Loading...
Logo TinLit
Read Story - Lusi dan Kot Ajaib
MENU
About Us  


Para starla telah memilih jalan yang lain. Mereka masuk ke dalam terowongan bawah tanah, jalan rahasia milik bangsa starla. Tidak ada yang mengetahui jalan ini, kecuali bangsa mereka sendiri. Lusi dan yang lainnya melepas kot ajaib yang sedari tadi dipakainya.

Mereka mendengar bunyi gemuruh di atas permukaan tanah di atas mereka dan mendengar juga bunyi hujan turun dengan lebatnya.

"Kalian bisa istirahat dulu di sini. Perjalanan kita sudah hampir sampai. Kita harus melewati satu hutan lagi," jelas Teofa yang memimpin perjalanan mereka.

"Apakah tidak sebaiknya kita bergegas saja, agar kita segera tiba di goa pangeran?" tanya Bima. Sepertinya Bima benar, karena saat ini Hesper dan rombongannya sedang menuju goa tempat persembunyian sang pangeran.

"Mereka tidak akan menemukan goa itu sebelum kita," terang Teofa, "tenang saja."

"Tapi kalau kita istirahat di sini, pasti goa pangeran akan segera ditemukan dan kita juga bisa tertangkap." Wajah Robi terlihat cemas.

"Jadi apa yang harus kita lakukan?" tanya Lusi pada semua.

Vlademir seperti sedang menempelkan telinganya di permukaan tanah terowongan itu.

"Apa yang kau dengar?" tanya Esta pada temannya, yang hanya dapat mereka lihat satu dengan yang lain.

"Tidak ada bunyi derap langkah kuda. Tidak ada horgat ataupun yang lain." Vlademir masih meletakkan telinganya di permukaan bawah tanah itu.

"Berarti kita masih punya waktu tidak banyak untuk duduk dulu," jawab Teofa.

"Aku tidak yakin soal ini," cemas Lusi.

"Bisakah kita pergi saja sekarang. Aku tak merasa haus atau lapar sekarang. Aku hanya ingin menyerahkan kot ajaib ini pada pangeran. Aku tidak suka seharian berada dalam gelap." Robi memegang kot ajaib itu.

"Bagaimana nasib Linda?" tanya Bima pelan.

Ada desis marah keluar dari mulut Esta, "Jangan kau sebut-sebut nama anak manusia itu." 

Bima dan Lusi tidak terima Linda diperlakukan seperti itu, "Esta!!!"

"Oh, maaf. Aku hanya kesal, dia telah mengkhianati kita."
Esta terdengar sangat merasa bersalah, "baiklah lain kali aku akan lebih hormat padanya."

"Kurasa dia memang salah, tapi tak bisakah kita memaafkannya?" tanya Lusi, dia tidak enak kalau kakaknya di pojokkan seperti yang baru saja terjadi.

"Ya, baiklah aku akan memaafkannya dan melupakan kesalahannya," ujar Esta yang kini berada di punggung tangan Lusi, "kalau dia sudah bertemu dengan Hesper ataupun para abdi setianya, dia akan menyesal telah melakukan hal bodoh seperti ini. Menyerahkan diri sendiri ke kandang singa. Itu terdengar sangat bodoh dan menakutkan."

"Sudahlah, Esta!" ucap Vlademir cukup kesal, "tidak perlu membahas tentang manusia itu di depan adik ataupun kekasihnya."

"Apakah aku yang kau maksud kekasih Linda?" tanya Bima pada makhluk starla itu.

"Apakah kau pikir adikmu?" tanya Vlademir di telinga Robi.

"Aw ... ini geli, Vlady." Robi menggosok-gosokkan telinganya.

"Mengapa kalian tidak mencoba menyebutkan permintaan kalian ke kot ajaib itu? Sudah lama aku tidak makan pie apple. Bolehkah?" suara memelas keluar dari mulut makhluk starla lainnya.

"Permintaan seperti pie apple?" tanya Lusi pada starla itu.

