Read More >>"> Perverter FRIGID [Girls Knight #3] (Perverter FRIGID ~why hold it back? ) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Perverter FRIGID [Girls Knight #3]
MENU
About Us  

Chapter 4~Why hold it back?

Langkah kaki Logan terhenti di pertengahan anak tangga. Sejenak, apa yang dia lihat mampu membuatnya terpesona. Mata cokelatnya memindai pemandangan seseorang yang tengah memasak di dapurnya lengkap dengan celemek yang terpasang di tubuhnya, memperhatikan pergerakan perempuan di sana yang tampak luwes, seolah dia seorang yang ahli padahal dia wanita karier—pemandangan ini benar-benar lebih dari kata luar biasa.

Rasanya, Logan seperti tengah mendapati gambaran kehidupan pernikahannya kelak. Shit! Apa yang baru saja dia pikirkan? Setahun yang lalu dia pernah bersumpah tidak akan menikah dan berniat menghabiskan masa lajangnya dengan bersenang-senang, lalu sekarang bagaimana bisa dia berpikir seolah suatu saat dia akan menikah saja? Aneh.

Logan kembali meniti satu persatu anak tangga tanpa melepaskan pandangannya dari sosok Keira di sana. Mau bagaimana pun, gambaran semacam ini pernah melintas dalam benak Logan, well meski itu hanya untuk beberapa waktu. Ia menyilangkan kaki sambil menyandar pada pinggiran meja.

Sebenarnya Logan tidak ingin berpikir jauh, sayangnya ia tidak bisa mengendalikan perasaan emosionalnya. Mendapati pemandangan indah semacam ini entah mengapa Logan tidak merasa keberatan dengan hadirnya sosok wanita di hidupnya.

Tiga tahun lalu dia sempat berpikir kalau memiliki wanita dalam hidupmu atau menjalin sebuah hubungan seperti Keenan dan Arabella membuat segalanya berantakan. Perempuan itu makhluk ribet. Dan berada dalam suatu hubungan yang terikat hanya akan membatasi kebebasannya.

Tidak bertemu di sangka tidak sayang.

Tidak mengabari di sangka selingkuh.

Cuek sedikit di sangka ada yang lain.

Perempuan itu tidak ribet. Hanya saja bagi Logan emosi, tingkah dan manjanya perempuan lah yang membuat segalanya terlihat lebih rumit.

Padahal kalau rindu bisa langsung bertemu. Bila ingin sesuatu bisa langsung minta. Terkadang, mereka para perempuan lebih menyukai kode-kodean macam anak-anak. Sifatnya tidak mudah di tebak dan Logan merasa semua itu merepotkan.

Setidaknya, itu yang Logan pikirkan selama ini. Sebelum kemudian akhirnya ia bertemu dengan Keira Sashenka. Seorang yang tanpa berkata jelas pun perempuan itu bisa mengerti apa yang ingin ia sampaikan. Unik. Pikirnya.

“Astaga!” pekik Keira terkejut. Ia memelotot pada Logan yang di balas lelaki itu dengan senyum menyebalkan khasnya.

Logan mendekat, berdiri di samping Keira sambil mencicipi hasil masakan perempuan itu yang sudah tersaji di atas piring. “Not bad,” gumamnya.

Keira melirik sinis, mencuci tangannya di westafel dan berdecih malas. “Aku tidak menerima komentar dari seorang yang tidak bisa memasak,” Keira menjeda, membuka celemeknya dan melipatnya kembali. “Selesai. Taksiku sudah di bawah dan selamat tinggal.” Katanya meraih tas di atas meja dan bergegas pergi.

“Kenapa kau tidak tinggal sebentar lagi?”

Langkah Keira terhenti. Ia mengangkat satu alisnya. “For what?”

Logan mengangkat tinggi piring di tangannya. “Menikmati masakanmu.”

“Apa kau tidak dengar? Taksiku sudah sampai.” Kata Keira dengan sabar—mencoba menjelaskan sekali lagi.

