Ya, beginilah cara putri menyantap makanannya. Dia meyakinkan dirinya sendiri.
"Apa yang kau tahu tentang pangeran itu?" selidik Linda.
"Pangeran. Dia adalah makhluk terkuat dan termulia yang pernah kulihat." Teofa hampir menangis ketika mengatakan ini.
"Sudah ... sudah ... dia memang tidak semestinya menerima perlakuan seperti sekarang ini. Andai saja raja dan ratu tidak pernah dibunuh oleh penyihir itu." Esta terdengar lebih kesal dari sebelumnya.
"Hati pangeran adalah hati terlembut yang pernah ku jumpai." kali ini Vlademir tidak lagi menari-nari. Dia seperti ingin sekali berjumpa dengan pangeran.
"Ya, dia pun telah mengetahui bahwa akan ada delapan orang asing yang akan membalikkan kerajaan kegelapan ini. Benar. Kami memang berharap kepada delapan orang asing itu." Esta sepertinya sedang duduk di atas rambut Lusi.
"Apakah kau sedang duduk di atas kepalaku?" Lusi bertanya kepada makhluk yang sepertinya sedang berada di atasnya.
"Maafkan aku, aku senang sekali kalian datang. Meskipun jumlah kalian hanyalah berempat, namun kalian membawa kot ajaib itu." Esta turun dari kepala Lusi dan terbang ke arah lain. "Kot ajaib itu dapat mengabulkan apa saja yang kalian inginkan, dan tentunya kot ajaib milik Hesper itu dapat membebaskan tawanan dari cermin ajaib milik Hesper."
"Cermin ajaib?" tanya Bima, yang berpikir tentang cermin ajaib milik Hesper itu sama dengan cermin ajaib milik penyihir dalam cerita Putri Salju.
"Ya, cermin ajaib itu telah menawan siapa saja yang terhisap dalam tongkat sihir Hesper, si penyihir itu," Vlademir memberitahu mereka.
"Berhati-hatilah, jangan sampai kalian terserap masuk ke dalam tongkat sihirnya, dan terjebak selamanya di cermin ajaib miliknya!" Suara makhluk starla lainnya terdengar cukup mencekam, yang membuat para remaja itu bergidik ketakutan.
"Berhati-hati jugalah dengan para abdi setia Hesper!" makhluk starla yang lain memperingatkan. Keempat remaja itu mendengarkan baik-baik. Starla itu melanjutkan, "Sebisa mungkin jangan tatap mata abdi setia Hesper yang bernama Serenity. Matanya akan membunuhmu, dan jasadmu akan dimakan oleh para ular yang bernama Wirastri yang berada di rambutnya!"
Lusi bersedekap. Dia terkejut dengan sosok yang bernama Serenity.
"Tapi, kita harus berterima kasih pada 'dia'," ucap Vlademir, teringat akan sosok yang selama ini membantunya.
"Berterima kasih kepada siapa?" tanya Linda dengan wajah ingin tahu.
"Oh, demi kejayaan pangeran, jangan kau sebutkan itu Vlademir. Itu tidak baik untuk posisi 'orang itu' di kerajaan." Teofa mendekat ke arah Vlademir, yang kalau tidak di ingatkan dengan segera akan langsung menyebutkan nama orang itu.
"Apakah pangeran membutuhkan kot ini?" tanya Lusi yang menunjuk pada tasnya.
"Ya, tentu saja. Batu bertuah yang ada di tangan pangeran hanya dapat menghentikan serangan dari Serenity. Tapi kot ajaib itu dapat membalikkan keadaan negeri Qirollik ini."
"Maksudmu, negeri ini tidak akan malam selamanya?"
"Ya, apabila kedua benda itu di satukan, maka kekuatan Hesper akan sirna," kata Teofa.
"Apa yang harus kita lakukan setelah ini?" tanya Lusi lagi.
"Kita harus segera menuju kediaman pangeran," jelas Vlademir dengan suara riangnya.