"Boleh aku memohon? Aku ingin baju zirah," ucap Robi pada kot ajaib yang ada di tangannya.

"Jangannnn!" teriak Teofa, "kau tidak menginginkannya di tempat sempit seperti ini!"

Seketika muncul baju zirah di tangan Robi. Besar sesuai ukurannya.

"Ha? Baju zirah? Apakah ini nyata? Apakah aku benar-benar memilikinya?" Robi sangat senang mendapatkan baju zirah.

"Kembalikan!" perintah Bima.

Robi memandang sayang pada benda yang selama ini menjadi impiannya.

"Oh, baiklah."

"Pie apple!" seru Lusi di atas kot ajaib yang sedang di pegang Robi. Seketika muncullah pie apple di atas kot ajaib itu.

Mata Lusi terbelalak senang. Ia mengambil pie apple itu dari atas kot ajaib itu dan memberikannya kepada makhluk starla yang menginginkannya.

"Terima kasih," sahut makhluk starla itu dan mengambilnya dari tangan Lusi. Pie apple itu semula terlihat utuh, beberapa detik kemudian pie apple itu sudah tidak terlihat. Makhluk starla itu segera memasukkan pie apple yang di ucapkan oleh Lusi pada kot ajaib itu, ke dalam mulutnya. Dan zipp ... pie itu telah menghilang dalam sekejap!

"Aku ingin pedang," sahut Bima ke atas kot itu.

Sebuah pedang tiba-tiba muncul di atas kot ajaib itu.

"Waw ... bagus sekali." Bima menyampirkan pedang itu di punggungnya.

"Kurasa, waktu kita sudah cukup. Sekarang kita bisa melanjutkan perjalanan kita lagi," Teofa memberikan aba-aba kepada semua pengikutnya.

"Oh, katamu kita bisa lebih lama di tempat ini." Bima menyesali keputusan Teofa untuk buru-buru pergi dari tempat itu. "Kami sedang sibuk menyebutkan permohonan kami."

Bima tersenyum pada pedang yang tersampir di punggungnya.

Robi melihat memiliki pedang bukanlah ide yang buruk, dibanding baju zirah mungkin pedang akan lebih ringan.

Dia meletakan tangannya di atas kot ajaib, dan "Pedang," pintanya pelan.

Sebuah pedang panjang dan gagah terletak di atas kot ajaib itu.

"Cepatlah!" seru Teofa memperingatkan semua.

Robi menggulung kot itu. Lusi memintanya agar ia dapat memegang kot ajaib.

Kot di tangan Lusi, dan mereka sudah siap untuk melanjutkan perjalanan mereka lagi.

Teofa yang tidak terlihat itu berada di depan, memimpin sekelompok manusia untuk segera bertemu dengan pangeran.

Mereka berjalan dan terus berjalan, melalui terowongan panjang yang suram. Cahaya terang hanya berasal dari makhluk starla itu. Terlihat bahwa terowongan bawah tanah itu tidak pernah di gunakan oleh siapapun beberapa tahun terakhir. Kotor dan pengap. Tidak ada tumbuh-tumbuhan yang tumbuh di sepanjang koridor itu. Tidak ada air yang dapat digunakan sebagai sumber mata air di sepanjang terowongan itu. Terowongan itu tidak berpenghuni, dan tidak terdapat tanda-tanda kehidupan sama sekali.

Lusi dapat merasakan kot ajaib itu berdegup. Mengapa kot ini bergetar? 

"Kita sudah hampir sampai," Esta memberitahu pada semua.

Robi memanjangkan kepalanya ingin segera tahu bagaimana pemandangan di depan sana.

Bima yang memiliki tubuh lebih tinggi dua sentimeter dari Robi, terlihat dapat melihat ujung dari terowongan panjang ini.

Tap ... tap ... tap ... tap ...

"Merunduk dan segera masuk ke dalam kot itu!" perintah Teofa dengan cemas, pada ketiga remaja yang mengikutinya.

"Ada apa?" suara Bima tercekat mendengar suara gusar Teofa.

