Loading...
Logo TinLit
Read Story - Photobox
MENU
About Us  

HAPPY READING!

Ruangan itu gelap tapi untungnya Bulan masih bisa melihat sekitar. Cewek itu mengenakan seragam sekolahnya menghidupkan lampu dan AC yang ada di kelas.

Bulan meletakan kepalanya di meja mengeluh merasa seluruh badannya remuk baru beberapa minggu pulang larut dan menjaga Mamanya Langit Bulan sudah hampir sekarat. Bagaimana bisa Langit bertahan hidup dengan keadaan seperti itu.

"Lan. Kita udah lama loh enggak belajar bareng." Bulan menatap cowok berpawakan tinggi dengan rambut cepak dan kacamata yang bertengger manis di hidungnya yang mancung. Baru saja datang dan mendatangi meja Bulan. Bintang, cowok satu-satunya yang direstui oleh Nenek untuk menjaga Bulan dan berteman. Alasannya hanya karena kasta mereka sama, orang kaya.

"Besok-besok deh ya, Tang. Gue males belajar sama lo," ucap Bulan tanpa filter. Bintang sih tidak masalah karena sering sekali Bulan menyakiti hatinya seperti itu. Tapi, nanti Bulan juga akan jadi miliknya. Apabila dia bilang ingin menikahi Bulan Neneknya juga sudah pasti setuju.

"Yah, lo ngapain sih akhir-akhir ini. Gue kan kangen belajar sama lo." Bulan sudah capek dan sekarang dia dipaksa untuk mendengarkan celotehan Bintang yang hanya berisi omong kosong. Ingin rasanya Bulan melemparkan cowok itu ke jurang.

"Gue sih enggak. Udah sana pergi." Bulan mengusirnya dengan tidak manusiawi dia mendorong cowok itu dan menelungkupkan kepalanya untuk tidur. Bintang jadi jengkel tapi dia tetap harus bersikap seperti biasanya. Cowok kacamata itu tersenyum lalu pergi dari sana.

Beberapa saat kemudian banyak murid yang masuk termasuk Langit yang baru dateng. Langit lagi ngobrol bareng Angga saat masuk ke dalam kelas gelak tawa Langit membuat Bulan langsung bangun dan menatap Langit yang menuju ke arahnya.

"Lang, sini." Bulan berseru dengan nada tinggi, senang sekali ketika melihat Langit. Langit sendiri langsung bergegas untuk duduk di samping Bulan mereka mengobrol seru dan Bintang melihat itu dengan tatapan tidak suka.

Sejak kapan mereka sangat dekat seperti itu? Bintang menopang dagunya. Kesal setengah mati Bintang tau kalau Langit dan Bulan itu duduk bersebelahan tapi, kenapa mereka begitu dekat?

"Mama gue gimana kemarin?" Bulan mengacungkan jempolnya, lalu menjawab dengan antusias.

"Tante baik banget. Kondisinya perlahan membaik. Dia jadi suka minta dibeliin jus di kantin rumah sakit. Emang enak sih di sana manis nya pas banget lo harus coba sih Lang." Bulan nyerocos panjang lebar sementara Langit mendengarkan dengan pandangan tertarik.

"Jus di sana yang enak apa?" Langit menopang kepalanya menatap Bulan. Cewek dengan rambut pendek ini berpikir lama lalu memberikan jawaban.

"Just for you." Bulan menggombal membuat Langit langsung melunturkan senyumnya menatap Bulan kesal.

"Jawab yang bener." Langit menjitak kepala Bulan membuat Bulan mengaduh sementara Langit menatapnya khawatir. Takut ternyata memang pukulannya sekeras itu.

"Bayar gue pake jus melon." Bulan mengusap kepalanya lalu menatap Langit garang. Cowok itu akhirnya mengangguk seketika saja kepala Bulan tidak ada masalah.

"Lo bohongin gue ya?" Bulan menggeleng menunjukan wajah yang polos.

"Sakit ini. Sakit kok." Bulan memegang kepalanya lagi sambil Langit menggelengkan kepalanya. Langit sudah biasa dengan tingkah laku Bulan yang tidak jelas.

Langit mendengus kesal. Dia paling benci kerja kelompok itu menyita waktunya untuk melakukan pekerjaan ataupun menjaga mamanya.

"Silahkan ya pilih sendiri saja. Satu kelompok tiga orang." Semua langsung ribut saling berebut kelompok Bulan sendiri langsung membooking Langit seperti membooking barang.

"Lo harus sama gue. Enggak mau tau." Langit bahkan belum berbicara apapun. Bintang mendekati meja mereka berdua meminta untuk satu kelompok. Bulan ingin menolak tapi Langit mengangguk dengan ragu.

"Enggak apa-apa sih Tang. Tapi emang lo enggak satu kelompok sama Juan?" Langit menunjuk Juan yang berada di dekat sana dengan mengobrol bersama teman satu kelompok Bintang biasanya.

"Enggak. Juan udah sama kelompok lain. Gue join enggak apa-apa kan?" Langit mengangguk sementara Bulan cemberut. Bintang seperti lintah ingin menganggu terus menerus. Menyebalkan.

"Lang. Gimana kalau kita kerja kelompoknya di cafe tempat lo manggung aja?" Bulan bertanya dengan antusias tidak ingin melihat Bintang yang duduk di sebelahnya.

"Deadlinenya bukannya masih lama? Kenapa enggak hari selasa aja? Gue free hari itu." Langit menjawab sementara Bulan menggeleng tidak setuju.

"Ogah. Gue kan mau denger lo nyanyi lagi," ucap Bulan sambil menatap Langit meminta untuk disetujui.

"Terserah deh terserah." Bulan mengepalkan tangan di udara mengucapkan kata yes tanpa bersuara.

Dunia serasa milik berdua. Mereka bercanda tawa dan Bintang hanya diam. Kesal sekali rasanya.

"Lo yakin mau nungguin gue manggung? Nanti gue malah enggak ngerjain loh?" Langit dengan gitar yang sudah bertengger di bahunya mendatangi Bulan dan Bintang yang sudah duduk di salah satu meja dekat Langit berada.

"Enggak apa-apa. Santai. Lo nanti gue kasih tugas yang lain aja." Bulan menjawab sambil mengacungkan jempolnya dan Langit akhirnya pergi untuk mengisi suara di cafe yang hari ini sudah lumayan ramai.

Bulan tersenyum lalu melihat ke arah Langit bersorak menyemangati dengan gerak-gerik. Membuat Langit tersenyum lalu mulai memainkan gitarnya.

"Bulan. Ayo kita ngerjain." Bintang tidak mau terus diabaikan akhirnya dia mulai berbicara.

Bulan menatap Bintang dengan kesal. Walaupun akhirnya dia ikut membuka bukunya dan mulai membagi tugas. Langit menatap Bulan terlihat bahwa dua insan itu malah tertawa tanpa melihatnya bahkan buku yang harusnya di perhatikan malah sudah ditutup. Langit kesal, kenapa Bulan tidak melihat ke arahnya.

Langit menyelesaikan lagunya dan pergi dari sana merapikan peralatan musik mereka dan Langit langsung menyambar tas yang tadi berada di sebelah Bulan. Pergi dari sana tanpa berucap apapun.

Bulan yang masih tertawa daritadi terkejut melihat Langit meninggalkan dirinya bersama Bintang yang melambaikan tangannya lalu tertawa dalam hati. Saingannya berkurang.

"Siapa suruh Lang lo mau ngerebut Bulan dari gue. Enggak bakal bisa," batin Bintang lalu mengajak Bulan untuk beberes saja.

"Kayaknya ada masalah deh Langitnya. Gue mau ngejar dia dulu." Bulan langsung berdiri dan tangannya langsung dicekal oleh Bintang.

"Kata lo Langit ada masalah. Ya udah, jangan diganggu dulu." Bulan mengingat tentang dulu. Saat Bulan dibentak Langit karena mengikutinya. Cewek yang rambutnya diberi ikat satu di tengah itu akhirnya menyetujui ucapan Bintang.

Setelah mereka pulang, Bulan mencoba untuk menelepon Langit menanyakan apa yang terjadi. Apakah mamanya sakit atau mamanya kumat lagi. Tapi, dia tidak mendapat respon apapun. Bulan mencoba mengirimkan pesan yang beruntun.

Tidak ada satupun yang dijawab bahkan dibacapun tidak. Saat Bulan ingin mengirimkan pesan lagi. Bulan sudah di blokir membuat cewek itu memukul kasurnya kesal.

Awas saja Langit. Besok gue cincang lo jadi bakso!

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Kata Kamu
983      510     3     
Romance
Ini tentang kamu, dan apa yang ada di dalam kepalamu
Suami Untuk Kayla
8211      2563     7     
Romance
Namanya Kayla, seorang gadis cantik nan mungil yang memiliki hobi futsal, berdandan seperti laki-laki dan sangat membenci dunia anak-anak. Dijodohkan dengan seorang hafidz tampan dan dewasa. Lantas bagaimana kehidupan kayla pasca menikah ? check this out !
Nona Tak Terlihat
1740      1106     5     
Short Story
Ada seorang gadis yang selalu sendiri, tak ada teman disampingnya. Keberadaannya tak pernah dihiraukan oleh sekitar. Ia terus menyembunyikan diri dalam keramaian. Usahanya berkali-kali mendekati temannya namun sebanyak itu pula ia gagal. Kesepian dan ksedihan selalu menyelimuti hari-harinya. Nona tak terlihat, itulah sebutan yang melekat untuknya. Dan tak ada satupun yang memahami keinginan dan k...
Soulless...
5460      1265     7     
Romance
Apa cintamu datang di saat yang tepat? Pada orang yang tepat? Aku masih sangat, sangat muda waktu aku mengenal yang namanya cinta. Aku masih lembaran kertas putih, Seragamku masih putih abu-abu, dan perlahan, hatiku yang mulanya berwarna putih itu kini juga berubah menjadi abu-abu. Penuh ketidakpastian, penuh pertanyaan tanpa jawaban, keraguan, membuatku berundi pada permainan jetcoaster, ...
Paragraf Patah Hati
5825      1894     2     
Romance
Paragraf Patah Hati adalah kisah klasik tentang cinta remaja di masa Sekolah Menengah Atas. Kamu tahu, fase terbaik dari masa SMA? Ya, mencintai seseorang tanpa banyak pertanyaan apa dan mengapa.
Premium
Akai Ito (Complete)
6740      1343     2     
Romance
Apakah kalian percaya takdir? tanya Raka. Dua gadis kecil di sampingnya hanya terbengong mendengar pertanyaan yang terlontar dari mulut Raka. Seorang gadis kecil dengan rambut sebahu dan pita kecil yang menghiasi sisi kanan rambutnya itupun menjawab. Aku percaya Raka. Aku percaya bahwa takdir itu ada sama dengan bagaimana aku percaya bahwa Allah itu ada. Suatu saat nanti jika kita bertiga nant...
Kejar Mika!
3519      1121     5     
Romance
Sudah bukan rahasia lagi kalau Pinky jatuh cinta setengah mati dengan Mikail Angelo, pemuda tampan paling populer di sekolahnya yang biasa dipanggil Mika. Jungkir balik dan jatuh bangun mengejar cintanya sedari SMP, yang ia dapat adalah penolakan. Lagi, lagi dan lagi. Pantang menyerah, Pinky berjuang keras demi bisa masuk SMA yang sama dengan pemuda itu. Dan ketika ia berhasil berada di ...
From Ace Heart Soul
586      353     4     
Short Story
Ace sudah memperkirakan hal apa yang akan dikatakan oleh Gilang, sahabat masa kecilnya. Bahkan, ia sampai rela memesan ojek online untuk memenuhi panggilan cowok itu. Namun, ketika Ace semakin tinggi di puncak harapan, kalimat akhir dari Gilang sukses membuatnya terkejut bukan main.
Blue Rose
294      243     1     
Romance
Selly Anandita mengambil resiko terlalu besar dengan mencintai Rey Atmaja. Faktanya jalinan kasih tidak bisa bertahan di atas pondasi kebohongan. "Mungkin selamanya kamu akan menganggapku buruk. Menjadi orang yang tak pantas kamu kenang. Tapi rasaku tak pernah berbohong." -Selly Anandita "Kamu seperti mawar biru, terlalu banyak menyimpan misteri. Nyatanya mendapatkan membuat ...
Tumpuan Tanpa Tepi
10888      3040     0     
Romance
Ergantha bercita-cita menjadi wanita 'nakal'. Mencicipi segala bentuk jenis alkohol, menghabiskan malam bersama pria asing, serta akan mengobral kehormatannya untuk setiap laki-laki yang datang. Sialnya, seorang lelaki dewasa bermodal tampan, mengusik cita-cita Ergantha, memberikan harapan dan menarik ulur jiwa pubertas anak remaja yang sedang berapi-api. Ia diminta berperilaku layaknya s...