Linda dan wanita berjubah merah tua itu hampir tiba di kerajaan Qirollik. Remaja perempuan itu bisa melihat istana megah di depan sana dari padang rumput luas yang terhampar di depannya. Istana itu besar. Meskipun gelap, namun istana itu menarik hati.
Hati Linda di penuhi kesenangan yang tiada tara. Hatinya menari-nari. Sebentar lagi ... sebentar lagi ....
Benar kata horgat itu, ia hanya perlu keluar dari hutan tempat mereka pertama kali datang, dan jalan terus mengikuti jalan panjang, kemudian ia akan melihat dari jauh istana raja Hesper. Seharusnya ia sudah tiba dari tadi di tempat itu, kalau saja para makhluk tidak kelihatan itu, tidak memberi Trappy minuman yang membuatnya tertidur, dan dia melarikan diri dari hutan itu pergi ke tempat entah dimana.
Lututnya sudah hampir patah, kalau saja kerajaan tidak mengirim pengawalnya untuk menjemput dirinya.
Linda tersenyum-senyum memikirkan betapa berharga dirinya, sebab kerajaan sampai harus mengirimkan prajurit terbaiknya untuk menjemput dirinya. Saat ia sudah tidak kuat untuk berjalan lagi, ia mendapati dirinya telah ditolong. Benar-benar dia adalah seorang putri raja yang sudah di ramalkan itu.
Mereka masuk ke dalam gerbang kerajaan.
Banyak lumut dan tumbuhan liar yang memenuhi istana itu. Linda melihat pemandangan di dalam perkarangan istana itu. Pemandangan itu tidak seindah yang di harapkannya. Tidak ada tumbuhan yang segar, semuanya layu. Tidak ada bunga-bunga yang bermekaran. Halaman kerajaan itu tidak rapi. Dan yang paling membuatnya merasa tempat itu tidaklah seperti istana kerajaan pada umumnya adalah, istana itu dipenuhi dengan lumut dan jamur yang sudah memenuhi dinding istana itu. Lembab dan kotor, itulah kesan yang diperoleh Linda saat memasuki istana itu. Dia berjanji pada dirinya sendiri, dia akan memerintah para prajurit di sana untuk membuat halaman kerajaan itu menjadi sedap di pandang, bila kelak dia memerintah kerajaan ini!
Mereka berdua turun dari kuda hitam yang ditunggangi oleh mereka sebelumnya.
Kuda itu dibiarkan saja di halaman luas kerajaan itu. Wanita itu meminta Linda untuk ikut bersamanya.
Prajurit yang ada di depan mereka, membuka pintu depan utama. Pintu itu besar dan kokoh, terbuat dari kayu yang berumur tua. Warnanya lebih hidup, dengan pigmen-pigmen kayu yang sudah lebih banyak terbentuk.
Mereka berdua melewati pintu itu.
Ruang utama istana itu terdiri dari ruang lapang tanpa sekat, sisi kanan dan kiri ruangan itu dipenuhi dengan ukiran-ukiran yang terpahat dengan sempurna di sisi sebelah atas. Ruangan itu megah, dengan lantai yang terbuat dari kayu. Ia lebih bahagia berada di ruangan ini daripada di halaman luas yang tampak kumuh.
Prajurit sudah berkumpul di sisi kanan dan kiri sepanjang jalan menuju ke singgasana di depan sana.
Selain wanita berjubah merah tua itu, terdapat pula dua wanita berjubah lainnya yang berdiri dekat dengan singgasana di depan sana.
Itu pasti para abdi raja yang diceritakan oleh makhluk tak kelihatan tadi.
Linda melayangkan pandangannya ke sekelilingnya, dia tidak melihat Trappy. Dimana Trappy?
Trappy pasti akan menjelaskan kepada raja tentang dirinya. Dia adalah yang dimaksudkan oleh ramalan itu. Linda tidak dapat menahan senyumnya. Dia menggigit bibirnya.
Di singgasana kerajaan itu, terlihat sosok dengan tinggi besar yang sedang menunggunya. Dia pasti raja Hesper!
Mereka sudah dekat dengan singgasana sang raja.
"Yang Mulia." Wanita berjubah merah tua itu berlutut di samping Linda yang sedang berdiri. Wanita itu memukul lutut Linda, hingga dirinya hampir terpelecok.
"Aww!" Linda menatap ke arah wanita berjubah merah tua itu dengan pandangan tak suka.
Wanita itu memberi kode dengan matanya agar Linda juga berlutut.
Linda segera berlutut. Dia melihat Trappy di tengah makhluk-makhluk tinggi dan besar yang ada di sekitarnya.
"Trappy ..." desis Linda melihat ke arah Trappy.