Vlademir membisikan sesuatu di telinga Robi yang dapat di dengar oleh kedua manusia yang lain, "Ada segerombolan horgat di atas." Suara Vlademir terdengar sangat menakutkan, "dan-dan Serenity juga ada di sini ...."

Lusi membuka kot ajaibnya, dan memberikannya kepada dua temannya. Mereka bertiga memakai kot ajaib itu dan menutup ritsleting pada wajahnya.

"Merunduk," bisik Esta pelan.

Ketiga remaja itu merunduk di balik kot ajaib mereka.

Mereka dapat mendengar sesuatu di atas bergerak. Sekilas mereka melihat secercah sinar matahari jatuh menyinari dedaunan yang berada di atas permukaan.

Kot ajaib itu berdegup lebih kencang di banding sebelumnya.

Kot itu sudah merasakan belahan jiwanya ada tak jauh dari tempatnya berada!

***

Callisto memandang dengan tatapan datar pada manusia itu, "Naik ke kudaku!"

Linda merasakan dinginnya malam merasuk ke seluruh tubuhnya.

Baju yang dikenakannya hanyalah kaos seadanya yang menutup tubuhnya. Ia tidak pernah tahu bahwa ia akan mengalami perjalanan jauh seperti ini. Tubuhnya gemetar kedinginan sekaligus ketakutan. Giginya bergemeletuk, cemas tak menentu. Hidupnya ada di tangan raja bengis itu.

Linda berharap wanita berjubah ungu tua itu menolongnya naik. Setidaknya meskipun dia gagal menjadi putri raja di kerajaan itu, dia masih berhak untuk ditolong menaiki kuda yang tinggi itu.

"Cepat! Kita tidak punya waktu banyak!" perintah Callisto ke anak manusia itu tanpa memandang anak perempuan yang saat ini sedang memohon bantuan pada wanita berjubah ungu tua itu.

"Callisto, kita akan berangkat!" geram wanita berjubah merah tua yang sudah duduk di kudanya dan siap untuk berangkat.

"Baik." Callisto menoleh ke arah Linda yang memasang wajah memelas, hampir akan menangis.

"Kau tidak punya mulut untuk mengatakan sesuatu! Aneh sekali ucapan mu banyak waktu di dalam, sekarang kau seperti singa kehilangan gigi!" Callisto membentak Linda di dalam kegelapan malam.

"To-to-tolong aku. A-a-aku butuh bantuanmu untuk menaiki kuda itu."

Tangan Callisto terjulur kasar, dia menggenggam tangan Linda dan menarik tangannya, hingga terdengar bunyi "Waaaa!" dari arah belakang. Callisto menarik tangan Linda sekenanya, dan melemparkan anak perempuan malang itu di belakang dirinya.

"Te-te-teri-ma ka-kasih," ucap Linda terbata-bata.

Tidak terdengar ucapan balasan dari Callisto.

Hesper memberi aba-aba dengan suara berat, dalam dan keras, "Majuuuu!!!"

Semua kuda mengikuti kuda hitam besar milik Hesper dari arah belakang dengan teratur.

Linda melihat Trappy yang terbang dengan sayap kecil di punggungnya. Di kegelapan malam seperti ini, dia melihat Trappy benar-benar makhluk kecil aneh. Matanya bulat besar tidak berkelopak, yang membuat seluruh wajahnya menjadi bertambah jelek. Di tambah ucapan pembohong yang di milikinya, menambah kejelekan pada wajahnya!

Linda merasa tampak bodoh saat ini. Bahkan ia rindu sekali dengan adiknya.

Tiga kuda bergerak cepat melaju di antara pohon-pohon besar yang ada di sisi kiri dan kanannya. Pemandangan yang selalu sama. Gelap, sunyi, dan tidak ada tanda-tanda kehidupan. Semua makhluk lebih memilih berada di tempatnya masing-masing, dibandingkan mereka harus keluar dari tempat persembunyiannya dan berurusan dengan anggota kerajaan, seperti yang dilakukan oleh Linda saat ini!