"Begitukah? Dimana tempat pangeran itu?" tanya Linda hati-hati.
"Kau hanya lurus saja mengikuti jalan keluar dari hutan ini, tapi kita tidak akan terbang lagi, sebab kau tahu, well, itu sangat berbahaya untuk kita keluar dari hutan ini dengan terbang," jelas starla yang lain, "dari situ kita akan menuju hutan lainnya, pangeran biasanya ada di goa terbesar di sana."
"Aku ingin tahu seberapa ajaib kot ini," kata Lusi kepada makhluk starla yang ada di sekelilingnya.
"Kot itu dapat mengabulkan setiap permintaan," jawab Esta.
"Kalau begitu aku dapat meminta pada kot ini untuk segera mengembalikan keadaan seperti semula, dan meminta agar pangeran dikembalikan lagi pada takhtanya," sahut Robi menganggap bahwa kerajaan dapat segera membaik hanya dengan menyebutkan permintaan mereka pada kot itu.
"Kalau kau memohon busur, pedang atau pun makan malam, maka kau akan segera mendapatkannya. Apakah kau mau mencobanya?" makhluk starla yang lain menggoda keempat remaja itu, "tapi sayangnya, kalau kau meminta negeri ini di kembalikan seperti semula, maka kot itu membutuhkan batu bertuah dan juga darah murni tak bersalah."
"Apa maksud semua ini?" tanya Bima tidak mengerti.
"Sebenarnya kami juga tidak tahu banyak tentang itu. Kami hanya memberitahukan tentang ramalan yang kami dengar dari para orang tua kami. Dan kami pikir, pangeran dapat menceritakannya lebih jelas pada kalian," Vlademir menerangkan pada mereka, "kita bisa segera menuju tempat pangeran."
Semua telah menyelesaikan makan malam mereka.
"Apakah semua sudah siap?" Teofa memeriksa piring keempat remaja itu, "Kalau kalian sudah siap, kita dapat bergerak menuju goa tempat kediaman pangeran."
Semua mengangguk. Mereka telah siap menuju kediaman pangeran. Teofa memimpin. Keempat remaja itu bangkit dari tempat duduk mereka.
Mereka keluar dari pohon oak besar itu.
Lusi tidak melihat ada sebuah ranting besar yang melintang di depannya dalam kegelapan malam, penerang mereka hanyalah dari cahaya yang benderang yang berada di atas mereka. Ia terjatuh. Linda menolongnya bangun. Tali tas Lusi robek, Linda menawarkan diri untuk mengikatnya kembali, kemudian mereka kembali ke dalam rombongannya bersama makhluk starla yang tidak kelihatan.
Di kegelapan malam, mereka berjalan pelan-pelan, melalui jalan setapak yang tidak banyak dilalui oleh siapapun. Mereka berjalan melalui semak belukar yang tingginya sama dengan tinggi Robi. Menyeberangi jembatan yang memisahkan antara hutan dengan hutan lainnya di depan sana. Ikan berenang di aliran sungai yang terlihat jernih dalam gelapnya malam.
Pohon-pohon itu tinggi dan besar, banyak dedaunan kering yang jatuh di sepanjang jalan yang dilalui oleh para remaja itu.
Di depan mereka ada sebuah padang rumput kecil. Beberapa batu besar sebagian tertanam setengah ke tanah dan di dekatnya sungai kecil bergemericik dan mengalir mengenai batu-batu yang licin. Mereka harus melalui jalanan menurun yang cukup terjal. Semua harus waspada untuk melalui jalan di depan sana.
"Berpeganganlah, kawan-kawan!" perintah Teofa yang berada di depan.
"Baik!" jawab serempak para remaja ini.
"Aaaa!" jerit seorang anak perempuan.
Semua menengok ke arah belakang.
"Ada apa?" tanya Robi yang berjalan di depan Lusi.