Ttappy hanya tersenyum sebentar lalu melihat ke arah raja.
Hati Linda mencelos. Dia akan berusaha sendiri untuk mengesankan hati sang raja, dan memberitahukan padanya bahwa dia lah sang putri yang terpilih.
"Apakah kau sudah menemukan kot ajaib ku?" tanya raja Hesper.
"Ya, Yang Mulia. Anak perempuan ini telah membawanya di dalam tasnya," Hera, wanita berjubah merah tua itu, salah satu abdi setia sang raja memberitahu sang raja.
Semua mata memandang pada remaja perempuan itu.
Ini kesempatanku untuk membuatnya kagum!
Linda langsung mengambil tasnya dan hendak berdiri. Namun wanita berjubah merah tua itu menarik tas Linda sebelum remaja perempuan itu berhasil untuk berdiri. Tas itu di bawa oleh wanita berjubah merah tua itu ke hadapan sang raja.
Wanita itu kembali ke tempatnya yang semula.
Linda mendengkus sebal. Dia tidak memiliki kesempatan sama sekali. Matanya melirik tajam pada wanita berjubah merah tua yang berlutut kembali di sebelahnya.
Raja memeriksa tas yang diberikan padanya.
Matanya membelalak, marah. Ia melempar tas itu di hadapan wanita berjubah merah tua itu. Raja Hesper memeras tangannya dengan geram.
"SIAPA YANG MEMBERIMU TAS ITU?!!" erang raja Hesper dengan suara berat dan dalam.
Linda tidak tahu apa-apa tentang ini. Ia yakin sekali, kot ajaib itu ada di dalam tas itu. Lusi telah menyimpannya dengan sangat hati-hati agar si Trappy itu tidak menyentuhnya sama sekali.
Trappy menatap Linda tak percaya. Berani sekali manusia itu membodohi kerajaan.
Tudung kepala wanita berjubah hitam itu turun. Ular-ular yang ada di kepala Serenity mulai menaik-turunkan badannya. Lidahnya menjulur-julur ke mangsa baru.
Linda mendengar suara desisan ular yang banyak sekali. Ia menoleh ke sebelah kiri. Ia melonjak kaget ke arah kanan.
"U-u-u-ular!!!!" Linda tak kuasa melihat pemandangan ini.
"Tutup para Wirastri itu, Serenity! Kita masih membutuhkannya," perintah Hesper.
Serenity menutup tudung kepalanya sambil menatap tajam anak perempuan yang saat ini sedang ketakutan. Para Wirastri tidak dapat melihat mangsanya.
Linda sangat takut! Tubuhnya bergetar hebat. Dia menelungkupkan badannya. Sangat mengerikan berada di tempat ini. Pikirannya tidak lagi membayangkan tentang dirinya kelak yang akan menjadi putri raja. Ia merasa telah membuat kesalahan. Apakah benar kot ajaib itu tidak ada di tas yang sudah di bawanya?
"Apakah kau kesini hendak bermain-main dengan kami, hai Manusia?" tanya suara berat dan dalam itu dari arah singgasana.
Linda masih ketakutan. Dia tidak menjawab sepatah kata pun.
Wanita berjubah merah tua itu melihat ke arah Linda yang sedang menyembunyikan wajahnya. Malu. Takut dan perasaan putus asa menghinggapi Linda. Ini bukan mimpi! Ini benar-benar terjadi! Mereka benar-benar memiliki kekuatan dan sesuatu yang menakutkan!
"Jawab pertanyaan dari raja Hesper!" perintah wanita berjubah merah tua itu.
Prajurit yang ada di samping Linda ingin menendangnya, namun Linda segera menjauh dari prajurit dengan jubah zirah itu.
"Sa-sa-saya tidak berniat mempermainkan Yang Mulia," jawab Linda terbata-bata, "ta-ta-tadi kot ajaib itu benar ada di dalam tas itu."
"Darimana kau yakin ada kot ajaib di dalam tas ini?!!!" geram raja Hesper.
"Makhluk tidak kelihatan yang berada di dalam pohon oak besar itu yang memberitahukannya pada kami semua." Linda merasa berjasa karena telah memberitahu yang dia ketahui.
"Starla selalu memberontak dariku! Makhluk transparan itu!" geram raja Hesper, "dimana mereka sekarang?"
"Mereka sudah pergi dari pohon oak besar itu menuju goa, tempat kediaman pangeran Arcturus." Linda tersenyum puas, ia pasti telah memberitahu informasi yang amat berharga untuk raja.
"JANGAN SEBUT NAMA ITU DI HADAPANKU!!!" raja berteriak sangat kencang, sehingga lantai kayu yang saat ini sebagai tempat berpijaknya, bergetar begitu hebat.
Serenity mendesis ke arah Linda.
Trappy menatapnya dengan pandangan tak suka ke arah remaja perempuan itu.
Jantung Linda berdegup kencang. Seumur hidupnya, ia belum pernah merasakan ketakutan seperti yang dialaminya saat ini. Seperti mimpi, namun sungguh terjadi di hadapannya.
Sangat mengerikan!
Lagi-lagi Linda tidak dapat menahan wajahnya yang ketakutan, ia menelungkupkan wajahnya di lantai. Ia bergidik ketakutan.
"CARI MANUSIA-MANUSIA ITU!! PERGI KE ARAH GOA!!" raung raja Hesper, yang membuat seluruh ruangan itu bergetar sangat hebat, "Serenity, Hera, Callisto, kalian ikut denganku!"
Ketiga wanita berjubah itu berlutut di hadapan sang raja kegelapan, "Baik, Yang Mulia."
"Yang Mulia," desis Serenity.
"Katakan," pinta raja Hesper.
"Manusia-manusia itu pasti menggunakan kot ajaib itu," ucap wanita berjubah hitam itu, senyumnya mengambang jelas di wajah cantiknya, "tidak ada yang bisa melihat para manusia itu, kecuali para horgat."
"Pintar sekali kau, Serenity." Hesper mengerti arah pembicaraan dari wanita berjubah hitam itu, "panggil para horgat untuk mengikutiku dari belakang!" raung raja Hesper. Suaranya memenuhi seluruh ruangan istananya.
Teretet teretttt ....
Bunyi terompet memenuhi bisingnya aula kerajaan. Prajurit yang berada di pintu kerajaan membunyikan terompetnya, untuk memanggil para horgat.
Para horgat kini telah berkumpul di aula kerajaan. Mereka telah siap mengikuti sang raja, mencari para manusia itu.
"Serenity, kau pimpin para horgat untuk memeriksa setiap pohon oak besar, kemungkinan mereka akan beristirahat di dalam pohon itu!" perintah sang raja, "jangan kau apa-apakan para manusia itu. Kendalikan para Wirastri mu, jangan sampai ada yang terbunuh-"
"Tapi, raja ... ramalan itu mengatakan tentang para manusia itu," sanggah Serenity.
Raja Hesper menatap tubuh Linda yang ketakutan.
"Berdiri kau, Manusia!" geram sang raja, "berapa jumlah kalian?"
Linda memberanikan diri untuk berdiri. Kakinya bergetar, ketakutan. Ini tidak seperti rencananya datang ke istana ini. Ia datang ke istana ini untuk menjadi seorang putri dan bukan seperti saat ini. Kini ia tampak bodoh dan ketakutan. Ia sangat menyesal.
"Ka-ka-kami berempat." Linda tidak tahu apakah harus berbohong atau kah tetap jujur di saat seperti ini.
Serenity tersentak.
Trappy maju, menghadap raja yang berada di depannya.
"Benar itu, Raja. Mereka hanya berempat." Trappy melirik ke arah Linda. Senyumnya menyeringai memenuhi wajahnya yang kering dan pucat.
"Kalau begitu, mereka tidak ada artinya, Yang Mulia. Di bunuh atau tidak, mereka tetap tidak ada artinya," Serenity menawarkan pilihan ini kepada sang raja.
Linda bergetar sangat hebat. Kerongkongannya kering, seperti tercekat. Ia tampak seperti orang bodoh. Menyerahkan diri sendiri dengan sukarela ke hadapan para makhluk-makhluk aneh di depannya.
"Untuk yang lain, mereka ada di tanganmu, Serenity," raja memutuskan, "kalau mereka menyusahkan, serahkan pada para Wirastrimu." Raja melirik ke arah Linda yang putus asa, "Untuk manusia ini, itu bagianku."
Raja menyeringai menatap Linda lekat-lekat. Anak perempuan itu, sudah tidak dapat berpikir apa-apa.
"Hera, Callisto, kau ikut bersamaku mencari goa tempat persembunyian para namid itu!" raja memandang pada dua abdi lainnya, "ikut sertakan anak ini!"
Kedua abdi setia sang raja, mengangguk serempak, "Baik, Yang Mulia!"
Callisto mengangkat tangan Linda dengan kasar, dan menyeretnya bersama dengan mereka.
"Trappy, kau ikut kami." Raja memandang Trappy, yang hendak ikut dengan rombongan Serenity.
"Baik, Yang Mulia." Trappy mengikuti rombongan raja beserta dua abdi setianya.
***
Serenity berkuda di tengah kegelapan malam. Di atas Serenity tampak para horgat terbang mengikuti ke arah mana Serenity mengarahkan kudanya.