Kuda yang ditunggangi oleh Hesper seakan tahu ke arah mana mereka harus pergi. Goa besar tersembunyi. Manusia itu telah memberitahu semuanya. Itu sangat memudahkan Hesper untuk segera menemukan pangeran itu. Setidaknya manusia kecil itu berguna sedikit untuk dirinya.

Ia harus lebih cepat daripada para manusia yang mungkin saat ini telah ditemukan oleh Serenity dan pasukannya. Sehingga tidak akan ada kesempatan bagi kot ajaib milik raja dan ratu itu untuk bertemu dengan kekasih jiwanya, batu bertuah yang ada pada pangeran. Batu bertuah itu adalah jantung dari kot ajaib itu.

Tangkapan yang besar hari ini. Kot ajaib akan di dapatnya lagi. Batu bertuah akan dimilikinya.

Selamanya ... selamanya ... ia akan menguasai negeri ini sampai selamanya!

Ia akan menghabisi siapa saja yang menghalangi rencananya untuk menyatukan kedua barang ajaib itu pada tangannya.

Kuda itu melaju sangat cepat.

Mereka sudah sampai menuju sebuah hutan tersembunyi, tempat anak perempuan kecil dulu pernah tinggal.

Sosok makhluk perempuan mengenang masa kecilnya di tempat ini. Dia melihat rumahnya yang dulu pernah ia tinggali bersama ayah dan ibunya kini sudah tidak ada. 

Wanita berjubah merah tua melihat ada hal yang aneh terjadi, hal yang belum pernah di alaminya sejak sepuluh tahun belakangan ini.

Ada secercah matahari yang menyinari hutan yang semula gelap itu. Itu jelas bukan bayangan bulan. Benda penerang di langit yang bertugas untuk bersinar di siang hari, perlahan menampakkan sinarnya.

Hesper memberhentikan kudanya. Dia melihat beberapa sosok bangsa namid, bangsa asli penduduk negeri ini yang memiliki telinga yang runcing, sedang mengambil air di mata air tak jauh dari tempatnya berada. Dia turun dari kudanya. Hera, Callisto dan Linda juga turun dari kuda mereka, berjalan dengan pelan, mengikuti raja mereka, Hesper.

Hesper melihat para makhluk namid itu dari jarak dekat.

"Sedang apa kalian?!" geram Hesper pada dua makhluk namid yang ada di depannya.

Kedua makhluk namid itu membalikkan badannya, dan sangat terkejut. Tubuhnya mundur ke belakang, menjauhi Hesper yang saat ini berada di hadapannya.

"Ka-ka-kami mencari air," jawab salah satu makhluk namid itu terkejut. Mereka tidak menyangka akan bertemu dengan Hesper dalam perjalanan mereka.

"Kenapa kalian tidak menuruti perintahku, eh?!!!" 
Kali ini cakar Hesper mulai keluar. Dia menggeram pada kedua makhluk itu, bahwa jangan pernah dia melihat satupun bangsa namid di hadapannya.

"I-i-ini sedikit terang daripada bi-biasanya," jawab namid yang kedua. Namid itu mengetahui ada kekuatan baru yang akan mengalahkan Hesper, dan mengganti kerajaan malam itu menjadi seperti semula.

"TERANGGGGG?!!!!" Jerit Hesper, "JANGAN PERNAH KATAKAN TERANG DI DEPANKU!!!"

Hesper mengambil tongkat sihirnya, dan kedua namid itu terserap masuk ke dalam tongkat sihirnya. Mereka lenyap!

Linda menatap tidak percaya atas kejadian yang terjadi di depannya. Dia merasa jauh lebih beruntung bila ia tidak di serap masuk ke dalam tongkat sihir milik Hesper itu.

Hera, Callisto dan Linda berada dekat di sekitar raja.

Hera memandang sekitar, "Ini seperti yang dikatakan namid itu." 

