Loading...
Logo TinLit
Read Story - Asoy Geboy
MENU
About Us  

Hari ini Warung Abah kedatangan segerombolan cewek SMK Medika. Mereka masih berseragam serbaputih, lengkap dengan tatanan rambut super-rapi dan make up tipis-tipis. Kebanyakan jurusan keperawatan, kelas sebelas juga, tapi ada siswa baru yang mengaku mau cari pacar anak otomotif. Keren, katanya. Apalagi Geboy, selaku ketua yang memiliki pamor tinggi plus perawakan enggak kaleng-kaleng. Sayang, lelaki itu sudah di-booking oleh pentolan mereka, Kira.

Sejak datang dan memesan cilok kuah seblak, gadis itu duduk di sebelah Geboy yang sedang merokok. Ia enggak keberatan dengan asap berbau mentol yang keluar dari mulut sang gebetan. Akhir-akhir ini intensitas pertemuan mereka makin sering dan unpredictable. Entah si gadis sedang taruhan atau apa, Geboy enggak tahu dan enggak peduli juga. Walau agak risi karena diikuti ke mana saja, ia tetap membiarkan Kira menggandengnya tanpa permisi.

"Mau, nggak?" Gadis yang mengenakan pita biru muda itu berniat menyuapi Geboy.

"Nggak pake cabe."

"Oke."

Geboy pun membuka mulut saat Kira membuang potongan cabai yang tersangkut di sendok. Ia hanya tersenyum tipis dan lanjut mengobrol dengan Komal serta anak-anak lain. Aktivitas itu berlangsung sampai setengah jam dan enggak ada yang bosan.

"Gue mau beli boba, mau nitip?"

Kira pun berdiri. Terlalu banyak makan sambal dan gorengan membuat tenggorokannya gatal. Ia perlu sesuatu yang dingin, tapi Abah sedang belanja keluar--warung dititipkan ke anak-anak geng--jadi lama kalau harus menunggu.

"Boleh, kalian gimana?" tanya Geboy pada anggota Geng Senter yang lain dan dibalas dengan gelengan. "Mau gue temenin, Ra?"

"Nggak apa-apa?" Mata Kira sontak berbinar.

"Iya. Ayo, kalau gitu."

Geboy enggak mungkin membiarkan gadis ini berjalan sendirian ke depan. Pasalnya, laki-laki di bengkel seberang suka cat calling dan bikin kesal pengunjung sini. Ia enggak mau wanita-nya diapa-apakan oleh manusia semacam itu.

Setelah sampai, Kira lekas memesan dan mengabsen pesanan favorit Geboy, "Less sugar, less ice, extra topping, kan?"

"Kalau lo, semua normal plus extra cream cheese. Right?"

Kira langsung semringah. Pipinya auto merah sampai-sampai ia memalingkan muka dan lekas menuliskan apa yang mereka mau pada selembar note. Geboy sedikit terkikik lalu duduk di pinggir.

Lelaki itu memperhatikan sang gadis dari jauh. Tinggi Kira sekitar sepuluh senti di bawahnya. Enggak pendek-pendek amat untuk ukuran cewek. Rambutnya panjang sesiku yang selalu digulung rapi. Ia punya lesung pipi dan tahi lalat di dekat hidung. Kalau tersenyum, gula saja kalah manis. Kadang Geboy bertanya-tanya, kenapa kembang Medika ini mau mengikutinya di setiap kesempatan?

"Udah?" tanya Geboy saat Kira mendekat.

"Nunggu sebentar."

"Oke."

Kira mengayunkan kaki lalu tiba-tiba berucap, "Lo tambah cakep btw kalau pakai headband begini."

Hah? Geboy refleks menoleh. "Makasih."

"Hm," Kira mengangguk kecil, "mau dipake terus?"

"Ini? Enggak. Paling lusa udah gue lepas."

Geboy enggak berbohong. Jahitannya sudah mengering dan bekas itu mulai bisa diajak kompromi. Ia enggak perlu sembunyi-sembunyi lagi.

"Padahal cocok, lho."

"Gue nggak mau bikin anak orang tambah mleyot, sih. Lo aja."

Kira sontak tertawa dan memukul lengan lelaki di sampingnya. "Bisa di-rem dikit, nggak? Jangan nurunin pamor gitu, lah. Malu gue."

"Lah, emang suka sama gue sebuah 'kemaluan'?"

"Nggak gitu maksudnya, Boy. Lo pasti ngerti, lah."

Geboy hanya terkekeh dan enggak menjawab lagi. Toh, mbak-mbak boba sudah memanggil nama Kira agar gadis itu mengambil pesanan mereka. Tapi, secepat kilat Geboy yang maju dan membayar itu semua. No split bill. Ia gengsi.

Kira pun berterima kasih. Senyumnya makin mengembang saja. Ia bahkan mengentak-entak kecil dan ingin berteriak kencang. Tapi, harus ditahan demi menjaga image.

Mereka segera kembali ke Warung Abah. Tangan kiri Geboy dengan santai meraih kelingking Kira saat menyebrang. Sang gadis hanya menatap dan menggigit bibir. Ia merem-melek lalu menghela napas, mengatur degup jantung yang enggak karuan.

Geboy melirik ekspresi Kira yang makin lucu kalau lagi blushing. Ia refleks tersenyum yang lekas berubah 180 derajat ketika mendapati Randu berdiri di ambang pintu. Tatapan lelaki itu sangat tajam. Ia bersedekap seolah memakinya dalam hati. Geboy enggak mau ambil pusing dan terus mengajak Kira ke dalam. Genggaman tangan keduanya belum terlepas.

"Duh, Ra. Lama banget, sih. Nih, dicariin bokap. Lo main ninggalin hape aja."

Gadis yang bersangkutan mengecek ponselnya. "Eh, iya. Lupa kalau disuruh pulang cepet. Boy, gue cabut dulu, ya. Makasih bobanya."

"Oh, oke. Hati-hati."

Kira manggut-manggut lalu melambaikan tangan. Gadis itu segera keluar bersama seluruh temannya. Ia enggak lupa menyapa Randu yang sempat tersenyum dan memanggil. Setelah benar-benar enyah, Warung Abah hanya diisi anak-anak Geng Senter.

Geboy pun duduk di tempat semula sambil mengunyah boba. Baru semenit merasakan kedamaian, kerahnya tiba-tiba ditarik paksa oleh Randu sampai hampir terjungkal dari kursi. Seketika anggota geng yang lain berdiri, berjaga-jaga mau melerai, tapi Geboy langsung mengangkat tangan menghentikan mereka.

"Gue salah apa lagi?" tanya Geboy baik-baik.

"Lo pacaran sama Kira?"

"Enggak."

"Enggak atau belum?"

"Urusan lo apa? Lo naksir dia?"

Randu menarik Geboy ke belakang, menjauh dari keramaian. Ia lalu menghempaskan sepupunya itu sampai membentur tembok. Geboy sontak tertawa receh dan menyeringai.

"Jangan pura-pura bego, deh. Lo tahu dari SMP gue suka sama dia."

Geboy memutar bola matanya malas. "Mau tahu dari mana gue? Deket sama lo kagak, kenal sama dia juga baru. Yang bener aja lo mikirnya, Ndu."

"Banyak alasan. Lo sengaja deketin dia biar gue panas, kan? Segitunya lo nggak yakin di LKS sampai pake jalur ini, buat gue patah hati terus gagal konsen gitu?"

Hampir saja Geboy tertawa, tapi ia tahan betul-betul. "Gue nggak segabut itu, njing. Lagian, siapa yang deketin dia? Yang ada dia noh yang deketin gue."

"Sat! Sok cakep lo!" Randu kembali meraih kerah Geboy.

"Faktanya gitu. Lo bisa nanya dia kalau nggak percaya."

