“Ini aku, Jimina!” ucap Park Jimin dari luar. Mendengar itu, Azel sontak menghela napasnya panjang dengan kedua matanya yang memejam lega.
Perlahan Azel berjalan maju untuk membuka pintu kamarnya yang tidak dikunci itu.
Tampak punggung Park Jimin yang berdiri di depan pintu dengan kedua tangannya yang masuk ke dalam saku celana.
Mendengar suara pintu yang terbuka, Park Jimin menoleh dan mengulas senyumannya begitu melihat wajah Azel yang sudah berdiri di balik pintu kamarnya.
“Jimina, ada apa?” tanya Azel dengan kedua matanya yang tampak memincing ke arah sekitar luar kamar. Tampaknya Park Jimin sendirian datang ke kamarnya itu.
“Kau sedang apa? Aku ingin memberimu ini,” ucap Park Jimin seraya menyodorkan sebuah buku dengan sampul berwarna ungu.
Azel menatap buku dan Park Jimin itu secara bergantian. “Buku apa ini?” tanya Azel yang tidak langsung menerima buku itu. Ia tak mau mengulang kesalahan sebelumnya waktu ia menerima sebuah buku yang berisi banyak peraturan di tempat itu dari Kim Seok Jin. Dan Azel khawatir bahwa itu ada kaitannya dengan peraturan juga.
“Terima lah,” pinta Park Jimin pun tidak langsung memberitahu Azel tentang isi buku itu.
Dengan ragu-ragu, Azel menerima buku bersampul polos dengan warna ungu itu.
“Bukalah,” lanjut Park Jimin memberi perintah.
Azel pun mulai membuka bukunya begitu mendapat perintah itu dari Park Jimin.
Tampak foto wajah para member BTS itu terpampang di halaman depan setelah cover. Dimana di bawahnya terdapat kalimat yang bertuliskan "Bangtan love ARMY".
Azel mengangkat wajahnya dan kembali menatap wajah Park Jimin yang tampak mengulas senyuman kecil.
Kembali Azel menatap buku itu dan membukanya satu per satu halaman dari buku itu. Banyak sekali foto para member BTS dan army yang terselip di sana. Bahkan di sana juga terdapat foto lightstik dari para ARMY untuk Bangtan.
Selain potongan foto-foto yang terlampir di sana, terselip potongan kata-kata yang menginspirasi berdekatan dengan foto-foto itu.
“Bangtan memang sedikit lebay begitu mendapat kata-kata indah dari para ARMY. Jadi, kami sengaja menyalinnya dan menempelnya di sana,” ucap Park Jimin mulai menjelaskan.
Azel menatap wajah Park Jimin yang berbicara itu sekilas, lalu kembali membuka tiap lembar halamannya dengan pelan karena sembari membaca tiap kalimat yang terselip di buku buatan itu.
Sampai di akhir halaman, Azel menemukan sebuah CD berwarna putih dimana itu adalah rekaman member BTS konser di kota Seoul beberapa tahun yang lalu.
“Nah, itu adalah rekaman video waktu member konser. Kalau kau mau, kau bisa mengambilnya.”
“Ye? Jinja?” tanya Azel dengan wajahnya yang terkejut.
“Ye! Buku dan CD itu untukmu,” ucap Park Jimin membuat Azel semakin membulatkan matanya bersinar senang.
“Gomawo, Jimina!” tukas Azel dibawa anggukan Park Jimin.
“Ngomong-ngomong, kau yang buat ini sendiri?” tanya Azel lagi-lagi di anggukkan oleh Park Jimin.
“Aku membuatnya dengan Jin Hyung. Tapi, karena waktu itu aku ada jadwal shooting, jadi aku tidak ikut menyelesaikan. Jin Hyung yang menyelesaikan ini. Tapi begitu selesai, Jin Hyung memberikannya padaku.”
Azel kembali menatap buku bersampul ungu itu begitu mengetahui Kim Seok Jin yang telah membuat buku bersampul ungu itu.
“Dan dia bilang kalau aku menemukan seorang ARMY yang menyenangkan, buku ini harus aku berikan dengannya.”
Azel sontak terkejut mendengarnya. Ia benar-benar tidak menyangka bahwa Kim Seok Jin memiliki niat sebaik itu.
