“Aish!” keluh Azel setelah kurang lebih hampir 2 jam ia membereskan kertas yang berhamburan itu bersama wanita paruh baya yang membantunya.
“Kalau Nona lelah, Nona bisa istirahat sebentar. Setelah itu panggil saya lagi, saya akan membantu Nona untuk menjelaskan tugas Nona. Permisi,” ucap wanita paruh baya itu yang berpamitan hendak pergi.
Melihat itu, Azel dengan cepat langsung mencegahnya.
“Jamkanman!” panggil Azel beranjak bangun yang semula duduk di atas lantai.
Perempuan paruh baya itu pun menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang melihat Azel sudah berjalan menghampiri.
“Nama Ajhumma siapa?” tanya Azel ingin tahu. Ia merasa bahwa ia juga butuh seorang teman untuk bisa membantunya bertahan hidup di sana.
“Kau bisa panggil aku Bu Yeong,” ujar perempuan paruh baya itu dibawa anggukan Azel.
“Ne, Bu Yeong! Aku akan memanggilmu ketika aku butuh bantuan nanti,” tukas Azel dengan ramah.
Bu Yeong menatap heran sikap Azel yang terbilang sangat jauh berbeda. Melihat sikap Azel yang sekarang membuat Bu Yeong menganggap Azel adalah perempuan polos yang sangat unik dan cantik, berbeda dengan pandangan para member yang menganggap Azel adalah perempuan yang tidak punya sopan santun.
“Baiklah, kau bisa panggil aku di ruangan sebelah sana,” ujar Bu Yeong seraya menunjukkan ke arah ruangan yang tampak tertutup rapat.
Melihat itu, Azel mangguk-manggukkan kepalanya paham.
“Oke! Aku akan pergi ke sana nanti,” tukas Azel dibawa anggukan Bu Yeong. Bu Yeong melanjutkan langkahnya untuk pergi menuju ke ruangannya.
Azel menatap punggung Bu Yeong yang baru saja beranjak pergi itu. “Sebenarnya, siapa dia? Apa dia penjaga di sini?” gumam Azel penasaran.
Perlahan ia mengalihkan pandangannya dan kembali menatap hidangan yang sudah tersaji di atas meja.
“Perutku lapar sekali,” desah Azel seraya mengelus-elus perutnya yang tak lama kemudian terdengar cacing di perutnya yang sedang demo.
Azel melangkah maju mendekati meja panjang yang sudah tersaji banyak makanan itu.
Azel menatap wajah para pelayan yang masih stay berdiri di sana seperti seorang patung.
“Tokyo, apa aku boleh makan sedikit daging panggang ini?” tanya Azel dengan suara lembutnya seraya menunjuk potongan daging panggang di atas piring.
Para pelayan itu tampak saling bertukar pandang merasa bingung, apakah Azel sudah boleh menyentuh makanannya atau belum?
Melihat tanggapan para pelayan yang diam dan mengacuhkannya, sontak membuat Azel menganggap para pelayan itu tidak ramah. Azel menatap sinis, bahkan wajahnya pun tampak julid.
Para member yang masih memantau kamera cctv itu sontak tertawa melihat Azel yang tak jadi menyentuh makanannya.
“Lihat, dia bahkan tidak berani menyentuh makanannya. Aish! Apa dia benar-benar begitu?” sontak Min Yoongi tampak menggelangkan kepalanya heran.
“Ne, seharusnya dia berani untuk mengambil makanannya tanpa harus ragu-ragu lagi. Ya, sebagaimana sesuai dengan sikapnya yang begitu berani dengan kita,” timpal J-Hope dibawa anggukan oleh para member kecuali Park Jimin.
Melihat tanggapan para member yang begitu senang karena melihat Azel menderita, Park Jimin tak tega dan beranjak keluar dari sana.
Kepergian Park Jimin membuat para member sadar karena sedang asyik menjadikan rekaman cctv itu sebagai tontonan hiburannya.
Park Jimin berjalan cepat menuju ke gedung asrama. Berhubung Park Jimin menuju ke sana dengan cara manual, Park Jimin membuka pintu gedung asrama yang besar dan tinggi bak pintu gerbang istana itu.
Mendengar pintu yang terbuka, Azel dan para pelayan mengalihkan pandangannya menatap ke arah pintu utama dimana di sana sudah menampakkan wajah Park Jimin yang berdiri tepat di tengah-tengah pintu.
Azel membulatkan matanya kaget melihat Park Jimin yang tiba-tiba datang dan kali ini tanpa para member Bangtan yang membersamai.
Para member yang memantau dari layar cctv itu pun sontak terkejut mendapati pintu gedung asrama itu terbuka.
“Hei, Hei! Siapa itu yang datang?” sontak Min Yoongi membuat semua member mendekatkan wajahnya menatap layar CCTV itu karena penasaran, siapa yang datang ke sana?
Dengan kedua tangan yang masuk ke dalam saku celana, Park Jimin berjalan memasuki gedung asrama itu dengan langkahnya yang tampak berdamage.
Perlahan langkahnya itu terus melangkah maju menghampiri Azel yang masih berdiri melongok kaget menatap kedatangan Park Jimin.
Tak hanya Azel, para member pun ikut terkejut mendapati Park Jimin sudah ada di sana.
Untuk memastikan lagi, para member hampir bersamaan menengok ke belakang mereka.
Mereka baru tersadar bahwa Park Jimin sudah tidak bersama mereka.
“Hei! Apa yang Jimin lakukan dengan perempuan itu?” sontak Kim Seok Jin heran.
Seru! Lnjut thor
Comment on chapter Kekhawatiran Azel