"Mana kak Linda?" tanya Lusi gemetar. Ia melihat sekeliling, hanya ada mereka bertiga.
Tidak ada Linda di sekitar mereka.
"Kak Linda!" Lusi berteriak, ia membalikkan badan dan berlari mencari keberadaan Linda.
"Lusi, tunggu!" Robi mencoba menarik tangan Lusi, agar ia jangan sampai terpisah dari rombongan itu.
"Mungkin Linda belum jauh, ayo kita cari dia!" Bima berbalik. Mereka hendak mencari Linda.
"Tidak perlu di cari," jawab Vlademir.
"Dia belum tahu kondisi di tempat ini, sama seperti kami! Kami bukanlah makhluk yang berasal dari tempat ini." Lusi menangis. Dia segera berlari mencari-cari keberadaan Linda, "KAK LINDA!!! KAK LINDA!!!"
"LINDA!!! LINDA!!!" Bima ikut berlari di belakang Lusi dan memanggil-manggil nama Linda dengan kencangnya.
"Stop!!!" cegah Vlademir, "dia mengkhianati kita!!"
Lusi mencari asal suara yang berkata bahwa kakaknya sedang mengkhianati mereka. Dia tahu itu suara Vlademir, "Keluar kau, Vlademir!"
"Aku tidak bisa terlihat!" Vlademir mengingatkan, "apa kau lupa akan itu?"
"Jangan bersikap pengecut!! Hadapi aku di sini, Vlademir!!"
"Lusi, sadarlah!!" Robi mengguncang tubuh Lusi yang kini sedang menangis. Robi paham bahwa dia tidak ingin kakaknya di rendahkan.
"Mengapa kau bicara seperti itu?" tanya Bima pada makhluk yang sedang berdebat dengan Lusi saat ini.
"Apa kau tidak sadar bahwa dia membawa pergi tasmu?" tanya Vlademir acuh.
Lusi baru saja menyadari bahwa saat ini tasnya telah raib.
"Oh, tidak!! Kot ajaib itu!" seru Lusi. Perasaannya berkecamuk. Dia telah menghilangkan kot ajaib itu. Sia-sia perjalanannya sejauh ini. Apa yang akan di katakannya nanti bila dia bertemu dengan pangeran. Dia tidak dapat membantu pangeran untuk membalikkan kerajaan Qirollik menjadi seperti semula.
"Jangan khawatir ... jangan khawatir ... aku telah mengambil kot ajaib itu." Vlademir memanggil Esta dari kejauhan, "Cepat, Esta!!! Jangan berlambat!"
Para remaja itu mencari keberadaan Esta yang tak terlihat. Lusi dapat melihat kot itu terbang ke arahnya.
"Aku tepat waktu!!" suara Esta memberitahu mereka semua, "anak perempuan itu sedang menuju kerajaan Qirollik."
"APPPAAAA?!!!" Ketiga remaja itu sungguh-sungguh tidak ingin mempercayai apa yang mereka dengar saat itu.
"Kakakku pergi ke kerajaan Qirollik itu? Untuk apa?"
Robi dan Bima sangat menyesali tindakan Linda.
"Untuk apa dia melakukan semua ini?" tanya Bima pada Lusi.
"Aku juga tidak tahu," Lusi berkata jujur.
"Pasti horgat itu. Dia lah yang memberitahu semua kebohongan pada kakakmu," jawab Teofa, "tidak ada waktu lagi. Sebentar lagi Serenity dan para prajurit akan mengejar kita. Mari kita pergi dari tempat ini."
"Kita bisa bersembunyi dulu di depan sana, ada rumah starla lain yang aku kenal tinggal di sana," ucap Esta.
Hati Bima hancur. Dia merasa Linda telah mengkhianatinya. Dengan wajah menunduk, dia berjalan terus mengikuti suara dari Teofa.
Seakan hari tidak pernah pagi, mereka terus berlari dan berlari. Berjalan sebentar kemudian berlari.