Logan menopang sebelah tangan pada pinggiran meja, menyunggingkan seringai penuh arti. “Batalkan saja. Aku bisa mengantarmu sendiri.” Tawarnya.

Keira tersenyum malas. “Tidak perlu. Aku tidak ingin hutang budi lagi dan sekarang kita impas. So, jangan ganggu aku lagi.”

Dan kali ini Keira benar-benar pergi. Sementara pandangan Logan terus mengamati Keira di kejauhan hingga hilang di balik pintu.

Untuk apa dia mencoba menghentikan perempuan itu barusan?

Logan geleng-geleng kepala menyadari mungkin efek mabuknya masih tertinggal di kepalanya. Tapi, mengapa begitu Keira pergi rasanya penthousenya benar-benar sepi. Padahal, ia memang selalu sendirian.

Sial. Apa dia mulai bergantung dengan hadirnya orang lain?

🍃

Suara notif diiringi getar ponsel Keira berbunyi begitu dia masuk ke dalam taksi pesanannya. Ia meraba isi tas hingga menemukan benda pipih yang di carinya.

Dari Arabella. Well, memang sejak dia pergi semalam, Keira belum menghubungi Arabella. Dia hanya meminta Gery, orang yang menjemputnya untuk pulang dengan barang bukti yang dia dapat malam kemarin. Kemudian ia membuka pesan Arabella.

Arabella Alison: Ke mana kau semalam? Gery bilang kau pergi dengan seorang pria.

Keira mendengus begitu membaca pesan yang tertera di layar. Gery dengan mulut embernya memang benar-benar ya ... Awas saja dia nanti. Keira kemudian mengetik balasan untuk Arabella.

Me: Rahasia.

Kekehan geli Keira terdengar begitu dia kembali membaca balasan pesan untuk Arabella. Perempuan itu pasti tengah bertanya-tanya pria mana lagi yang saat ini dia kencani setelah lima bulan lalu dia kembali gagal dengan teman kencannya.

Sebenarnya, Keira juga merasa aneh sendiri. Entah untuk yang ke berapa kalinya dia berkata pada dirinya sendiri kalau reaksi lain yang muncul sebab berdekatan dengan Logan adalah manusiawi. Tapi begitu makin di pikiran rasanya aneh juga karena dia tidak merasakan sensasi itu dengan teman-teman kencannya yang dulu.

Ponsel Keira kembali bergetar.

Arabella Alison: Uwah, sebuah kemajuan! Siapa kali ini?

Dan Keira sempat terbengong beberapa saat. Bagaimana bisa Arabella mengatakan itu sebuah kemajuan sedangkan dia belum bercerita sama sekali? Well, seharusnya bertanya pada sang ahli tidak ada salahnya ya, kan? Daripada dia sibuk menerka-nerka saja. Kemudian Keira kembali mengetikkan balasan.

Me: Ara, saat kau berdekatan dengan Keenan bagaimana respon tubuhmu?

Jemari Keira kembali menghapus pesan yang dia ketik dan diam sebentar. Kalau dia bertanya, itu hanya akan membuat Arabella makin ingin tahu tetang dirinya. Tapi tidak bertanya juga membuatnya makin penasaran. Bagaimana ini?

Dan pada akhirnya Keira kembali mengetikkan kata yang baru saja dia hapus lalu menekan tombol kirim. Sudah kepalang tanggung karena dia juga turut penasaran dengan respon Arabella.

Limabelas detik berikutnya ponsel Keira kembali bergetar dan ia segera membukanya.

Unknown: Kei?

Siapa ini? Nomor tidak di kenal. Keira berniat mengabaikannya tapi rasa ingin tahunya makin membengkak. Panggilan seperti ini nampak seperti nada panggilan dari Logan.

Hell, no! Tidak mungkin, dari mana dia bisa tahu nomornya. Pasti bukan dia.

Dua pesan beruntut seketika berjejer di layar pop up. Dari Arabella dan nomor tidak di kenal tadi. Mengabaikan orang asing itu, Keira membuka pesan Arabella lebih dulu.

Arabella Alison: tentu saja senang. Berdebar, kadang-kadang merasakan sesuatu yang menggelitik di dalam perut dan masih banyak yang lain. Kenapa? Apa kau merasakan itu dari teman kencanmu?

Dan lagi-lagi Keira kembali terdiam. Benarkah? Dia sempat berdebar, dia juga sempat merasakan sesuatu yang aneh di perutnya dan beberapa kali jantungnya berdegup lebih kencang. Tidak, tidak mungkin. Ini pasti salah. Lagipula Logan bukan teman kencannya, mereka hanya kebetulan bertemu. Itu saja.

Me: Kau tahu jawabanya.

Pada akhirnya Keira hanya membalas itu. Kalau Keira bilang dia mengalami beberapa dari yang dia sebutkan, Arabella pasti akan mencercanya. Terkadang, mempunyai teman-teman yang memiliki rasa ingin tahu juga merepotkan. Lalu, Keira beralih ke pesan selanjutnya. Dari nomor tidak di kenal.

Unknown: Aku berbohong saat mengatakan tidak buruk. Rasanya benar-benar enak.

Keira kembali mematung. Berarti benar dia Logan Hywell? Dari mana lelaki itu tahu nomor ponselnya?

Keira tersentak kaget begitu sebuah panggilan terpampang jelas di layar ponsel. Nyaris saja dia melempar ponselnya terkejut dan mengumpat pelan. Untuk apa Logan meneleponya?

“Masakanmu benar-benar enak.” Kata Logan tanpa basa basi.

Keira mendengus malas. “Ya, aku sudah membaca pesanmu.”

“Apa jarimu sakit?”

“Tidak, kenapa?” tanyanya dengan kening berkerut dalam.

“Kau membalas lama,” keluhnya tanpa basa-basi.

“Aku hanya sedang sibuk. Lagipula untuk apa aku meladenimu?”

“Untuk....” suara Logan menghilang tergantikan seruan tajam begitu derap langkah beberapa orang mulai terdengar.

Keira mengernyit bingung. Apa yang terjadi?

“Well, aku masih ada urusan. Bye, K1.”

Dan dengan itu si pervert Logan mengakhiri panggilan. Berkata terus terang, tanpa basa basi dan juga menutup seenak hati. Logan Hywell memang laki-laki paling menyebalkan yang pernah dia temui.

Tetapi, mengapa rasanya seperti ada sesuatu yang mengganjal? Keira tidak terbiasa mendapati lawan sepadan seperti Logan. Kebanyakan teman kencannya hanya manut-manut saja menuruti perkataannya. Beberapa yang lain juga tampak aktif terang-terangan mengejarnya tapi Keira selalu merasa risih dengan jenis pria macam itu. Dan lagi, mengapa untuk Logan Hywell menjadi sebuah pengecualian?

Keira tahu, dia sangat tahu Logan penasaran dengannya. Dia tertarik pada tubuhnya sekaligus tertantang sebab penolakannya semalam. Dan Logan mendekatinya terang-terangan juga. Dia bahkan tidak berbasa basi hanya untuk mengatakan dia menginginkan dirinya di tempat tidur—menjadi teman satu malamnya.

Panggilan lain kembali memenuhi layar dan Keira segera mengangkat menyadari itu panggilan dari kantor.

“Ya?”

“Siang, Ma’am. Baru saja Blackstone mengirim e-mail. Katanya ada beberapa perubahan jadwal mengenai pengajuan proposal.”

Tegas dan to the point. Cloe Orlando adalah sekertaris sekaligus orang kepercayaannya di perusahaan dan Keira mengenal baik dirinya. Cloe memang sangat lugas dan tanpa basa-basi. Well, mirip Logan saja. Eh!

“Ma’am?”

Keira menggeleng pelan, keningnya berkerut dalam begitu menyadari informasi pemberitahuan itu dan berdeham singkat. “Oke, sebantar lagi aku sampai. Beritahu semua anggota untuk rapat satu jam lagi.” Katanya lugas dan penuh ketegasan.

“Baik, Ma’am.”

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags