Chayra hari ini benar-benar merasa lelah. Sesampainya di depan pintu kostsan Valya—Chayra mengeluarkan ponselnya. Melepon Valya yang sejak tadi ia panggil dan mengetuk pintu tidak ada jawaban.
Halo?
Iya?
Valya, lo di mana? Gua udah di depan kostsan lo nih.
Hah? Ngapain?
Gua mau numpang tidur. Kan tadi gua udah bilang ke elo.
Eh iya! Sorry ... Gua lupa. Bentar gua otw.
Chayra menutup sambung telponnya. Ia menatap sekeliling kostsan Valya yang berada di lantai dua. Terlihat sangat sepi wajar saja, sebab jam sudah menunjukkan pukul dua belas malam. Sambil mengetukan jemarinya di atas besi tiang tembok Chayra menatap Valya yang sedang menaiki tangga. Valya tertawa kecil melihat raut wajah Chayra yang lesu. Sedangkan Chayra menatap Valya bingung.
"Chayra!" Valya mencubit gemas pipi Chayra. Sedangkan yang dicubit berusaha melepaskan tangan tersebut dari pipinya.
"Ssst... Jangan teriak-teriak udah malam Val." Valya hanya tersenyum sambil memperlihatkan barisan gigi-giginya.
"Ya udah yuk kita masuk!" Chayra mengikuti langkah kaki Valya menuju kamar kostnya. Setelah menunggu Valya membuka pintu, akhirnya Chayra bisa masuk ke dalam dan segera merebahkan tubuhnya di atas kasur.
"E--eh ... Mandi dulu sana. Lo bau!" ucap Valya.
"Bentar deh Valya, capek gua."
"Ih, ga ada bentar-bentar ya. Gua ga mau kasur gua bau!"
"Iya ... Iya ... Lo kaya Emak gua, bawelnya!"
"Enak aja!"
"Serius gua mah."
"Sorry ... Sorry ... Ya udah lo mandi gih abis itu istirahat. Besok masih training 'kan?" tanya Valya yang dibalas anggukkan kepala Chayra.
"Val, gua nginep seminggu ya di kostsan lo, ya?"
"Iya santai. Gua malah seneng ada temen."
"Ya udah sana cepat mandi! Kalau mau pake air hangat gua ada termos tuh. Lo pake aja airnya. Tapi gua tidur duluan ya!" Valya pun segera merebahkan tubuhnya di samping Chayra.
Mata Chayra mulai sayu, rasanya dirinya sudah ingin langsung tidur. Namun, Valya sang pemilik tempat tidur tidak terus menerus mengingatkannya untuk mandi sebelum ia tidur di atas kasurnya.
Chayra bangun dari tempat tidur Valya. Segera ia mengambil handuk dari dalam tasnya serta baju tidur yang sengaja ia bawa. Setelah itu, Chayra melangkahkan kaki ke dalam toilet.
Usai mandi, Chayra merebahkan tubuhnya di atas kasur. Valya sudah terlelap ke dalam alam mimpi. Chayra sangat lelah setelah mengikuti training. Training rasanya sangat menguras tenanganya. Jam tidurnya pun terganggu akibat mengikuti training. Jam menunjukkan pukul setengah satu malam, biasanya ia sudah tertidur pulas.
Chayra menatap langit-langit kamar. Angin malam mulai masuk melalui celah-celah pintu dan jendela, membuat Chayra merapatkan tangannya ke atas dada. Malam ini langit sedang menangis. Tidak heran jika, udara terasa lebih dingin.
***
Chayra duduk pada kursi yang berada pada barisan belakang, bersama dengan keempat temannya. Beruntung hari ini ia dapat duduk pada kursi barisan belakang. Sehingga dosen matakuliah matematika dasar yang sedang menerangkan materi. Tidak menyadari bahwa salah satu mahasiswanya tengah asik mengahapalkan sebuah materi yang tidak ada sangkut pautnya dengan matakuliah.
Chayra mahasiswa tersebut. Ia berusaha mengahapalkan materi terkait dengan Unit Kegiatan Mahasiswa yang sedang ia ikuti, Lingkar Pena. Chayra terus berkomat-kamit menghapalkan materi yang akan diujikan ketika training nanti. Materi tersebut terkait seputar Lingkar Pena baik sejarah, makna dari logo dan kegiatan yang dilakukan.
Peserta yang tidak dapat menjawab akan diberikan hukuman yakni membuat sebuah artikel dan harus dikumpulkan esok pagi. Padahal training berakhir pukul setengah dua belas malam. Chayra bergedik ngeri.
Ia membayangkan jika dirinya dihukum, ia harus berpikir keras mengerjakan artikel tersebut. Terlebih artikel tersebut harus ditulis dengan tangan. Terbayang betapa melelahkan hal itu. Mana bisa dirinya melakukan itu!
"Ra, lo lagi ngapain si?" Mata Tafila terus menelisik pada sebuah kertas yang Chayra pegang.
"Lo ga liat gua lagi ngapain?"
Tafila menyipitkan matanya seraya berkata, "Lagi menghafal lah. Eh tapi ... Emang hari ini ada kuis ya? Perasaan ga ada deh?"
"Ada!" ucap Chayra.
"Hah? Serius lo? Matkul apa?"
"Geografi."
"Mati gua!" Tafila menepuk keningnya. Sedangkan Chayra malah tertawa tanpa suara melihat kelakuan Tafila.
"Ga ada Tafila. Ini gua lagi menghafal materi Lingkar Pena. Biar gua bisa jawab pertanyaan nanti pas training," tutur Chayra.
"Oh gitu, santai aja si. Jangan ambil pusing, kalau ga bisa jawab ya udah."
"Ga bisa gitu. Kalau ga bisa jawab nanti gua kena hukuman. Dan hukumnya buat artikel ditulis tangan!"
"Ya udah santai aja si. Kena hukuman ya tinggal jalanin."
Chayra memilih mengabaikan ucapan Tafila. 'Enak sekali ucapan dia, kalau kena hukuman ya tinggal jalanin.'
Tafila cowok dengan sejuta keramahan, ke konyolan, dan senyuman. Tidak heran jika banyak orang yang ingin berteman dengannya terutama perempuan. Dia seperti matahari dengan sejuta sinar. Selalu menyinari kehidupan orang lain yang terlihat muram. Selalu tampil dengan senyuman yang tidak pernah lepas dari raut wajahnya. Sehingga julukan tuan murah senyum tersemat padanya.
Sebenarnya Chayra adalah salah satu dari sekian banyak orang yang beruntung bisa mengenal Tafila. Karena, Tafila selalu ada untuknya. Namun, Chayra tidak pernah merasa kehadiran Tafila sebagai keberuntungan. Sebab, menurut Chayra, Tafila adalah manusia yang paling tidak bisa diam dan selalu menganggu harinya.