“Kenapa kau diam? Kau tidak bisa menjawabnya?” ucap Park Jimin terus bertanya.
“Mianhae, itu bukan bonekaku. Semua barang-barang itu sudah ada di kamar ini,” jawab Azel berbohong.
“Jinja?” tanya Park Jimin masih tak percaya.
“Ye!” jawab Azel tanpa ragu.
Park Jimin menatap ke rak putih yang ada di dalam kamar Azel itu dengan jelas karena pintu kamarnya yang sudah dibuka lebar oleh Azel.
Dengan mata yang mengernyit tajam, Park Jimin merasa bahwa ia tidak pernah mengetahui ada boneka RJ yang tersusun rapi dan banyak di rak putih itu.
Tak lama kemudian, Park Jimin tampak mendesis pelan hingga membuat Azel mengernyitkan keningnya samar.
“Ada apa?” tanya Azel.
“Kalau memang itu bukan boneka mu, kenapa kau biarkan dia ada di dalam kamar mu?” tanya Park Jimin lagi yang kini membuat Azel tersentak bingung untuk mencari jawabannya lagi.
“Itu, itu karena,”
“Sudahlah Azel, aku tahu kalau berbohong lagi denganku. Apa susahnya kau bilang yang sebenarnya? Ok, kalau memang kau tidak ingin mengakui di hadapan para member. Tapi, apakah kau bisa mengakuinya di hadapanku?” tanya Park Jimin lagi yang kali ini membuat Azel menimbang permintaan itu.
Setelah terdiam sejenak, tampak Azel menarik napasnya dalam-dalam dan menghembuskan secara perlahan. Park Jimin yang masih menatap wajah Azel, tampak sabar menunggu jawaban Azel itu.
“Ye, aku memang seorang ARMY. Tapi, itu dulu.”
Park Jimin mengernyitkan keningnya samar mendengar itu. “Waeyo?” tanya Park Jimin penasaran.
“Itu karena,” ucap Azel menahan bicaranya dengan suaranya yang berubah menjadi parau.
Tampak Azel menahan isak tangis yang ternyata air matanya sudah lebih dulu menetes di pipinya.
“Azel? Gwenchana-a?” tanya Park Jimin tampak khawatir.
Park Jimin menuntun Azel untuk duduk di kursi panjang depan dinding kamarnya itu. Di sana, Park Jimin tampak mencoba untuk menenangkan Azel yang sudah pecah dengan tangisnya.
“Yakk, ada apa? Kenapa tiba-tiba kau menangis?” tanya Park Jimin tampak bingung, tapi juga penasaran.
Perlahan Azel mulai mengusap air mata di wajahnya dan menarik napasnya dalam-dalam sebelum menjawab pertanyaan Park Jimin.
“Oke, sekarang tenangkan diri kamu dulu. Setelah itu, cerita pelan-pelan. Ada apa? Apa ada yang salah dengan pertanyaan ku tadi?”
Azel terdiam dengan isak tangisnya yang terdengar sudah agak mulai mereda setelah tadi sempat menangis pecah.
“Mianhae, tidak seharusnya aku seperti ini,” ucap Azel seraya menyeka air mata yang tersisa di sudut matanya.
“Anniyo, seharusnya aku yang minta maaf karena sudah membuat kamu jadi menangis seperti ini. Maaf, kalau ada pertanyaan ku yang membuatmu kesal. Tapi, pertanyaan ku tadi sama sekali tidak lepas dari rasa keingintahuan ku terkait identitas kamu sebagai ARMY atau bukan.”
Azel mengangkat wajahnya menatap sekilas wajah Park Jimin yang duduk di sebelahnya.
“Ye, aku tahu. Tapi, tadi aku spontan saja rindu dengan temanku. Itulah kenapa aku sampai menangis,” ucap Azel memberitahu.
“Apa hubungannya dengan pertanyaan ku tadi tentang kau yang menjadi ARMY di masa lalu?” tanya Park Jimin semakin bingung.
“Jadi, dulu aku adalah seorang ARMY. Bersama dengan temanku. Dan bias ku bukanlah Kim Seok Jin, melainkan kamu, Jimina.”
Park Jimin tersentak kaget mendengar itu. Ia tak menyangka bahwa terkaannya perihal identitas Azel sebagai ARMY adalah benar.
“Sedangkan temanku itu baru biasnya adalah Kim Seok Jin. Dia sangat menyukainya. Semuanya berbau tentang dirinya Kim Seok Jin. Aku sampai tidak bisa mencegahnya lagi,” ucap Azel bercerita.
Park Jimin yang duduk di sampingnya itu tampak fokus memiringkan wajahnya menatap Azel yang akhirnya mau terbuka dengannya.
“Lalu, dimana temanmu itu? Apa kemarin dia ikut seleksi untuk masuk di sekolah Bangtan?” tanya Park Jimin penasaran.
Azel mengulas senyuman tipis di wajahnya seraya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.
“Anniy,” jawab Azel.
“Dia sudah meninggal beberapa tahun yang lalu,” lanjut Azel memberitahu. Park Jimin sontak terkejut mengetahui hal itu. Matanya semakin menatap tajam seolah tak sabar mendengarkan kelanjutan ceritanya.
“Dia meninggal dengan tragis karena kecerobohan dirinya sendiri. Dia terlalu berobsesi tinggi untuk bertemu dan juga memiliki Kim Seok Jin yang faktanya itu sangat mustahil. Tapi, karena pengaruh dari lingkungan dan para Army yang toxic, dia harus mencelakai dirinya sendiri. Kau tahu karena apa?” tukas Azel yang melontarkan pertanyaannya kepada Park Jimin.
Park Jimin menggelengkan kepalanya dengan tatapannya yang masih serius untuk mendengarkan cerita dari Azel.
“Karena apa?” tanya Park Jimin.
“Ada beberapa ARMY toxic yang mengirimkan surat kepada teman ku, dan mengatakan bahwa temanku itu jelek, gendut, tidak pantas memiliki mimpi menjadi seorang ARMY yang menyukai seorang idol seperti Kim Seok Jin.”
Azel menggelengkan kepalanya tampak kecewa jika flashback masalah itu lagi.
“Dan bodohnya, temanku itu termakan dengan omongan para ARMY toxic yang akhirnya, dia mengambil jalan bunuh diri.”
Park Jimin semakin melototkan matanya lebar mendengar itu.
Perlahan, Park Jimin menurunkan pandangannya tampak tak menyangka dengan cerita Azel yang begitu menyakitkan itu. Sedihnya lagi, Park Jimin mengetahui bahwa temannya Azel itu adalah seorang ARMY.
“Pasti Jin Hyung akan sangat sedih jika mendengar cerita ini,” ucap Park Jimin dengan wajah sedihnya.
“Jimina, tolong jangan katakan ini pada Kim Seok Jin. Dia pasti akan sangat terluka jika mengetahui ini. Dan perihal diriku sebagai ARMY, tolong sembunyikan juga dengan para member.”
Park Jimin menggelengkan kepalanya tak menerima permintaan Azel yang demikian.
“Waeyo?” sontak Min Yoongi lebih dulu menanyakan itu lantaran membuat Azel dan Park Jimin yang ada di sana mendongakkan wajahnya kaget menatap para member BTS seperti Min Yoongi, Kim Taehyung, Jeon Jungkook, J-Hope dan Kim Namjoon sudah ada di sana.
Azel sontak berdiri tegak dengan raut wajahnya yang tampak tegang.
Park Jimin yang berada di sana pun ikut terkejut melihat para member sudah berkumpul di sana.
Perlahan para member itu melangkahkan kakinya maju mendekati Azel dan Park Jimin.
“Kenapa kalian ingin menyembunyikan hal ini kepada kami?” tanya Min Yoongi begitu ia berdiri di hadapan Azel dan Park Jimin.
“Anniy, Hyung. Aku tadi juga tidak setuju dengan permintaan Azel yang harus menyembunyikan identitasnya sebagai ARMY,” sahut Park Jimin meluruskan.
Min Yoongi yang semula menatap Park Jimin, beralih menatap ke arah Azel dengan raut wajahnya yang tampak meminta jawaban.
Azel yang mendapati tatapan itu seketika tampak gugup dan bingung.
“Kenapa? Kenapa kau ingin menyembunyikannya dari kami?” tanya Min Yoongi lagi yang kali menatap tajam ke wajah Azel.
“Ee, aku, aku hanya tidak ingin mengingat kembali status sahabatku yang sudah meninggal itu. Jika aku mengingat banyak tentang kalian, aku akan ingat tawanya yang bahagia namun harus berujung duka.”
Dengan mata yang menatap ke dasar lantai, Azel meneteskan air matanya di kedua pipinya. Para member BTS tampak saling bertukar pandang tak menyangka bahwa Azel adalah seorang ARMY yang harus menyembunyikan identitasnya.
“Itulah kenapa aku bersikap seperti seorang musuh agar kalian membenciku. Dengan begitu, aku tidak akan ingat banyak tentang kalian. Dan tujuan ku datang ke sini, karena ingin membuat para ARMY di dunia ini cemburu. Artinya aku berhasil membalaskan rasa sakit yang dirasakan oleh sahabat ku,” sontak Azel menguraikan alasan ia selama ini bersikap seperti seorang enemy.
“Mungkin aku bisa mengubah takdirku, tapi tidak dengan ketetapan-Nya. Takdirku begitu beruntung karena telah bertemu dan bersosialisasi dengan kalian hingga membuat dunia cemburu padaku. Tapi aku tidak akan pernah lepas dari ketetapan-Nya bahwa apapun yang aku lakukan, tidak akan bisa membuat sahabatku kembali hidup hanya dengan membalaskan rasa sakitnya itu.”
Semua member terdiam dengan raut wajahnya yang tampak ikut terharu akan apa yang dikatakan oleh Azel barusan.
“Queen Azel,” panggil Park Jimin membuat Azel menolehkan kepalanya menatap Park Jimin yang saat ini duduk di sebelahnya.
“Aku tahu bagaimana perasaan mu jika berada di posisi itu. Tapi, kau tidak perlu mengorbankan dirimu hanya karena rasa sakit yang dialami oleh sahabat mu. Mungkin bisa dikatakan kau tidak terima, tapi percayalah, tidak semua ARMY itu toxic. Dan tidak semua apa yang kau lakukan adalah benar. Satu yang harus kau tahu, sejak kau datang ke sini, aku sama sekali tidak pernah menganggap mu sebagai enemy, meski sempat terbesit karena sikapmu. Tapi entah kenapa aku hanya merasa yakin bahwa kau adalah orang baik dan unik. Dan dugaan ku tidak salah, kau adalah ARMY yang sejati. Kau bertahan dengan status mu sebagai ARMY, tapi kau mampu menyembunyikannya. Aku benar-benar menyukaimu,” ucap Park Jimin membuat Azel tersentak kaget dengan kedua matanya yang tampak membulat lebar.
Tak hanya Azel, para member pun tampak terkejut mendengar itu.
“Ye?” jawab Azel setelah diam beberapa saat.
“Aku ingin kau benar-benar menjadi ARMY kami, ARMY-nya Bangtan.”
Azel tersentak diam dengan kedua matanya yang tampak terkejut mendapat tawaran itu dari Park Jimin. Ditambah raut wajah Park Jimin yang tampak tulus memberikan tawaran itu kepada Azel.
“Ye, Azel. Aku ingin kau menjadi ARMY yang nyata untuk kami. Dengan senang hati kami akan menyambut mu,” timpal Kim Namjoon ikut menambahkan.
“Woah! Daebak! Azel, kau benar-benar ARMY yang unik yang tidak pernah kami temui sebelumnya,” sambung J-Hope membuat para member yang lain tampak anggukkan kepalanya setuju.
“Azel, lihatlah. Para Hyung ku dan adikku Jeon Jungkook, sekaligus sebagai member Bangtan, mereka terbuka menerima mu dengan sangat baik, Azel.”
Azel kembali menatap wajah Park Jimin yang berkata itu. Perlahan, Azel mengulas senyumannya menatap haru wajah para member BTS yang begitu besar dan tulus menyambut dirinya sebagai seorang ARMY.
“Ye! Gomawo!” ucap Azel singkat disertai dengan tawa kecilnya yang menyumbangkan tangis bahagia.
Mendengar jawaban itu, member BTS di sana membulatkan matanya lebar tampak berbinar senang mendengar Azel yang akan siap menjadi ARMY secara nyata di hadapan mereka.
“Yeeee!” sontak para member BTS seraya bertepuk tangan dengan girang.
Melihat wajah member yang tertawa ria, Azel membatin. ‘Sahabatku, terima kasih karena sudah menjadi bagian dari hidupku. Karena mengenalmu, aku juga bisa mengenal mereka. Mereka yang membuka pikiran dan mata hatiku atas kesalahan yang sudah ku perbuat, membuat aku merasa yakin bahwa kau tidak salah dalam mengagumi mereka dengan mengambil sikap dan sifat baik yang ada pada diri mereka.’
Seru! Lnjut thor
Comment on chapter Kekhawatiran Azel