Kau adalah rindu. Sebuah rasa yang memekakan hati dan tak bisa kusentuh bayangmu. Kau ibarat mimpi. Hanya bayang semu yang terlihat jelas ketika mataku terpejam. Namun setelah mataku terbuka, tak kutemukan dirimu setelah aku mencarimu. Kau itu seperti angin. Menyelinap masuk ke persendian tulang dan menusuk ke dalam jiwa. Membekukan keangkuhan dan meleburkan kesendirian.
Maaf. Aku telah menyukaimu dengan lancang. Sungguh, aku tidak pernah menyangka jika hadirmu datang bersama rasa sayang.
Jangan pernah menghilang ketika kau telah menyadari jika aku menyukaimu. Aku hanya ingin dirimu dan aku tak ingin berpaling darimu. Jangan biarkan aku terisak, meneteskan bulir bening hanya untuk menangisi kepergianmu. Tetaplah ada untukku, walau mungkin kau tak mengharapkan diriku. Biarkan cintaku tumbuh dengan indah, agar aku dapat merasa bangga jika kisah cintaku tak selalu berakhir dengan kelam.
Jangan kau hancurkan harapan yang telah susah payah aku rajut dan kini harapan itu telah aku terbangkan begitu tinggi. Jangan kau tusuk mimpiku hingga mimpi itu berlubang dan akan jatuh melayang-layang dari angkasa. Biarkan semuanya. Biarkan apapun yang terjadi. Kau tak berhak untuk menghalanginya. Kau dan aku cukup diam. Membiarkan semua terjadi apa adanya.
Rasa ini tak pernah aku inginkan sebelumnya. Bahkan aku tak pernah berpikir jika kau akan membuat hatiku jatuh padamu dan ingin rasanya meletakkan hatiku di dekat hatimu. Kau mungkin mengerti, hanya saja ada alasan yang membuatmu tetap diam dan seolah tidak mengerti.
Kadang cinta itu aneh. Mencintai seseorang yang bahkan belum pernah bertemu sama sekali. Cinta hadirnya dari hati dan untuk dirasa. DR. Inisial seseorang yang namanya telah terpatri di hatiku. Hatiku luluh dengan perhatiannya. Hatiku telah jatuh sebab kebaikannya. Hatiku telah mendamba karena dirinya.
Entahlah, tiap kali aku menerima kabar darinya, aku merasa begitu senang. Dia memang biasa saja layaknya laki-laki yang lain. Hanya hatiku yang menganggapnya dia berbeda.
Aku tidak tahu jelas tentangnya. Sebab pertemuan belum pernah terjadi di antara aku dan dia. Dari segi ketikan chattingannya, dia bisa digambarkan seseorang yang begitu baik. Ada banyak kemungkinan tentang dirinya. Mungkin dia baik padaku sebab dia telah memahami perasaanku atau mungkin dia memang baik kesemua orang. Entahlah. Aku tidak mengerti itu.
Perkenalan itu tak sengaja terjadi. Masih hangat dalam memori ingatanku ketika pertama kali dia berkenalan denganku. Saat itu aku tak sengaja membuka akun instagramnya untuk mencari seseorang sebelum dirinya. Aku tidak pernah berharap jika dialah yang kemudian akan hadir menjadi pengganti sebelum dirinya.
Sebelum dirinya ada, hatiku memang pernah jatuh. Namun rasanya berbeda. Jatuh hatiku dulu tak begitu istimewa. Bahkan dapat dengan mudah aku membiarkan seseorang sebelum dirinya pergi. Aku tak pernah bisa menangisi kepergiannya, sebab aku sadar, cinta sejati tak mungkin mudah berpaling.
Kenapa dia pergi? Karena aku pernah meminta kepada-Nya untuk diberikan yang terbaik dan dia bukan yang terbaik untukku. Mungkin benar, orang sebelum dirinya bukanlah yang terbaik untukku. Aku melepaskannya. Aku merelakannya tanpa ada keinginan untuk mencegahnya pergi. Toh ini kemauan dirinya. Aku tidak pernah meminta dirinya untuk pergi.
Ketika kebosanan menjadi alasan sebuah jarak, bukan harusnya menghilang sekadar mencari suasana yang baru. Tapi cobalah untuk mencairkan suasana yang keruh dan menghapus kepenatan untuk menghadirkan suasana yang lebih menyenangkan.
Senyap, senyap, senyap aku memanggilmu pekat. Sunyi, sunyi, sunyi aku sendiri. Jenuh, keruh, bosan, namun tak ingin keramaian.
Aku perempuan. Ada banyak penggambaran tentang perempuan. Mawar, sama halnya dengan perempuan. Maka aku gambarkan demikian. Aku itu ibarat bunga mawar dipenuhi banyak duri. Betapa mempesonanya diriku. Hingga membuat banyak pria terpikat akan keanggunanku sebagai seorang perempuan. Namun, tak satupun tangan yang aku persilahkan sekadar menyentuhku, apalagi memetikku. Sebab duriku telah melindungi keanggunan dan kesucianku
Hingga pada waktunya, ada seseorang yang berhasil menyentuhku bahkan memetikku tanpa terkena satu duripun dari tubuhku. Aku merasa yakin, jika hadirnya adalah yang terbaik. Dia yang akan menjaga keanggunan dan kesucianku layaknya ketika aku masih kuncup dan mekar di antara banyaknya duri.
Kadang untuk mendapatkan hal lain kita harus melepaskan sesuatu. Sekarang siapa yang akan bertanggungjawab atas rasa nyaman ini? Sedangkan aku mulai meragukanmu, setelah kau datang memberikan rasa nyaman yang aku dambakan dan kau tak kunjung memberi kepastian.
Rasa rindu selalu menghampiriku, menginginkan dirimu ada dan jatuh tepat di depan retina mataku. Aku pernah memintanya untuk bertemu, namun dia belum berkehendak. Baiklah, aku tak mungkin untuk memaksa keinginanku. Biarkan semuanya terjadi sebagaimana alurnya. Mungkin bersama waktu kau akan mengerti.
Aku harap ketika hari itu tiba dan kau bukan lagi sekadar bayang semu, kau telah mengerti seutuhnya tentang betapa aku menginginkan dirimu. Aku sadar, kadang apa yang diinginkan tak selalu menjadi kenyataan. Tapi apa salahnya mencoba untuk berharap?
Kadang seseorang terlihat begitu hebat ketika ia bisa menyelesaikan masalahnya tanpa menceritakan apa yang sedang dirasakannya kepada orang lain. Tapi, pada kenyataannya tidak demikian. Ia hanya butuh ketepatan untuk menceritakan semuanya.
Kalau aku benar menyukainya, aku berhak mengatakan yang sejujurnya. Aku tak perlu menunggu hingga dia menyadarinya. Jika aku tidak ingin dia terlepas dari genggaman. Tapi, ketidakberanianku menjadi batasannya. Aku masih ragu dan belum siap menerima apapun risikonya. Lebih baik aku katakan apa adanya. Setidaknya aku tidak mendustakan perasaanku dan itu bukanlah hal yang salah.
Aku bisa saja memberitahu padamu kalau ada temanku yang sedang menyukai temanmu. Tapi bagaimana denganku untuk bisa memberitahumu kalau aku menyukaimu? Mereka baik dan aku menyukainya. Apalagi kamu.
Membiarkanmu pergi itu tak mudah. Ketika hati telah jatuh kepadamu. Senja itu tak lagi terang. Ketika cahayanya telah berpindah kepadamu. Seperti ada sesuatu yang entah apa. Rasanya begitu sulit dijabarkan dengan kata-kata. Tak ingin berpisah, namun waktu kian berlalu dan tak mungkin kembali ke perduan. Hanya bisa mengharapkan, akan datang masa yang bisa mempertemukan kembali. Sekadar untuk melepas rindu yang tak tahu masih bisakah untuk bertemu.
Mungkin sekarang kita saling berjalan berpisah. Kau memilih jalanmu dan aku memilih jalanku. Tapi, aku yakin. Suatu saat kita akan bertemu disatu jalan yang sama. Terimakasih Tuhan, kau telah menghadirkan dia untukku. Meski dia tak kunjung memberi kepastian kepadaku, setidaknya dia tidak pergi menghilang. Jika bisa, aku akan menunggunya dengan perasaan yang sama. Walau kepenatan dan kejenuhan tatkala membunuh penantian.
Untukmu, DR. Jangan kau kecewakan diriku dengan mematahkan hati yang telah jatuh kepadamu. Sebab lebam akibat cinta begitu mudah membiru dan waktu belum tentu bisa mengobatinya. Aku tak akan memakasa dirimu untuk menyukaiku. Tapi biarkan aku katakan yang sebenarnya, jika benar hatiku telah menemukan tempat berlabuh yang tepat, yaitu di dalam hatimu.
Dia. Aku menyukai salah satu huruf di antaranya.