“Tapi, aku bukan ARMY, Jimina. Aku,”
“Jinja?” sahut Park Jimin memotong seolah tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Azel.
“Apa kau yakin, kau bukan ARMY?” tanya Park Jimin tampak tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Azel.
Azel terdiam sejenak dengan raut wajahnya yang tampak gugup. Pertanyaan yang dilontarkan itu seolah menandakan bahwa Park Jimin sudah tahu apa yang menjadi rahasianya itu. Namun, dengan cepat Azel menetralkan wajahnya menghilangkan rasa gugupnya itu agar hilang kecurigaan Park Jimin itu dengannya.
“Ye! Aku memang bukan ARMY. Aku juga tidak tahu kenapa aku yang harus lulus di pemilihan untuk masuk di sekolah Bangtan ini. Padahal, bukan aku yang benar-benar menginginkannya.”
Park Jimin sontak mengernyitkan keningnya samar mendengar jawaban Azel dengan nada bicaranya yang kasar dan tidak selembut sebelumnya.
“Benarkah? Tapi, kalau memang kau bukan ARMY, kenapa kau terlihat senang saat menerima buku itu?” tanya Park Jimin seraya menunjuk buku bersampul ungu yang saat ini sudah berada di tangan Azel.
Menyadari itu, Azel sampai lupa bahwa hal itu bisa membongkar identitasnya sebagai seorang ARMY.
Tanpa ragu, Azel mengembalikan buku bersampul ungu itu kepada Park Jimin.
“Ini, aku tidak bisa menerimanya!” ucap Azel seraya menyodorkan buku bersampul ungu itu kepada Park Jimin.
Park Jimin yang menerimanya tampak heran melihat sikap Azel yang demikian. Namun, saat Azel berjalan mundur hendak menutup pintunya lagi, tiba-tiba Park Jimin menahan Azel yang hendak menutup pintu kamarnya itu.
“Beri aku bukti kalau memang kau bukan seorang ARMY,” titah Park Jimin membuat Azel mendelikkan matanya kaget melihat tangan Park Jimin yang sudah menahan pintu kamarnya Azel itu.
“Apa maksudmu? Bukankah sikapku pada kalian semua itu sudah jelas menunjukkan kalau aku bukan seorang ARMY? Apa lagi?” sontak Azel kali ini menampakkan sifat kasarnya lagi.
Park Jimin tersentak diam dengan wajah terkejutnya. Ia tak mengerti kenapa Azel bersikap kasar lagi setelah jelas-jelas ia sudah mengetahui semuanya.
“Wae? Kenapa kamu bersikeras untuk tidak mengakuinya?” tanya Park Jimin yang tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Azel.
Azel yang masih berdiri di sana tampak diam dan bingung untuk menjawabnya.
“Itu apa?” sontak Park Jimin bertanya seraya mengangkat dagunya kecil dan mengarahkan tatapannya itu sekilas ke dalam kamarnya Azel. Azel yang berdiri tegak di dekat pintu, seketika melebarkan matanya kaget mengingat bahwa yang ada di belakangnya itu adalah lemari putih dengan boneka RJ yang sudah ia susun dengan rapi.
“Bias kau adalah Jin Hyung?” lanjut Park Jimin bertanya. “Itu artinya kau adalah ARMY-nya,” sambung Park Jimin membuat Azel tersentak diam dengan raut wajahnya yang tampak sudah menegang.
‘Tidak, bagaimana ini? Park Jimin sudah tahu semuanya!’ batin Azel dengan wajahnya yang sudah panik.
“Boneka RJ yang tersusun rapi dengan lightstik Bomber dengan nama grup BTS dan juga Kim Seok Jin. Apa itu semua masih kau anggap bukan seorang ARMY?” tanya Park Jimin terus memojokkan Azel supaya Azel mengakui identitasnya itu.
“Azel, tolong katakan dengan jujur sekali lagi. Kau seorang ARMY kan? Dan kalau benar kau adalah ARMY, kenapa kau bersikeras untuk tidak mengakuinya? Apa kau tidak bangga untuk menjadi seorang ARMY untuk kami?” timpal Park Jimin terus bertanya.
Seru! Lnjut thor
Comment on chapter Kekhawatiran Azel