Read More >>"> Anak-Anak Musim (Chapter 1) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Anak-Anak Musim
MENU
About Us  

Hai! Kenalkan aku Autumn, (sok) cool cool gitu anaknya. Dan ini kisah tentang Autumn serta ketiga musim lainnya.

Apaan sih, pakai nama-nama Inggris segala. Ya nggak kenapa-kenapa sih, hanya teman-teman pasti kenal macam musim kan? Kira-kira sifatku dan teman-temanku seperti itu. Terbayang belum? Iyaa, Autumn yang berangin, suka bertualang, Winter yang tetap berpikiran dingin, Spring yang penyabar, serta Summer yang panas dan pekerja keras. Dan kisah inipun bermula....

Februari 2021 Autumn dan teman-temannya mengikuti kegiatan Kuliah Kerja Magang yang diwajibkan oleh program studinya. Sulit sekali menemukan instansi yang mau menerima mahasiswa magang, karena satu dan lain hal, seperti kebijakan pemerintah kota setempat yang tidak mengizinkan orang luar kota untuk masuk. Setelah berbulan-bulan mencari, setelah berbagai macam proposal magang mereka buat, akhirnya mereka diterima magang di Kota Semarang. Sebenarnya, selain di Semarang, anak-anak musim juga diterima magang di Jogja yang notabene lebih dekat lokasinya dari tempat tinggal anak-anak musim. Namun, dengan idealisme beberapa anak musim yang belum pernah “merasakan” kehidupan perantauan yang sangat jauh dari orang tua dan keluarga serta sanak saudara, anak-anak musim memilih untuk magang di Semarang.

Summer jika kau membaca ini, terimakasih sudah menjadi ketua yang baik dengan mencarikan berbagai alternatif tempat magang. Summerlah yang melobi instansi di Jogja supaya mau menerima proposal magang kelompoknya. Semoga kau tidak kesal ya, Summer. Maafkan anak-anak musim laknatmu ini. Dan terimakasih Summer, sudah mau menuruti keinginan anak musim lain. Banyak sekali pengalaman yang anak-anak musim dapat bukan?

Autumn adalah seorang FOMO (Fear Of Missing Out) alias kekinian, tidak ingin ketinggalan berita, sesederhana berita pelaksanaan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) dan lockdown yang saat itu marak terjadi. Autumn membaca informasi bahwasanya Kota Semarang akan menyelenggarakan PPKM menjelang hari-hari awal magang. Panik, hal yang memenuhi benak Autumn.

Autumn tahu sebagai mahasiswa diploma tiga bahwa di bulan Juli 2021 dirinya diharuskan sudah lulus, tahu dibutuhkan waktu yang tidak sedikit untuk menyusun laporan magang, melakukan penelitian, membuat tugas akhir, dan bahwa dosen pembimbing pasti memiliki kesibukan selain melakukan bimbingan tugas akhir dan bukan Autumn seorang yang dibimbing beliau. Autumn takut pelaksanaan magang diundur, yang berakibat mundurnya kelulusan Autumn dan kelulusan teman-temannya.

Autumn kemudian membagikan kekhawatirannya. Setelah berdiskusi, kesepakatan diambil. Magang dimulai hari Senin, PPKM dimulai Sabtu, jadi anak-anak musim berangkat hari Jumat. Kamis mereka tes antigen. Selasa mereka mencari kos.

Selasa, 2 Februari 2021 anak-anak musim survei kos. Pukul 06.34 WIB Autumn meninggalkan rumah berkumpul dengan Summer, Winter dan Spring. Pukul 10.00 WIB mereka tiba di instansi tujuan yang merupakan sebuah kampus. Bimbang, masuk untuk menyapa atau tidak. Kemudian ada seorang mahasiswa lewat, Autumn bertanya, kira-kira kosan mahasiswa sekitar sini dimana lokasinya. Namun, mahasiswa tersebut tidak tahu. Dampak Pembelajaran Jarak Jauh sepertinya, jadi ada mahasiswa yang belum pernah datang ke kampus, apalagi ke kos. Mengandalkan teknologi peta di gawai, anak-anak musim mendatangi beberapa kos.