Hesper membalikkan badan, dia memandang murka pada Hera yang mengatakan kebenaran, "SEKALI LAGI AKU KATAKAN, JANGAN KATAKAN KATA ITU LAGI DI HADAPAN WAJAHKU!!" Pohon-pohon bergoyang, mendengar teriakan Hesper yang sangat kencang itu. Pangeran dan kot ajaib itu sepertinya sudah hampir menyatu. Ada kekuatan ajaib yang muncul di negeri itu.

"Ikat manusia itu dan bunuh dia, jadikan korban persembahan sehingga gelap menguasai negeri ini lagi!" Hesper berjalan menjauhi Hera dan Callisto serta perempuan malang itu dan Trappy, "manusia adalah korban terbaik agar malam menguasai negeri ini lagi." Hesper tertawa menyeramkan.

Hesper sangat mengerti, bahwa manusia itu bukanlah korban terbaik. Korban terbaik adalah pangeran Arcturus! Namun ia membenci terang, sebabnya ia mencoba mempersembahkan Linda agar gelap kembali menaungi mereka.

Callisto mencari tali yang kuat untuk digunakan mengikat tubuh lemah Linda. Ia menemukan tali kuat pada kantong pelana kudanya, tali itu sangat kuat. Sehingga tidak memungkinkan Linda untuk melarikan diri dari tali itu.

Callisto menarik Linda dengan kasar dan melemparkannya ke tanah, Linda putus asa. Tidak ada seorang pun yang dapat menolongnya saat ini. Kematiannya sudah di depan mata.

Linda sudah tergeletak lemah di tanah dengan tubuh yang terikat kuat. Hesper sudah kembali dari penyelidikannya. Ia belum menemukan goa yang di maksud para starla itu.

"Tunku, Yang Mulia, korban kita sudah siap. Dimana kita melakukan ritual kita?" tanya Callisto yang telah melakukan perintah raja itu.

"Letakkan manusia itu di depanku sekarang!" Hesper akan segera melakukan ritual penghancuran terang.

Pedang sudah ada di tangannya. Hesper mengangkat tangannya tinggi-tinggi. Hera, Callisto dan juga Trappy berlutut mengelilingi korban persembahan itu. Linda menangis, "Ja-ja-jangan ... ku-kumohon jangan ... aku bukan korban kalian." 

Air mata membasahi wajah Linda yang tidak berdaya. Tubuhnya sama sekali tidak dapat bergerak. Ia berada di puncak kebodohannya. Karena ketamakannya, ia sendiri lah yang mengantarkan nyawanya pada makhluk-makhluk yang sedang mengelilinginya saat ini.

"Sedang apa kau di sini, Hesper?" tanya seorang pangeran bertubuh gagah sedang berdiri di hadapan Hesper.

Hesper mendengar ucapan lembut nan ksatria dari seseorang yang berada di depannya. Dia menolehkan wajahnya yang besar ke asal suara itu.

Kot ajaib itu telah berdekatan dengan batu bertuah milik pangeran. Kegelapan malam telah di enyahkan dari negeri malam itu. Tiga manusia berdiri di belakang sang pangeran, yang kini telah tumbuh menjadi pemuda yang tampan dan gagah. Raksasa-raksasa berdiri di belakang pangeran, siap bertarung untuk pangeran. Sekelompok bangsa namid dengan jumlah yang cukup banyak memenuhi hutan itu.

"Lu-lu-lusi ..." ucap Linda terbata-bata. Malu, bersalah, senang, itulah yang di rasakan Linda ketika melihat adiknya. Ia tersenyum. Ia senang sekali melihat wajah adiknya. Dari sepanjang perjalanannya hari itu, Lusi lah orang pertama yang hendak ditemuinya. Ia rindu sekaligus merasa bersalah pada adiknya.

"Hai, Pangeran! Sudah lama tak berjumpa." Hesper bangun, suara serak dan dalam menyeruak ke seluruh penjuru hutan itu. Makhluk besar itu menyeringai ke musuh yang telah lama di nantinya.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags