Loading...
Logo TinLit
Read Story - Asoy Geboy
MENU
About Us  

Geboy mengambil pintasan bebas lampu merah. Ia menyusuri jalanan dengan kecepatan tinggi, membiarkan angin Jakarta beradu dengan rambutnya yang basah. Panas hari ini enggak seberapa menyengat dibanding gemuruh di dada. Enggak cukup untuk mengeringkan luka lama yang digores lagi juga. Malah, kalau mengingat raut muka papanya di parkiran tadi, cengkeraman Geboy pada setir mengencang dan menyebabkan laju motor makin enggak karuan.

Track daerah sini memang bebas polisi tidur dan jauh dari rumah warga. Geboy lantas berteriak dan membiarkan air matanya menuruni pipi. Persetan, bodo amat, ia sungguh lelah. Kalah dari Randu bukan penyebab utama, melainkan kedatangan Abi yang entah dari mana dan sontak memporak-porandakan suasana. Randu memang paling pintar memainkan hati. Seharusnya Geboy enggak perlu memikirkan perasaan sepupunya itu mengenai Kira. Karena sejak awal, ia enggak diperlakukan dengan sama.

"Bangsat!"

Umpatan itu mengiringi kecepatan 80km/jam. Tangan kiri Geboy berkali-kali memukul setir, membayangkan kalau itu Randu dan lekas menghajar habis-habisan. Tapi sayang, yang ia dapat hanya rasa sakit yang bertambah banyak, sementara Randu belum tentu mendapat ganjaran juga.

Ia pun berniat mengurangi kecepatan dan berhenti di warung pojok, langganannya bersama Komal saat mau merokok--kalau stres atau iseng main. Anehnya, saat menuju tikungan, Geboy baru sadar enggak bisa mengontrol rem sama sekali. Ia terus mencoba, tapi enggak ada hasil. Motornya tetap berjalan, bahkan oleng ke tengah karena ia sempat panik dan kurang fokus. Geboy lekas menggeleng dan mengatur napas. Ia harus tenang.

"Shit, padahal tadi nggak apa-apa. Kenapa tiba-tiba blong?"

Geboy terus menjalankan CB-nya sambil mencari lapangan atau tempat serupa. Ia mesti menepi guna menghindari kecelakaan lalu lintas. Segala macam saran untuk mematikan mesin dan mencabut kontak enggak akan berhasil. Justru yang ada motornya makin kacau karena mesin tiba-tiba mati.

"Sial!"

Geboy enggak punya pilihan. Ketika sampai pertigaan, ia mengambil jalur kiri karena ada tong besar di tengah jalan. Mungkin ada perbaikan atau acara warga yang membuat kendaraan beroda dilarang melintas. Padahal, ia tahu daerah sini termasuk sempit dan banyak hambatan--kanan kirinya terdiri dari hunian kumuh.

Lelaki itu makin terbelalak saat tiba-tiba ada anak kecil berlari menyeberang. Ia pun refleks menekan klakson hingga lima kali.

"Minggir! Minggir!"

Kecepatan abnormal yang belum bisa diimbangi membuat Geboy terpaksa membanting setir. Ia berusaha menghindari si bocah dengan mengarahkan diri ke sisi yang berlawanan. Honda CB itu pun berhenti dalam keadaan roda masih berputar cepat. Suara mesin dan runtuhan genteng sontak bersahutan sampai mengagetkan siapa pun di sekitar sana.

Geboy menabrak tiang rumah. Ia juga tertimpa motornya sendiri.

"Ya Allah, ada kecelakaan!"

Sayup-sayup Geboy masih mendengar suara itu. Tapi, kepalanya pening dan sekujur tubuh kaku. Bahkan membuka mata saja enggak sanggup. Berat, lengket, dan perih rasanya. Nyeri yang berpusat di area leher, kaki dan dada sangat mendominasi sampai ia memilih memejamkan mata.

"Angkat motornya, Pak. Kasihan."

"Iya, pindahin anaknya."

Para warga yang tersentak segera bergerombol. Beberapa ada yang menonton di pinggir, cuma tiga orang yang mendekat. Salah satu di antara mereka hendak memindahkan Geboy. Tapi, lelaki berjaket sama--masih sebaya--dengan si korban lekas menahan niatnya sampai enggak berkutik.

"Jangan, Pak. Ini teman saya."

Itu Komal. Ia berkata dengan suara bergetar yang langsung diiyakan oleh bapak-bapak penolong. Kemudian ia segera menghampiri Geboy dan menelepon ambulans. Dengan pelan dan telaten Komal juga menjelaskan kalau memindahkan pasien kecelakaan tanpa penyangga bisa memperparah kemungkinan cederanya. Jadi, lebih baik menunggu petugas medis dulu. Meski kalut dan takut, ia terus menarik napas lalu membuangnya perlahan.

Motor Geboy sudah dipinggirkan. Komal bisa leluasa mendekat dan menekan sumber luka sahabatnya yang terus mengeluarkan darah--kepala bagian kiri. Ia tadi menyobek bajunya karena enggak punya kain sama sekali. Apa pun Komal coba lakukan, selagi bisa.

"Kenapa lo nggak pake helm sih, Boy?"

Air mata Komal makin deras. Melihat kawannya terbujur kaku sangat enggak menyenangkan. Kulit Geboy tampak memucat, bibirnya biru, dan tubuh pun dingin. Komal terus menyesali dalam hati karena tadi enggan menyalip dan menghentikan Geboy dari ajang pelampiasan sakit hati. Andai itu dilakukan, hal ini enggak akan terjadi, bukan?

"Nasib lo kok buruk mulu sih, elah. Perlu ganti nama kali, ya?"

Lelaki itu mencoba menertawakan diri sendiri. Ia baru bisa bernapas lega saat sirine ambulans makin dekat dan berhenti tepat di sampingnya. Warga lekas menyingkir, begitupun Komal. Setelah memberi pertolongan pertama, mereka membawa Geboy ke rumah sakit terdekat.

"Terima kasih, Pak, Bu. Ini kartu siswa dan nomor hape saya. Saya titip motor temen dulu. Nanti insyaallah ke sini lagi. Sama ngomongin masalah kerusakan juga. Saya mewakili temen saya minta maaf banget atas kejadian ini. Kalau ada apa-apa bisa telepon di nomor itu, ya."

"Nggak apa-apa, Nak. Namanya juga musibah. Cepat kamu susul itu temenmu. Semoga nggak kenapa-kenapa."

"Aamiin, terima kasih. Saya permisi."

Komal menghapus ingusnya lalu menyusul Geboy yang dilarikan ke IGD. Sesampai di sana dan menunggu di luar, ia baru ingat untuk menghubungi Aco dan anak Geng Senter lain. Enggak bisa dipungkiri kalau Komal perlu teman, khususnya yang lebih dewasa dan bisa mengurus bagian administrasi nanti. Ia sudah berusaha menghubungi orang tua Geboy, tapi enggak ada yang menjawab panggilan.

"Mal!"

Sang empunya nama itu sontak menoleh. Ia berlari menuju Aco yang juga berjalan cepat ke arahnya. Refleks, lelaki itu memeluk sang senior dan menumpahkan tangis.

Aco dapat melihat lumuran darah di tangan Komal. Raut muka yang semula biasa saja seketika berubah 180 derajat. Ia enggak menyangka kalau separah ini.

"Dokter belum keluar?"

Komal menggeleng. "Gue takut, Bang."

"Udah telepon Om Abi?"

"Nggak diangkat."

"Tante Tyas?"

"Sama aja."

"Randu?"

Hening. Komal menatap Aco lekat-lekat. "Ngapain hubungin dia?"

"Ya barangkali dia bisa kontak keluarga Geboy di rumah, Mal."

"Kayaknya dia udah baca grup sih, Bang," ucap salah satu anggota geng yang turut datang.

Komal segera mengecek keterangan terbaca pada pesannya yang terakhir. "Read."

"Oke, at least dia udah tau, jadi kita nunggu aja." Aco menghela napas. "Gimana kejadiannya? Lo sempat lihat, nggak?"

"Jelasnya gimana gue nggak tahu, Bang, soalnya ketinggalan di belakang. Dia bawanya kenceng banget. Mungkin karena emosi atau gimana. Gue nggak paham, lah, pokoknya. Tapi …."

Aco menunggu. "Tapi apa?"

"Kayak ada yang aneh."

"Maksudnya?"

"Gue lihat beberapa kali motor Boy oleng, kayak lost control gitu. Ada tikungan sama peringatan aja main ditrabas, nggak ngurangin kecepatan. Bukan dia banget nggak sih, Bang?"

Sang senior pun manggut-manggut. "Sekarang motornya di mana?"

"Masih di TKP."

"Oke, lo di sini aja kalau gitu. Gue sama Rendra ke sana. Kang Mus lagi otw kok, lo nggak usah khawatir."

Komal lekas menahan tangan Aco. "Lo mau ngapain, Bang?"

"Ngecek, sekalian ngambil motornya."

"Nggak nanti aja? Nunggu dari Om Abi. Perlu hitung-hitungan ganti rugi. Rumah yang ditabrak Boy agak remuk."

"Gue mikir ada sabotase, jadi mending buru-buru dilihat. Masalah warga entar biar gue dan senior lain yang urus."

Senyum tipis Komal pun muncul. Ia langsung bersyukur dalam hati.

"Makasih, Bang. Kabari gue kalau udah ada hasilnya."

"Iya, lo juga."