Ternyata jarak kampus ke kos di sekitarnya jauh, sekitar tiga kilometer. Setelah mendatangi beberapa kos, kos ketiga mereka dapati lumayan nyaman, dan hanya ada satu kamar yang dihuni. Rumah ibu kos berbeda lokasi dengan kos. Summer berusaha menghubungi nomor ibu kos yang tertera di spanduk. Ternyata ibu kos sedang bekerja, jadi tidak bisa menemui anak-anak musim. Autumn tidak masalah dengan kos ini, begitu pula Winter dan Spring, Summer menyukainya. Summer lalu membuat kesepakatan dan mereka pulang.

Eits, sebelumnya mereka makan siang dulu di restoran cepat saji dekat situ. Kosan ini letaknya strategis karena dekat dengan berbagai toko seperti toko kelontong, minimarket, warung, isi ulang air minum, dll. Sayang fasilitas kos ini tidak meliputi wifi. Kamar mandi berada di luar kamar. Ada kompor dan dispenser. Tapi anak-anak musim belum tahu dibalik berbagai kemudahan akses dan fasilitasnya, lokasi kos ini menyimpan sebuah kelemahan yang akan mereka ketahui beberapa hari kemudian.

Kamis, 4 Februari 2021 Autumn, Winter, dan Spring melakukan tes antigen bersama. Summer melakukannya di tempat lain karena rumahnya jauh dari rumah sakit yang dipilih Autumn. Sebenarnya Autumn takut mengambil tes swab. Swab kan disodok hidungnya, sedang antigen diambil darahnya. Pukul 10.00 wib mereka diambil darahnya, lalu diminta menunggu hasilnya. Lucu sekali, ternyata Winter takut disuntik. Autumn yang pertama diambil darahnya, lalu Spring, terakhir Winter.

Ketika menunggu hasil, Winter berkeringat banyak, dan pusing. Autumn mengisi waktu dengan bermain gawainya, tidak mengetahui bahwa Winter sampai tertidur atau pingsan dipangkuan Spring. Winter ketika bangunpun tidak percaya jika dia sampai tertidur. Hahah, mana ada orang kolaps sadar. Setelah hampir satu jam menunggu, hasil antigen keluar. Kemudian mereka berpisah jalan, kembali ke rumah masing-masing. Eh tidak, Autumn mampir ke supermarket dan belanja kebutuhan untuk kos, karena ini pengalaman pertamanya, banyak yang harus disiapkan.

Ada masalah lain, Autumn, Winter, dan Summer bingung bagaimana membawa barang mereka ke Semarang. Spring mengusulkan untuk carter mobil temannya, Autumn dan Winter setuju. Mereka segan merepotkan Summer. Beberapa malam sebelum keberangkatan, Summer bertanya bagaimana anak musim lain membawa tas mereka. Tahu mereka ingin carter mobil untuk membawakan tas, Summer segera menawarkan diri untuk membawakan tas anak musim lain di mobilnya.

Jadilah Summer mengendarai motornya sampai titik pertemuan dengan Autumn. Mereka melakukan barter. Autumn menyerahkan barang-barangnya untuk dibawa mobil Summer dan Summer menyerahkan motornya untuk dikendarai Autumn sampai ke Semarang. Mobil Summer berhenti lagi untuk mengambil tas Winter dan Spring, karena memang rumah Summer yang paling jauh dan melewati semua rumah anak musim. Autumn membersamai mobil Summer hingga mereka bertemu Winter, kemudian mereka melanjutkan perjalanan sendiri naik motor dan mengambil rute yang berbeda dari rute mobil. Spring ikut mobil Summer. Sebenarnya Autumn agak khawatir karena baik Summer maupun Spring tidak ada yang bisa membaca peta, tapi Autumn mencoba percaya pada temannya.

Layaknya sebuah pertanda, belum lama berpisah dari rombongan, hujan turun. Autumn dan Winter berhenti beberapa kali untuk memakai dan melepas jas hujan. Autumn lama tidak mengendarai motor dalam jarak jauh, ia sering minta istirahat pada Winter.