Mereka akan keluar dari hutan ini sebentar lagi dan akan melalui hutan lainnya di depan sana. Sudah tidak banyak waktu lagi!
Di depan sana ada pohon oak besar lagi, tempat tinggal starla lainnya.
"Berhenti disini!" perintah Esta pada Teofa dan yang lain.
"Ada apa?" Teofa berhenti, "apakah sudah sampai?"
"Ya. Aku akan mencarinya terlebih dahulu."
"Cepatlah!" Ada nada kekhawatiran dari suara Vlademir. Meski dia tetap akan selamat, namun dia tetap khawatir teman-temannya yang kelihatan ini akan segera tertangkap oleh Serenity.
"Sebaiknya kenakan kot ajaib itu sekarang, dan jangan lupa tutup pada bagian muka!" Teofa memberi perintah pada ketiga remaja itu.
Bima memperhatikan kot ajaib itu. Kot itu hanya bisa di gunakan untuk satu orang saja, dan bukan untuk tiga orang remaja.
Lusi mengambil kot itu dari tangan Vlademir.
Dia mengenakan kot itu, dan sekejap tubuhnya menghilang, tapi tidak dengan wajahnya. Wajahnya masih terlihat.
Robi dan Bima sudah mengalami hal aneh ini sebelumnya.
"Apakah kami juga bisa masuk ke dalam kot itu?" tanya Bima.
"Tutup ritsleting pada bagian mukanya, Lusi. Kau tampak ... em ... sedikit mengerikan."
Lusi teringat akan jeritan Robi dan Bima sewaktu mereka berdua ada di rumahnya siang tadi.
Perempuan itu menutup ritsleting pada wajahnya, "Tutupi juga diri kalian."
Kedua remaja itu masuk ke dalam kot yang sedang dipakai Lusi. Secara ajaib, kot itu menutupi tubuh mereka, dan masing-masing memiliki tudung untuk menutupi kepala mereka lengkap dengan ritsletingnya. Mereka menutupi wajah mereka dengan ritsleting itu, namun hal ajaib terjadi, mereka tetap dapat melihat menembus ke luar kot itu.
"Ingat, tidak ada yang dapat melihat kalian termasuk kami saat ini. Hanya satu makhluk yang dapat melihat kalian." Teofa bersuara pada bayangan kosong di depannya, "Horgat dapat melihat kalian meskipun kalian memakai kot ajaib itu. Hanya bila kalian memegang batu bertuah, maka kalian tidak akan dapat terlihat oleh mata ajaibnya."
Lusi mengangguk di balik kotnya.
"Kupikir, untuk memastikan kalian tetap ada bersama kami, kalian bisa sementara membuka ritsleting pada wajah kalian," ucap starla lainnya yang mencari-cari keberadaan ketiga remaja itu.
"Oh, baiklah. Aku juga tidak nyaman berbicara dengan udara kosong di depanku." Lusi membuka ritsleting pada wajahnya. Kini wajahnya telah terlihat.
Bima dan Robi juga menyetujui tentang ini.
"Gawat!" seru Esta panik.
"Ada apa?" Teofa melihat kecemasan di wajah temannya itu.
"Teman starlaku tidak ada di pohon besar itu. Kita harus mencari tempat lain." Esta berbicara dengan begitu cepat. Ia sangat cemas, "Tidak ada waktu lagi, ayo cepat!"
"Semua, ikuti aku!" perintah Teofa yang bersuara di dalam kegelapan malam.
Tiga wajah, melayang dengan cepat menyusuri hutan gelap yang dipenuhi dengan pepohonan yang besar.
***
Linda berjalan menjauh melewati pohon-pohon yang besar. Ia berharap ia akan segera menemukan istana raja Hesper. Ia sudah tidak sabar untuk memberikan kot ajaib itu pada raja yang akan segera mengangkatnya menjadi putri dari kerajaan Qirollik yang megah.