Udara malam menusuk tubuh para horgat yang terbang di langit yang gelap. Tidak ada cahaya. Tidak pernah ada cahaya matahari menyinari negeri Qirollik semenjak Hesper membunuh raja dan ratu sebelumnya.
Para horgat itu meneliti setiap pohon-pohon oak besar, seperti yang diberitahukan oleh manusia itu.
Mereka melihat, ada pohon oak besar, di tengah-tengah pepohonan. Mereka mendahului Serenity dan berhenti sebelum kudanya mencapai pohon oak itu. Para horgat menjejakkan kaki mereka, tepat di depan pohon oak besar itu.
Serenity memberhentikan kudanya. Dia menarik tali pelana di atas punggung kuda yang di tungganginya.
Salah satu horgat mendekati pohon itu. Dengan tangannya yang kurus dan kasar, horgat tua itu menyentuhkan tangannya yang keriput ke sekitar pohon oak itu. Meraba-raba setiap inchi permukaan kulit pohon besar yang ada di depannya, mencari jalan masuk para remaja tadi. Dia tersenyum mengerikan, mengetahui bahwa pohon oak itu adalah salah satu rumah para starla. Dengan hidung besar nya, horgat tua itu menciumi seluruh permukaan kulit pohon itu.
"Aku yakin ini tempatnya. Ada bau tak biasa datang dari pohon ini. Aku tak bisa mencium bau makhluk starla itu. Tapi aku bisa mencium bau tak biasa, ku pikir itu bau manusia." Horgat tua itu membalikkan badannya dan memberitahu Serenity.
Sebagian horgat mengangguk membenarkan, sebagian yang lain masih membaui keberadaan para manusia itu.
"Apakah mereka masih ada di pohon itu?" tanya Serenity.
Horgat tua itu menggeleng.
"Bau tak biasa itu sudah tidak kuat. Aku pikir mereka sudah pergi beberapa jam yang lalu," horgat tua berpengalaman itu menarik kesimpulan.
"Apakah kalian dapat mencium bau para manusia itu di sepanjang tanah?" tanya Serenity dengan tersenyum licik.
"Ya, kami bisa," para horgat menjawab serempak.
"Baik, aku akan mengikuti kalian dari belakang."
Serenity memimpin kembali perburuan mereka.
Kali ini para horgat itu tidak terbang. Mereka sudah menemukan tempat pertama yang digunakan oleh para manusia itu sebagai tempat perhentian mereka. Mereka pasti berada tidak jauh di depan, karena mustahil para makhluk starla itu akan terbang melintasi perbatasan hutan tanpa di ketahui oleh kerajaan. Mereka pasti hanya berjalan kaki.
Horgat memiliki kaki panjang yang kurus, mata yang ajaib, yang dapat melihat menembus di balik kot ajaib sekalipun (tanpa batu bertuah, tentunya), dan hidung yang tajam seperti layaknya seekor anjing pemburu.
Para horgat itu bagaikan para anjing pemburu yang saat ini sedang mengendus seluruh jalanan, yang mereka yakini sebagai tempat pelaluan para manusia itu beberapa jam yang lalu.
Tetes-tetes hujan mulai membasahi kaki telanjang para horgat yang sedang berlarian di padang rumput terbuka itu. Salah satu horgat menatap ke langit. Hujan besar sebentar lagi akan turun. Mereka mempercepat langkah mereka, agar jejak para manusia itu masih dapat tersendus.
Serenity menatap kesal dengan perubahan cuaca yang saat ini sedang terjadi di langit. Ia menambah kecepatan kudanya mengikuti langkah kaki panjang horgat yang hendak menghindari tetesan air hujan.
Tetes-tetes air hujan berubah menjadi rintik-rintik air hujan yang semakin cepat membasahi mereka dan jalanan sekitar mereka. Tubuh kurus para horgat yang bungkuk itu tersiram air hujan yang sudah mulai turun dengan deras. Serenity menggunakan sihirnya untuk melindungi kawanannya agar terhindar dari derasnya air hujan yang turun dari langit. Sekejap, tubuh wanita berjubah hitam itu dan tubuh sekelompok para horgat itu terlindung dari air hujan yang mulai jatuh dengan derasnya. Seolah-olah ada suatu pelindung seperti payung besar tak terlihat yang melindungi tubuh mereka.
"Kalian masih bisa melanjutkan perjalanan ini?!" teriak Serenity, suaranya harus mengalahkan bunyi air hujan yang menderu di sekelilingnya.
"Kami siap!" jawab serempak para horgat.
Serenity menyeringai.
"Tapi kami tidak dapat mengendus dengan baik saat ini," lapor horgat tua berpengalaman itu.
Wajah Serenity berubah. Ia tidak menyukai keadaan ini.
"Air hujan telah menyapu jejak para manusia itu."