Teman-teman pembaca, kalian masih di sana kan? Masih menyimak kisah anak-anak musim? Karena perjalanan mereka baru benar-benar dimulai di sini.

Kejutan menanti mereka di Semarang. Belum sampai depan kampus, kemacetan sudah mengular. Autumn dan Winter yang mengendarai sepeda motor dengan mudah bisa menyelip diantara kendaraan lain. Hujan yang entah kapan turunnya, ternyata menyisakan genangan air. Pihak berwajib melakukan pengalihan lalu lintas. Jalan yang Autumn dan teman-temannya lewati kemarin ditutup karena terendam air yang cukup tinggi. Mereka harus memutar lebih jauh. Alamat belum hafal jalan, Autumn dan Winter mencoba melewati gang-gang kecil dan malah terjebak banjir. Autumn trauma dengan banjir yang mengakibatkan motornya mogok. Autumn takut membuat motor Summer mogok. Iapun mematikan mesin motor dan memutuskan untuk mendorongnya. Membutuhkan waktu lama bagi Autumn dan Winter untuk menemukan kos mereka. Dan lebih banyak lagi bagi Summer. Usai menurunkan barang, anak-anak musim beristirahat di kamar masing-masing. Autumn sekamar dengan Spring. Sedang Winter bersama Summer. Nasib kos baru, pintu kamar Summer dan Autumn kadang macet. Jadi setiap pagi Spring harus mendobraknya agar pintu terbuka. Lucu sekali mengingat Spring masih dengan muka bantal mendobrak pintu dan Autumn hanya melihat bahkan merekamnya.

Sore harinya ibu kos berkunjung. Semua baik saja, listrik menyala, mereka punya bekal, memiliki air bersih. Di malam hari listrik mati. Keesokan harinya atau Sabtu pagi, air masih menggenangi jalan di dekat kos. Pagi hari listrik sempat menyala, dan Autumn sempat mengisi daya gawainya, tapi tak lama listrik mati lagi dan baterai gawai Autumn belum penuh.

Mati listrik terus berlanjut hingga beberapa hari ke depan. Persediaan air dan baterai alat elektronik menipis bahkan habis. Anak-anak musim tidak bisa menanak nasi, tidak bisa mandi, mencuci. Untuk makan, anak musim membeli nasi ayam bakar. Hal ini cocok dilakukan sesekali, tapi berulang kali? Tidak baik untuk kantong apalagi kantong anak kos. Parahnya lagi, Autumn sedang kedatangan tamu bulanannya. Autumn putus asa, entah karena tamunya atau memang Autumn yang sangat emosional, ketika makan kepala ayam bakar Autumn menangis di depan Winter. Sebenarnya Autumn merasa semua anak musim menyembunyikan kesedihan masing-masing. Mereka menangis dalam diam, dan tidak mengusik satu sama lain. Winter kalau sedang menyebalkan kadang mengungkit kejadian ini pada Autumn lalu tertawa terpingkal-pingkal, dasar tidak peka batin Autumn.

Hari berganti, hujan kadang turun, entah kesambet apa, Autumn tiba-tiba mengambil ember dan meletakkannya di bawah pancuran air hujan. Anak musim lain turut membantu, mereka mengambil barang-barang yang kiranya bisa menampung air. Seru sekali melakukannya, mereka memegangi ember atau wajan atau panci yang ditemukan di kos supaya tidak oleng sehingga menumpahkan air yang ditampungnya. Setelah panci penuh kemudian diestafetkan ke anak musim lain yang bertugas mengumpulkan semua air ke dalam ember besar yang diambil dari kamar mandi. Senang bisa melakukan sesuatu dan kelelahan karenanya, anak-anak musim sedikit melupakan kesedihan dan kelaparan mereka. Hanya satu hal yang disayangkan Autumn, mereka tidak bisa mengabadikan momen ini.

Ketika hujan reda, anak-anak musim memutuskan untuk melakukan perjalanan. Mereka berjalan mencari listrik dan makanan. Setelah berjalan cukup jauh, ternyata daerah di seberang rel kereta yang tanahnya lebih tinggi, tidak mengalami pemadaman listrik. Mereka menemukan masjid dan mengisi ulang baterai gawai. Usai diisi, mereka menghubungi keluarga masing-masing atau mencari tahu kabar banjir di daerah lain.

Pak kos datang menjenguk anak-anak musim dan menawarkan supaya mereka membasuh diri di rumah pak kos yang listriknya sudah menyala. Hari esok seharusnya kegiatan magang dimulai tapi karena kampus tergenang banjir, anak-anak musim diminta melaksanakan magang secara daring.

Senin pagi, anak-anak musim sudah duduk rapi di depan gawai dan laptop masing-masing di rumah pak kos, siap memulai kegiatan magang mereka. Kegiatan dimulai dengan perkenalan dari pihak perpustakaan kampus, lalu anak-anak magang. Setelah itu mereka mengikuti workshop mengunduh jurnal dan ebook EBSCO. Penanggungjawab magang ada dua, perkenalkan Pak Kemarau dan Bu Hujan. Pak Kemarau menjelaskan tugas-tugas yang harus dilaksanakan. Di pertemuan pertama yang hanya melalui perantara gawai, Autumn sudah merasa ada yang berbeda dari Pak Kemarau. Hari Selasa dan Rabu tugas anak-anak musim masih sama, melanjutkan yang kemarin. Namun, di hari Kamis, Autumn dan Summer mendapat tugas baru. Di hari Jumat akan diadakan kerja bakti di perpustakaan.

Bila bisa dijabarkan dengan kata, hati Autumn hancur melihat lantai satu perpustakaan hmmmm kotor, rusak, basah. Anak-anak musim dan staf perpustakaan bahu membahu membersihkan dan menyelamatkan koleksi lantai satu selama tiga hari. Selama itu, anak-anak musim senang karena mereka mendapat jatah makan siang, yummy. Anak-anak musim juga senang melakukan kerja bakti karena mereka bisa bertemu semua staf perpustakaan dan mengenal mereka lebih cepat. Pak Kemarau kalau dilihat-lihat berkarisma ya.

Minggu berganti dan magang masih dilakukan secara daring. Anak-anak musim boleh datang ke perpustakaan untuk mengerjakan tugas daringnya. Kamis tiba, Pak Kemarau dan Bu Hujan memanggil anak-anak musim untuk berkumpul. Kejutan yang lain. Bu Hujan memberi masing-masing anak musim sebuah amplop. Ternyata kami diberi sangu karena kami membatu kerja bakti kemarin. Winter dapat lebih sedikit karena gak berangkat sekali, haha.

Kejutan belum berakhir, persiapkan diri kalian pembaca.

Anak-anak musim diminta mempresentasikan proposal magang mereka. Autumn ketar-ketir. Proposalnya berisi keinginan mempelajari kerjasama perpustakaan dan Pak Kemarau menantang anak musim untuk mencarikan rekan kerjasama. Setelah itu anak-anak musim anak musim dibagi jadwal magang. Stres berat Autumn usai pertemuan tersebut. Autumn buru-buru menghubungi dosen pembimbingnya untuk meminta nasihat. Nggak lagi-lagi memuji Pak Kemarau.

Satu minggu berlalu cepat. Minggu ini Autumn dipasangkan dengan Spring dan ditempatkan di bagian promosi yang mempertemukan mereka dengan Mbak Pancaroba. Seperti namanya, pancaroba biasa ditemui ketika peralihan musim dari hujan ke kemarau atau sebaliknya. Mbak Pancaroba ini orang yang adaptif, mudah menyesuaikan diri dan merupakan orang yang ramah.

Baru sehari menjalankan magang luring, di hari kedua, ketika sore turun hujan lebat, dan ya, lagi-lagi banjir. Tapi kali ini perpustakaan lebih siap. Beberapa perabot yang sudah dibersihkan diungsikan ke lantai dua. Bila perpustakaan saja banjir, apalagi jalan raya di depan kampus. Autumn ingin tinggal saja di perpustakaan untuk menginap. Tapi Summer dan Spring ingin pulang. Dan jadilah anak-anak musim pukul tujuh malam berjalan kaki pulang ke kos.

Anak-anak musim selalu membawa bekal, siang hari tadi ada staf baik hati yang mentraktir semua orang. Nasi kotak anak-anak musim masih utuh dan beberapa dari mereka memberikan nasi mereka kepada Pak Kemarau, Bu Hujan dan staf yang masih bertahan di perpustakaan, terjebak tidak bisa pulang.

Tanpa banjir saja, jalan kaki dari kampus ke kos sudah berat dan ini banjir dan gelap. Setiap anak musim mengendong laptop mereka, mengenakan pakaian lengkap, dan mengenakan jas hujan untuk menghindari cipratan air. Jalan kaki di pinggir jalan raya, diantara kendaraan-kendaraan besar, menghantam ombak hasil kendaraan membelah banjir, tidak bisa melihat aspal, dan tidak bisa membedakan antara aspal dengan kali atau selokan atau lubang jalan yang saling bersisihan karena tertutup air, serta belum makan malam, ah mantap. Rasanya dibutuhkan waktu yang sangat lama bagi Autumn untuk tiba di kos.

Magang kembali dilakukan dari kos. Bosan hanya berada di kos terus, Autumn merengek pada teman-temannyaa untuk ditemani pergi ke tempat wisata. Memang itu sih niat Autumn ingin magang di Semarang, apalagi kalau bukan wisata. Spring dan Winter orangnya penurut, tingal Summer sang ketua dan seperti ibu bagi anak musim lain yang perlu dibujuk. Sepertinya Summer lelah atau kesal pada rengekan Autumn atau Summer kasihan pada Autumn atau Summer sendiri juga bosan, akhirnya Summer mengalah dan mau pergi.

Mereka mengunjungi Maerakaca. Berjalan-jalan mengelilingi taman mini Jawa Tengah dan hutan Mangrove. Waktu Zuhur cuaca mendung, mereka memutuskan untuk pulang dan makan siang di kos saja. Benar saja, di jalan pulang hujan turun. Autumn dan Summer terpisah dari Winter dan Spring. Summer tidak bisa melihat jalan dengan jelas karena hujan dan dalam kecepatan tinggi Summer membuat motornya melewati lubang jalan. Cepat sekali kejadiannya, ban motor Summer bocor. Mereka sedang berada di jalan raya, tidak ada tukang tambal ban di sini. Summer dan Autumn pun bergantian mendorong motor sampai menemukan tukang tambal ban.

Summer khawatir karena Autumn diam saja dan juga pucat. Tapi Autumn tidak apa-apa, dirinya hanya lapar. Akhirnya ban ditambal dan mereka kembali ke kos. Kasihan sekali Winter dan Spring hanya bisa duduk menunggu di depan kamar karena tidak membawa kunci. Mereka tidak membahas lebih lanjut kejadian ini karena mereka tahu, mereka semua bisa dengan mudah menjadi emosional dan berderai air mata. Autumn tidak ingin banjir lagi.

Senin minggu depannya anak-anak musim kembali ke perpustakaan. Seiring berjalannya waktu persediaan beras anak musim habis. Mereka tahu ada staf perpustakaan yang menjual beras dan berencana membeli beras di staf tersebut saja. Ketika berpamitan untuk pulang ke kos, mereka mengatakannya.

Autumn, “Kamu saja, buruan.” mendorong Winter. “Tidak mau, Summer kamu saja. Kamu kan ketuanya.” Winter beralih ke Summer.

“Kenapa dek?” tanya Mbak Pancaroba.

“Em..., kami mau membeli berasnya Pak Mendung Mbak.” jawab Spring.

“Walah, Pak Mendung udah pulang itu dek.” terang Mbak Pancaroba.

“Boleh minta nomor teleponnya, Mbak?” tanya Autumn.

“Ini silakan.” Mbak Pancaroba menyerahkan gawainya.

“Bareng ibu aja dek, ibu juga mau beli beras. Berapa kilo beras kalian?” tanya Bu Hujan.

“Berapa guys?” tanya Summer. “Kalian kan makannya banyak, terutama Autumn sama Spring, lima kilogram cukup nggak?” lanjut Summer.

“Mana cukup, kita kan masih beberapa minggu di sini.” sergah Autumn.

“Tapi kalau banyak-banyak nanti sisa atau nggak habis, siapa yang bawa?” tanya Summer.

“Kasih temen kos aja.” pinta Winter.

“Oke kita beli sepuluh kilogram aja ya, Bu.” terang Spring dan teman-temannya menyetujui.

Keesokan harinya Bu Hujan yang menyerahkan beras dan menolak untuk diganti uangnya. Terimakasih bu. Pernah juga Bu Hujan mengajak anak-anak musim untuk pergi makan siang di luar. Makan mie ayam bakso, wah kenyang sekali. Pada akhir pekan anak-anak musim dan Mbak Pancaroba mengunjungi rumah Bu Hujan. Lagi-lagi mereka mendapat traktiran. Perut Autumn tidak pernah sepenuh itu sejak kedatangannya di Semarang. Sore harinya Mbak Pancaroba mengajak mereka untuk nongki di warung kopi.

Hari ini Bu Hujan pulang lebih awal. Sambil menunggu waktu pulang, dan karena pekerjaan sudah selesai, Pak Kemarau mengajak anak-anak musim untuk akustikan. Pak Kemarau mengiringi dengan gitarnya ketika Mbak Pancaroba menyanyi, dan yang lain menyanyi. Rasanya Autumn benar-benar memahami makna lagu Kangen saat itu. Mbak Pancaroba membagikan momen sore ini di media sosialnya. Tak disangka, keesokan harinya Mbak Pancaroba bercerita bahwa dirinya dilabrak oleh pacar salah satu staf perpustakaan yang kemarin ikut akustikan. Ya Tuhan, kami ini hanya anak magang yang merantau mau menerapkan ilmu bukan mau jadi pelakor.

Waktu terus bergulir dan tinggal menghitung hari sampai akhir waktu magang. Autumn gelagapan mengerjakan logbooknya sehari sebelum kepulangan mereka. Sedang Winter, Summer, dan Spring pergi berbelanja oleh-oleh.

Hari terakhir magang, Autumn merasa tidak enak badan dan yang dilakukannya hanyalah tidur siang. Sore harinya, setelah merasa lebih baik Autumn meminta teman dan staf perpustakaan untuk berkumpul. Sebelum orang-orang berkumpul, Winter sudah banjir air mata. Autumn ingin tertawa, padahal dia belum mengatakan sepatah katapun mengenai perpisahan tapi Winter sudah menangis. Autumn sudah berjanji untuk membuat semua, setidaknya Summer untuk menangis ketika perpisahan. Autumn memang sudah menyiapkan pidato perpisahan, tapi rasanya itu tidak diperlukan. Autumn menyampaikan beberapa kata dan memberi kesempatan temannya untuk bicara juga. Winter, Spring, Summer semua menangis ketika tiba giliran mereka bicara. Autumn tidak menyangka, Bu Hujan juga menangis.

Keesokan harinya, Bu Hujan meminta anak-anak musim mampir ke perpustakaan dalam perjalanan pulang. Bu Hujan membekali anak-anak musim makanan. Setelah mengambil beberapa swafoto, Winter, Autumn, dan Spring melanjutkan perjalanan pulang. Summer dan keluarganya mengunjungi saudara mereka dulu sebentar sebelum pulang. Kisah anak-anak musim berakhir di sini..., atau tidak? -HBP

 

Sumber cover <ahref='https://www.feepik.com/vectors/agricultural-land vector created by macrovector - www.freepik.com</a> diakses pada 22 Mei 2022

How do you feel about this chapter?

13 7 21 2 5 0
Submit A Comment
Comments (12)
Similar Tags
Diaryku - everything will be okay
216      163     1     
True Story
Masa-masa sulit yang menyakitkan bukanlah akhir dari segalanya. Inilah kisahku, sisi kehidupan dari manusia kaku yang banyak belajar tentang arti kehidupan seiring dengan berjalannya waktu.
Nyawa Kedua
164      114     0     
True Story
Tahun lalu merupakan saat-saat terberat dalam sejarah hidupku. Keluarga besar kami harus kehilangan dua budhe hanya selang satu hari. Keduanya meninggal karena usia yang sudah senja. Pada saat bersamaan aku pun harus berjuang untuk mendapatkan kembali nyawa kedua bagiku. Apa yang terjadi padaku? Sungguh aku sendiri tidak paham. Kenapa ujian kesehatan yang menimpa masayarakat itu juga menghinggap...
Aku dan Waktu
237      172     0     
True Story
Bertemanlah dengan waktu dengan menikmati setiap prosesnya, tidak memandang kehidupan dengan kesulitan dan tidak ada jalan keluar, tapi cobalah untuk memandang kehidupan dari sisi yang berbeda. Sesungguhnya, kehidupan tidak memerlukan kata, tetapi memerlukan aksi yang akan membawa kita sampai pada kehidupan yang lebih baik lagi. Jadikan tujuan tersebut menjadi nyata dengan menjadikan waktu sebaga...
Titik berharga di era pandemi
171      117     1     
True Story
"Bagaimana ya rek kalo libur selama satu tahun itu diberlakukan? Ah seketika indah pasti duniaku," celetuk gadis berkerudung itu. "Ah jangan ngaco toh kamu! imposible itu mah," Jawab salah satu dari kami. Ketika impian seorang bocah remaja yang duduk dibangku SMP menjadi realita nyata di depan mata. Perpaduan suka duka turut serta mewarnai hari-hari di era masa pandemi. P...
Ikan Bakar
502      267     0     
True Story
Kata orang - orang, 'hati siapa yang tahu?' namun kataku, selera makanan siapa yang tahu? Petualangan si Tenggorokan Sombong menemukan kembali bagian dari dirinya selama masa pandemi.
TITIK TERANG AKU BERPERAN, KELUARGA TERSAYANG
539      294     33     
True Story
Disaat kita mengejar sebuah impian, memang harus dibutuhkan keberanian yang besar untuk mewujudkan tujuan tujuan kecil tersebut, walaupun pada kenyataannya akan lebih sulit memiliki keberanian pada situasi kondisi yang sangat tidak mendukung. Maka teruslah melangkah hingga tujuan tujuan kecil yang sudah di rencanakan tersebut tercapai dan percayalah terwujudnya sebuah impian tidak hanya butuh ker...
Thankyou, Covid! Balitaku seakan mengerti tentangmu
294      194     7     
True Story
Balitaku yang berumur 2,5 tahun saat covid melanda negeriku ini seakan ikut merasakan pahitnya keadaan.
Sahabat
385      197     2     
True Story
Menceritakan tentang seorang gadis yang bernama Jasmine yang menjalin hubungan pertemanan dengan seorang cowok yang bernama Alden. Setelah lama berteman, mulai tumbuh perasaan suka diantara mereka berdua. Akankah pertemanan mereka hancur karena perasaan mereka sendiri?
Menemukan Kebahagiaan di Tengah Pandemi
160      113     1     
True Story
Siapakah yang siap dengan sebuah perubahan drastis akibat Virus Corona19? Pandemi akibat virus corona 19 meninggalkan banyak luka dan trauma serta merenggut banyak kebahagiaan orang, termasuk aku. Aku berjuang menemukan kembali makna kebahagiaan. Ku kumpulkan foto-foto lama masa kecilku, ku rangkai menjadi sebuah kisah. Aku menemukan kembali makna kebahagiaan di tengah pandemi. Kebahagiaan itu ad...
Daring Vs Farming
187      130     2     
True Story
Pandemi mengajarkanku banyak hal. Selain pengalaman baru belajar dalam jaringan dari rumah, aku menggunakan waktu luangku untuk membantu Mamak bertani di sawah. Suatu pengalaman indah yang pernah kualami selama pandemi. Bahwa belajar bisa tentang apa saja, kapan saja, dan dimana saja. Bahkan, belajar tentang kehidupan yang sesungguhnya itulah yang utama.