Ia membawa tas itu. Trappy dan raja pasti akan senang dengan sikap kepahlawanannya. Mereka akan bangga terhadap dirinya.
Linda menyeberangi jembatan yang menghubungkan antara padang rumput yang satu dengan yang lain, yang berada di depannya. Ada lembah di depan sana. Ia ingat kata-kata Trappy, bahwa ia hanya harus berjalan lurus saja keluar dari hutan, kemudian terdapat jalan panjang yang akan mengantarkannya menuju istana megah Qirollik.
Linda berlari. Ia sudah tidak sabar. Jalan di depan cukup licin. Ia harus berjalan pelan-pelan, kalau tidak ia akan jatuh, dan itu bukan sikap seorang putri sama sekali. Ia mengeluh beberapa kali, mengapa perjalanan itu jauh sekali. Di dalam hatinya, ia meminta maaf pada Bima, bila ia belum memberitahu tentang mereka berdua yang sebentar lagi akan menjadi putri dan pangeran yang akan memerintah di negeri ini dengan adil, di hormati oleh rakyat Qirollik dan mempunyai kuasa di negeri ini. Dan bukan pangeran yang tadi disebutkan oleh para makhluk tidak kelihatan itu. Bukan ... bukan pangeran itu sama sekali! Tapi dia dan Bima lah yang telah di takdirkan untuk memimpin kerajaan ini dan di elu-elukan oleh bangsa ini. Bima harus berterima kasih padanya tentang ini. Tapi ini adalah rahasia. Rahasia besar, dia tidak boleh membocorkannya terlebih dahulu.
Linda akan memberitahu bahwa sekelompok starla itu sedang menuju goa, tempat kediaman pangeran. Dan pangeran itu memiliki batu bertuah. Bila kot ajaib itu bertemu dengan batu bertuah, maka kerajaan Hesper akan segera hancur. Itu tidak boleh terjadi!
Langit menjadi mendung, sebentar lagi akan turun hujan. Linda kesal sekali, mengapa ia belum sampai juga ke tempat kerajaan itu.
Akhirnya, dia sampai di ujung anak sungai yang besar. Di seberang sana, terlihat seorang wanita berjubah merah tua sedang menantinya dengan tersenyum.
Linda segera mendekati wanita itu dengan jembatan yang menghubungkan antara mereka. Wajahnya tersenyum sumringah. Ia tahu wanita itu adalah salah satu pelayan dari istana kerajaan. Wanita itu kelak akan menjadi pelayannya. Sekarang Linda akan memaafkan wanita itu karena tidak menyambutnya dengan baik.
"Apakah kau yang membawa kot milik raja Hesper?" tanya wanita itu dengan kepala yang tertutup dengan tudung berwarna merah tua.
"Ya. Aku sudah membawanya. Ada di tas ini." Linda menunjuk tas Lusi yang sudah di gendongnya sejak tadi.
"Gadis pintar. Ayo ikut denganku ke istana raja."
Wanita itu mempersilahkan Linda untuk naik bersamanya dengan kuda hitam yang ada di sebelahnya.
Linda belum pernah menunggangi kuda sebelumnya.
Seolah tahu dari mimik wajah remaja perempuan itu, wanita berjubah merah tua itu naik ke atas punggung kudanya terlebih dahulu, kemudian mengulurkan tangannya dan menarik Linda untuk duduk di belakangnya.
Linda senang sekali, dia telah di sambut oleh orang dari kerajaan itu.
Ia sangat menikmati berkendara di atas kuda, dengan udara lembut membelai wajahnya yang halus. Daun-daun bergemerisik di tiup angin dan terdengar air-air sungai bergemericik di sela-sela batuan. Ia melihat sesekali di pepohonan yang di laluinya, burung-burung besar dan burung-burung kecil hinggap pada pepohonan itu. Tempat yang sempurna! Di sinilah seharusnya tempat putri dan pangeran tinggal!