***

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Love Like Lemonade
4454      1508     3     
Romance
Semula Vanta tidak tahu, kalau satu perlawanannya bakal menjadi masalah serius. Siapa sangka, cowok yang ditantangnya─Alvin─ternyata adalah penguasa kampus! Jadilah mereka musuh bebuyutan. Di mana ada Alvin, itulah saat paling buruk untuk Vanta. Neraka bagi cewek itu. Bagaimana tidak? Cowok bernama Alvin Geraldy selalu melakukan segala cara untuk membalas Vanta. Tidak pernah kehabisan akal...
ETHEREAL
1799      792     1     
Fantasy
Hal yang sangat mengejutkan saat mengetahui ternyata Azaella adalah 'bagian' dari dongeng fantasi yang selama ini menemani masa kecil mereka. Karena hal itu, Azaella pun incar oleh seorang pria bermata merah yang entah dia itu manusia atau bukan. Dengan bantuan kedua sahabatnya--Jim dan Jung--Vi kabur dari istananya demi melindungi adik kesayangannya dan mencari sebuah kebenaran dibalik semua ini...
Lebih Dalam
181      156     2     
Mystery
Di sebuah kota kecil yang terpencil, terdapat sebuah desa yang tersembunyi di balik hutan belantara yang misterius. Desa itu memiliki reputasi buruk karena cerita-cerita tentang hilangnya penduduknya secara misterius. Tidak ada yang berani mendekati desa tersebut karena anggapan bahwa desa itu terkutuk.
Premium
Titik Kembali
5922      1930     16     
Romance
Demi membantu sebuah keluarga menutupi aib mereka, Bella Sita Hanivia merelakan dirinya menjadi pengantin dari seseorang lelaki yang tidak begitu dikenalnya. Sementara itu, Rama Permana mencoba menerima takdirnya menikahi gadis asing itu. Mereka berjanji akan saling berpisah sampai kekasih dari Rama ditemukan. Akankah mereka berpisah tanpa ada rasa? Apakah sebenarnya alasan Bella rela menghabi...
Memories About Him
4208      1783     0     
Romance
"Dia sudah tidak bersamaku, tapi kenangannya masih tersimpan di dalam memoriku" -Nasyila Azzahra --- "Dia adalah wanita terfavoritku yang pernah singgah di dalam hatiku" -Aldy Rifaldan --- -Hubungannya sudah kandas, tapi kenangannya masih berbekas- --- Nasyila Azzahra atau sebut saja Syila, Wanita cantik pindahan dari Bandung yang memikat banyak hati lelaki yang melihatnya. Salah satunya ad...
GAARA
8350      2553     14     
Romance
"Kalau waktu tidak dapat menyembuhkan luka, maka biarkan aku menjadi mentari yang dapat membuat hidupmu bahagia." Genandra Mahavir Aditama, si kutub Utara yang dipaksa untuk mencintai seorang perempuan bernama Akira Magenta Valencia, dalam kurun waktu lima belas hari saja. Genandra diminta agar bersikap baik dan memperlakukan gadis itu sangat spesial, seolah-olah seperti dia juga mencin...
LATHI
1915      784     3     
Romance
Monik adalah seorang penasihat pacaran dan pernikahan. Namun, di usianya yang menginjak tiga puluh tahun, dia belum menikah karena trauma yang dideritanya sejak kecil, yaitu sang ayah meninggalkan ibunya saat dia masih di dalam kandungan. Cerita yang diterimanya sejak kecil dari sang ibu membuatnya jijik dan sangat benci terhadap sang ayah sehingga ketika sang ayah datang untuk menemuinya, di...
Prakerin
7809      2049     14     
Romance
Siapa sih yang nggak kesel kalo gebetan yang udah nempel kaya ketombe —kayanya Anja lupa kalo ketombe bisa aja rontok— dan udah yakin seratus persen sebentar lagi jadi pacar, malah jadian sama orang lain? Kesel kan? Kesel lah! Nah, hal miris inilah yang terjadi sama Anja, si rajin —telat dan bolos— yang nggak mau berangkat prakerin. Alasannya klise, karena takut dapet pembimbing ya...
DELUSION
6128      1816     0     
Fan Fiction
Tarian jari begitu merdu terdengar ketika suara ketikan menghatarkan sebuah mimpi dan hayalan menjadi satu. Garis mimpi dan kehidupan terhubung dengan baik sehingga seulas senyum terbit di pahatan indah tersebut. Mata yang terpejam kini terbuka dan melihat kearah jendela yang menggambarkan kota yang indah. Badan di tegakannya dan tersenyum pada pramugari yang menyapanya dan menga...
LUKA TANPA ASA
8817      2186     11     
Romance
Hana Asuka mengalami kekerasan dan pembulian yang dilakukan oleh ayah serta teman-temannya di sekolah. Memiliki kehidupan baru di Indonesia membuatnya memiliki mimpi yang baru juga disana. Apalagi kini ia memiliki ayah baru dan kakak tiri yang membuatnya semakin bahagia. Namun kehadirannya tidak dianggap oleh Haru Einstein, saudara tirinya. Untuk mewujudkan mimpinya, Hana berusaha beradaptasi di ...