Cengkeraman Randu mulai longgar. Pandangannya juga enggak fokus. Geboy pun manfaatkan itu dengan maju selangkah. Kini jarak tubuh mereka enggak lebih dari dua jengkal.

"Kenapa? Lo cemburu? Nggak terima? Ambil aja. Gue belum minat pacaran," Geboy menjeda kalimatnya, "itu pun kalau dia mau sama lo."

Lagi-lagi begitu. Apa yang Randu mau, yang secara kebetulan Geboy memilikinya, selalu dipandang sebelah mata. Hal yang ia anggap berharga, seolah gampang dan remeh saja bagi sepupunya itu. Geboy sadar kalau sosok di depannya mulai tersulut dan hal yang enggak diinginkan akan terjadi, tapi tubuhnya tetap pasrah dan menunggu waktu main.

"Kenapa orang lain lebih suka sama lo? Padahal gue yang lebih banyak usahanya." Napas Randu berderu.

Geboy menggeleng. "Nggak salah? Masih banyak yang jauh lebih suka sama lo, termasuk Papa."

"Lo pikir gue mau?"

"Terus lo pikir gue juga mau? Kalau bisa tukeran, gue udah request sama Tuhan dari orok, tahu nggak lo! Udah sana, minggir!"

Dengan kuat Geboy menyenggol bahu Randu. Awalnya ia ingin adu jotos lagi di sini, mumpung warung enggak rame dan Abah belum balik. Tapi, agak sadar diri kalau tensi masih rendah dan lukanya belum kering. Alhasil, Geboy memilih kembali ke kursi, mengambil tas, dan cabut ke rumah.

Tapi, saat di parkiran dan hendak menyalakan mesin, Randu mencabut kunci motornya dan menatap sinis. Geboy pun mendengkus. Mau enggak mau harus meladeni lagi.

"Apa?"

"Gue mau lo jauhin Kira."

"Enak di lo, nggak enak di gue. Ogah!"

Randu belum selesai bicara. "Kalau gue menang LKS dan jadi ketua yang baru, lo harus lepasin Kira."

Geboy tetap menggeleng. "Nggak usah jadiin cewek sebagai taruhan. Kira bukan punya gue. Lagian, lo nggak bakal jadi ketua Geng Senter. Nggak usah mimpi."

Mesin motor lekas dinyalakan lagi. Geboy segera menutup kaca helmnya dan mengabaikan ocehan Randu. Ia meninggalkan tempat itu bersama beban baru.

***

 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
HIRAETH
504      348     0     
Fantasy
Antares tahu bahwa Nathalie tidak akan bisa menjadi rumahnya. Sebagai seorang nephilim─separuh manusia dan malaikat─kutukan dan ketakutan terus menghantuinya setiap hari. Antares mempertaruhkan seluruh dirinya meskipun musibah akan datang. Ketika saat itu tiba, Antares harap ia telah cukup kuat untuk melindungi Nathalie. Gadis yang Antares cintai secara sepihak, satu-satunya dalam kehidupa...
Fix You
973      581     2     
Romance
Sejak hari itu, dunia mulai berbalik memunggungi Rena. Kerja kerasnya kandas, kepercayaan dirinya hilang. Yang Rena inginkan hanya menepi dan menjauh, memperbaiki diri jika memang masih bisa ia lakukan. Hingga akhirnya Rena bersua dengan suara itu. Suara asing yang sialnya mampu mengumpulkan keping demi keping harapannya. Namun akankah suara itu benar-benar bisa menyembuhkan Rena? Atau jus...
To the Bone
204      186     1     
Romance
Di tepi pantai resort Jawel palace Christian mengenakan kemeja putih yang tak di kancing dan celana pendek seperti yang iya kenakan setiap harinya “Aku minta maaf tak dapat lagi membawa mu ke tempat- tempat indah yang ka sukai Sekarang kamu kesepian, dan aku benci itu Sekarang kamu bisa berlari menuju tempat indah itu tanpa aku Atau kamu bisa mencari seseorang pengganti ku. Walaupun tida...
ASA
5249      1642     0     
Romance
Ketika Rachel membuka mata, betapa terkejutnya ia mendapati kenyataan di hadapannya berubah drastis. Kerinduannya hanya satu, yaitu bertemu dengan orang-orang yang ia sayangi. Namun, Rachel hanya diberi kesempatan selama 40 hari untuk memilih. Rachel harus bisa memilih antara Cinta atau Kebencian. Ini keputusan sulit yang harus dipilihnya. Mampukah Rachel memilih salah satunya sebelum waktunya ha...
Bus dan Bekal
3192      1476     6     
Romance
Posisi Satria sebagai seorang siswa sudah berkali-kali berada di ambang batas. Cowok itu sudah hampir dikeluarkan beberapa kali karena sering bolos kelas dan lain-lain. Mentari selalu mencegah hal itu terjadi. Berusaha untuk membuat Satria tetap berada di kelas, mendorongnya untuk tetap belajar, dan melakukan hal lain yang sudah sepatutnya seorang siswa lakukan. Namun, Mentari lebih sering ga...
Hello, Kapten!
1479      739     1     
Romance
Desa Yambe adalah desa terpencil di lereng Gunung Yambe yang merupakan zona merah di daerah perbatasan negara. Di Desa Yambe, Edel pada akhirnya bertemu dengan pria yang sejak lama ia incar, yang tidak lain adalah Komandan Pos Yambe, Kapten Adit. Perjuangan Edel dalam penugasan ini tidak hanya soal melindungi masyarakat dari kelompok separatis bersenjata, tetapi juga menarik hati Kapten Adit yan...
Premium
Claudia
6882      1737     1     
Fan Fiction
Ternyata kebahagiaan yang fana itu benar adanya. Sialnya, Claudia benar-benar merasakannya!!! Claudia Renase Arditalko tumbuh di keluarga kaya raya yang amat menyayanginya. Tentu saja, ia sangat bahagia. Kedua orang tua dan kakak lelaki Claudia sangat mengayanginya. Hidup yang nyaris sempurna Claudia nikmati dengan senang hati. Tetapi, takdir Tuhan tak ada yang mampu menerka. Kebahagiaan C...
My Dangerious Darling
4651      1758     3     
Mystery
Vicky, mahasiswa jurusan Tata Rias yang cantik hingga sering dirumorkan sebagai lelaki gay bertemu dengan Reval, cowok sadis dan misterius yang tengah membantai korbannya! Hal itu membuat Vicky ingin kabur daripada jadi sasaran selanjutnya. Sialnya, Ariel, temannya saat OSPEK malah memperkenalkannya pada cowok itu dan membuat grup chat "Jomblo Mania" dengan mereka bertiga sebagai anggotanya. Vick...
Memoreset (Sudah Terbit)
3858      1447     2     
Romance
Memoreset adalah sebuah cara agar seluruh ingatan buruk manusia dihilangkan. Melalui Memoreset inilah seorang gadis 15 tahun bernama Nita memberanikan diri untuk kabur dari masa-masa kelamnya, hingga ia tidak sadar melupakan sosok laki-laki bernama Fathir yang menyayanginya. Lalu, setelah sepuluh tahun berlalu dan mereka dipertemukan lagi, apakah yang akan dilakukan keduanya? Akankah Fathir t...
Depaysement (Sudah Terbit / Open PO)
3945      1603     2     
Mystery
Aniara Indramayu adalah pemuda biasa; baru lulus kuliah dan sibuk dengan pekerjaan sebagai ilustrator 'freelance' yang pendapatannya tidak stabil. Jalan hidupnya terjungkir balik ketika sahabatnya mengajaknya pergi ke sebuah pameran lukisan. Entah kenapa, setelah melihat salah satu lukisan yang dipamerkan, pikiran Aniara dirundung adegan-adegan misterius yang tidak berasal dari memorinya. Tid...