"Saya benarkan kak?" Alditya mengaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Mangkannya kak tanya dulu."
Tidak berselang lama wajah Alditya tersenyum manis pada Chayra. Namun, Chayra menatap malas.
"Maaf ya dek? Gua salah. Ya udah tolong panggilkan dan beritahu Adiba ya?" ucap Alditya.
Chayra memutar bola matanya, malas. Kertas folio yang baru sedikit Chayra tulis, ia berikan pada Alditya begitu saja. Chayra pun berdiri dari tempat duduknya dan memasukkan kartu mahasiswanya asal, ke dalam tas. Ia mengemblok tasnya dan pergi meninggalkan Alditya tanpa sepatah kata pun.
Alditya segera berdiri dan berlari mengejar Chayra. Meraih lengan Chayra yang membuat Chayra menghentikan langkah kakinya. Chayra menatap Alditya dengan tatapan kesal.
"Maaf ya?" ucap Alditya.
Perkataan Alditya pun sukses membuat orang-orang yang sedang duduk santai di loby Fakultas Komunikasi menatap ke arah Alditya dan Chayra. Mereka pun menjadi pusat perhatian dan Chayra tidak suka hal itu. Chayra menepis tangan Alditya dan berjalan dengan langkah cepat meninggalkan loby Fakultas Komunikasi. Pergi begitu saja tanpa mempedulikan permintaan maaf Alditya.
"Dek, Alditya memang ngeselin. Bunuh aja dia!" teriak Rio, teman Alditya. Alditya yang mendengar ucapan Rio langsung mendapat tatapan nanar oleh Alditya.
Chayra yang dari kejauhan mendengar ucapan teman Alditya hanya melihat sekilas. Sekarang yang ada dipikiran Chayra adalah bagaimana nasib kuisnya hari ini?
Pasalnya ia sudah dua kali tidak bisa mengikuti kuis matakuliah Geografi Regional Indonesia yang diadakan oleh Bu Amira. Dan sialnya lagi Bu Amira tidak pernah mengadakan kuis susulan.